Mohon tunggu...
Agustinus Sukaryadi
Agustinus Sukaryadi Mohon Tunggu... Dosen - Agustinus Sukaryadi

Tempat, tanggal, lahir: Yogyakarta, 25 Agustus 1956

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kesadaran Bersejarah

10 Mei 2021   20:46 Diperbarui: 10 Mei 2021   20:58 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pengertian sadar dalam KBBI Edisi Keempat dikatakan sebagai: insaf; merasa; tahu dan mengerti; ingat kembali; siuman. Kesadaran adalah: keinsafan; keadaan mengerti; hal yang dirasakan atau dialami seseorang. Kata sejarah dalam kamus yang sama diartikan sebagai: asal-usul keturunan (silsilah); kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau; serta ilmu sejarah. Bersejarah diartikan sebagai: mengusut asal-usul dan mengandung sejarah. Dari pengertian tersebut, diambil judul kesadaran bersejarah dengan maksud mengajak "menyadari dan mengusut asal-usul (bukan hanya silsilah) tetapi semua yang mengandung sejarah". Sejarah yang dimaksud adalah Sejarah Bangsa Indonesia, ya asal-usulnya, peristiwanya, kapan waktu terjadinya, siapa tokoh-tokoh yang terlibat didalamnya,  bagaimana jalannya peristiwa, mengapa terjadi seperti itu dll. Semua itu menjadi rangkaian sejarah yang menyertai perjalanan bangsa, Lebih jauh bertujuan untuk menemukan sejarah yang benar dan sesuai dengan peristiwanya.

Hal penting yang perlu disadari dalam memasuki fase kesadaran bersejarah, adanya distorsi sejarah. Distorsi dalam KBBI Edisi Keempat adalah pemutar balikan fakta, aturan dan lainnya. Juga sering dipergunakan dalam istilah komunikasi, yaitu gangguan dalam siaran radio yang mengubah mutu siaran. Pemutar balikan fakta sejarah ini bertujuan untuk kepentingan politik, menutupi kejahatan, dan kepentingan lainnya oleh penguasa, atau  pihak-pihak tertentu yang berkepentingan dengan sejarah.  

  • Menyadari bahwa pemutarbalikan sejarah (mendistorsi sejarah) dapat dilakukan dengan menambah atau mengurangi isinya, untuk kepentingan tertentu. Belajar dari realitas masyarakat dalam hal pemberitaan atau menceritakan peristiwa yang terjadi. Pertama dari A yang melihat sebuah banjir. Ia menceritakan kepada B. Setelah itu B menceritakan kepada C sudah ditambahi dengan peran B yang ikut menolong para korban banjir. Ketika C menceritakan kepada D, korban banjir sudah membengkak 3 kali lipat. Jujur mesti diakui bahwa  sejarah kita mengalami distorsi serupa. Polemik tentang siapa penggali Pancasila pernah terjadi, Soekarno atau Moh.Yamin. Polemik tentang hari lahir Pancasila juga pernah terjadi 1 Juni atau 18 Agustus.
  • Demikian pula dalam dunia pustaka kita akan menemukan beberapa versi Babad Tanah Jawa. Babad Tanah Jawa adalah kisah berbahasa Jawa yang berisi sejarah atau riwayat pulau dan riwayat suku Jawa. Dengan perkembangan jaman, berkembang pula buku Babad Tanah Jawa. Ada yang memakai huruf Jawa Bahasa Jawa, ada yang memakai huruf latin berbahasa Jawa dan berbahasa Indonesia. Babad-babad tersebut ditulis dengan: orang, penerbit,  waktu dan isi yang berbeda. Ada penulis, ada penerbit dan ada versi. Mereka menulis Babad Tanah Jawa dengan keyakinan akan kebenaran Babad yang ditulis. Babad Tanah Jawa bisa dimasukkan dalam ketegori sejarah. Memuat asal-usul, silsilah orang Jawa, kehidupan, dan adat-istiadatnya. Ada kurun waktu, dan tempat-tempat bersejarah (situs) yang mendukung. Dengan beragamnya  versi Babad Tanah Jawa, orang menjadi tidak mudah untuk melihat mana yang benar. Babad Tanah Jawa pun mengalami distorsi.
  • Keberadaan Candi Borobudur, mengalami hal yang sama. Candi Borobudur selama ini dikenal sebagai Candi Budha. Mengutip dari Ensiklopedia Peninggalan Bersejarah Indonesia (2009), candi Borobudur adalah candi Buddha yang memiliki 1.460 relief dan 504 stupa Budha di kompleksnya. Candi Borobudur dibangun oleh Raja Samaratungga, keturunan wangsa Syailendra. Namun kalau kita menjelajah internet, sudah muncul video di you tube tentang Candi Borobudur sebagai warisan Nabi Sulaiman. Majapahit dikatakan ada jauh sebelum Masehi. Tidak usah jauh-jauh, Gerakan 30 September, Supersemar, Reformasi,  mengalami distorsi.  
  • Maaf sebelumnya, tidak berarti menyalahkan karya sastra. Distorsi sejarah bisa juga karena karya sastra yang berupa cerita rakyat, cerita rakyat menjadi legenda lalu menjadi mitos, yang akhirnya mendistorsi sejarah. Candi Prambanan merupakan peninggalan kerajaan bercorak Hindu terbesar di dunia yang terletak di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Candi Prambanan dibangun sebagai peringatan atas kemenangan perang Rakai Kayuwangi Dyah Lokapala, raja Medang Mataram melawan Pu Kumbhayoni. Namun demikian, legenda yang terkenal terjadinya Candi Prambanan adalah dibuat semalam oleh Raja Bandung Bandawasa. Masih banyak cerita rakyat yang "mendampingi" sejarah kerajaan-kerajaan di Indonesia yang juga dipercaya sebagai peristiwa sesungguhnya. Jaka Tarub, Api di Bukit Menoreh, Tutur Tinular, karya-karya sastra ini berlatar belakang sejarah.
  • Penamaan desa, kerajaan, negara, jalan, sungai dan peninggalan tidak lepas dari sebuah peristiwa yang terjadi atau kondisi setempat. Majapahit, karena buah maja yang rasanya pahit; sungai Gajahwong karena banyak ditemukan arca Ganesya (badan manusia (wong-Jawa) dan kepalanya Gajah. Kota Muntilan yang berasal dari kata mount dan land, karena di wilayah cicin 5 gunung. Ada cerita lain tentang asal-usul sungai Gajahwong dan kota Muntilan yang berupa cerita rakyat.

Sebagai warganegara dan bangsa, kita memerlukan langkah-langkah untuk bisa menemukan sejarah yang benar. Karena kebenaran sejarah menjadi penting sebagai sarana merefleksi perjalanan bangsa dan menjadi guru dalam hidup berbangsa dan bernegara. Setidaknya bangsa ini tidak mengulangi kesalahan yang membuat negara gagal. Secara khusus, kita mesti menyadari bahwa Pancasila sejak lahirnya sudah mendapat penolakan, dan dalam perjalanannya akan disingkirkan.

  • Pada masa persiapan dan kemerdekaan, Pancasila sudah ada penolakan, karena ada kekuatan lain yang menginginkan Negara Indonesia berdasarkan agama atau komunisme. Jadi, ada tiga ideologi besar yang berkembang saat itu. Nasionalisme, Komunisme dan Agama.
  • Ditengah perjalanan, bangsa Indonesia mengalami pemberontakan-pemberontakan dari kelompok yang menginginkan negara menjadi komunis atau negara agama. Ada pemberontakan yang dilakukan oleh Komunis, dan oleh kelompok kanan seperti DI-TII, PRRI-Permesta,
  • Peristiwa Gerakan 30 September pun tidak lepas dari pada upaya menggeser Pancasila. Apapun yang terjadi pada saat itu, tetapi upaya untuk menghilangkan Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara serta pandangan hidup bangsa tetap ada.
  • Reformasi 1998, juga ada pembonceng yang ingin menggeser Pancasila. Semakin nampak bahwa Pancasila akan digeser dengan menghilangkan Pendidikan Pancasila dari kurikulum Pendidikan.

Kita menyadari situasi ini dan perlu meningkatkan kesadaran bersejarah. Perlu ada sikap dan langkah konkrit untuk ini:

  • Adanya Lembaga independen, artinya bebas dari pengaruh kepentingan golongan, politik, kekuasaan atau kepentingan lainnya. Lembaga ini bertugas menemukan kembali sejarah Bangsa Indonesia. Maka perlu didukung oleh para ahli sejarah, antropholog, dan pakar lainnya yang terkait dengan sejarah keberadaan Bangsa Indonesia. Satu kepentingan utama yaitu untuk  kepentingan ilmu pengetahuan dan Pendidikan serta mencerdaskan bangsa. Bersama Perguruan Tinggi yang memiliki program studi Sejarah, agar Pendidikan sejarah sungguh menjadi ilmu pengetahuan yang dapat di eksplorasi untuk menemukan kemurniannya.
  • Tidak perlu malu mencari referensi kepada negara-negara lain yang mempunyai keterikatan, atau pernah berelasi sejak zaman kerajaan. Nenek moyang kita adalah pelaut, tentu sudah membangun relasi dengan banyak tempat dan wilayah lewat perdagangan.
  • Sebagai bangsa dan negara tidak perlu malu mengakui kesalahan dan merehabilitasi siapapun yang perlu direhabilitasi namanya. Sikap legawa demi kemajuan bangsa dan generasi berikutnya. Kita mewariskan yang baik, bukan yang buruk.

Salam jasmerah

(jangan sekali-kali melupakan sejarah)

 Mei, menyongsong Hari Kebangkitan Nasional

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun