Mohon tunggu...
Agustinus Hary
Agustinus Hary Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Bernyanyi dan mendengarkan musik Jogging Menikmati hidup dengan senyuman Hidup merdeka

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Realitas Semu Drama Korea bagi Kaum Muda di Indonesia

7 Januari 2023   08:00 Diperbarui: 7 Januari 2023   08:11 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Korean Wave menjadi sebuah gelombang budaya yang mempengaruhi hampir seluruh negara di dunia. Salah satunya ialah dalam bentuk drama Korea, yang pertama kali muncul di televisi Indonesia tahun 2000 dengan judul, "Autumn in My Heart". Perkembangan drama Korea menjadi pesat dengan banyaknya penggemar Korea dari kalangan muda. Salah satu lembaga survei online menunjukkan 1.025 responden dari 2.474 responden menonton drama Korea dalam rentang waktu Januari hingga Juni. 

Rata-rata penonton berusia 18-30 tahun, dengan durasi menonton berkisar seminggu 4 kali selama hampir 3 jam sekali duduk. Data tersebut membuktikan tingginya minat kaum muda pada drama Korea, terutama sejak pandemi Covid-19 merebak. Namun, hal tersebut justru menunjukkan bahwa kaum muda menjadi kecanduan drama Korea dan merasa hidup dalam alur drama; bukan pada dunia yang nyata. Kaum muda menjadi tersedot ke dalam kehidupan drama Korea dan melupakan dunia nyata. Perlunya kesadaran kaum muda sebagai penikmat drama Korea dalam mengolah alur cerita yang disuguhkan.

Alur cerita yang menyentuh dan tidak terduga menjadi daya tarik drama Korea. Seringkali, anak muda menemukan pengalaman hidup atau perasaan yang sama dari alur cerita sebuah drama korea. Dengan alur yang relatable dengan kisah hidup anak muda, mereka sering terjebak dalam alur cerita drama Korea sehingga merasa hidup dalam realitas semu drama Korea. Akibatnya, anak muda merasa dunia yang sesungguhnya bukan 'cerita' yang sebenarnya, melainkan drama Korea yang sungguh 'nyata'. Perasaan itu dapat terlihat bila seorang anak muda merasa tidak bergairah dalam keseharian dan cenderung emosional, tetapi berubah ketika menonton drama Korea.

Lebih dari itu, drama Korea seringkali menampilkan realitas hidup yang diimpikan dan diidealkan, terutama oleh kaum muda. Drama Korea tentang percintaan antara seorang yang tampan, mapan, dengan seorang wanita yang cantik dan ceria; semua kaum muda tentu mendambakan hidup seperti demikian. Walaupun dimainkan oleh para aktor di dunia nyata, namun alur cerita yang disajikan bersifat utopis; tidak nyata dan bentuk buatan dari khayalan kreativitas manusia. Dengan kata lain, kaum muda yang terjebak dalam realitas semu drama Korea masuk ke dalam realitas rekayasa manusia semata. Kenyataan yang dianggap nyata oleh kaum muda, justru merupakan realitas yang tidak nyata.

Apabila menilik dari pemahaman Jean Baudrillard, seorang filsuf kontemporer, drama Korea menjadi salah satu dari bentuk yang disebut dengan dunia 'simulacra'. Dalam bukunya yang berjudul Simulation and Simulacra, dunia simulacra adalah sebuah proyeksi dunia yang bersifat utopis dan simulasi, yang tidak disadari dalam kehidupan di dunia sesungguhnya. Dengan kata lain, dunia 'simulacra' merupakan bentuk simulasi atau proyeksi dunia 'nyata' di dalam dunia nyata yang tidak real. Drama Korea menjadi bentuk dunia simulacra sebab alur cerita drama tersebut adalah gambaran ideal dari kehidupan nyata, yang sebenarnya tidak nyata. Oleh karena itu, anak muda jatuh dalam realitas yang semu; menganggap bahwa alur drama Korea sama dengan yang mereka alami.

Drama Korea sudah menjadi separuh jiwa yang sulit untuk dilepaskan bagi para penggemar, terutama kaum muda. Anggapan tersebut dapat tercermin dari data yang ditunjukkan oleh Studi JakPat. Alur cerita yang menyentuh dan emosional membuat penonton merasa alur cerita yang ditampilkan sama dengan yang dirasakan dalam hidupnya. Hal itu yang terkadang membuat kaum muda terjebak dalam realitas 'semu' drama Korea, dengan mengganggap dunia drama Korea adalah kenyataan hidupnya dan mengesampingkan realitas nyata. Apabila kaum muda terjebak dalam realitas 'semu', kehidupan di dunia nyata menjadi terganggu dan dirinya teralienasi dari kehidupannya sendiri. Perlu kesadaran dan pemilahan dalam diri kaum muda agar keseimbangan hidup tetap terjaga dan menjaga diri dari pengasingan sosial.

Daftar Pustaka:

Baudrillard, Jean, Sheila Faria Glaser, and Ann Arbor. "SIMULACRA AND SIMULATION," 2010.

Raden Mas Said Surakarta, Uin. "DRAMA KOREA DAN IMITASI GAYA HIDUP: STUDI KORELASI PADA MAHASISWA KPI IAIN SURAKARTA," n.d.

Saumantri, Theguh, dan Abdu Zikrillah, Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam, Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, and Iain Syekh Nurjati Cirebon. "TEORI SIMULACRA JEAN BAUDRILLARD DALAM DUNIA KOMUNIKASI MEDIA MASSA JEAN BAUDRILLARD'S SIMULACRA THEORY IN THE COMMUNICATION WORLD OF MASS MEDIA." Jurnal Dakwah Dan Komunikasi |. Vol. 11, 2020. https://syekhnurjati.ac.id/jurnal/index.php/orasi/article/view/7177/3563.

(https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/08/24/studi-jakpat-demam-k-pop-orang-indonesia-habiskan-15-3-jam-nonton-drakor ), diakses pada 16 Desember 2022, pukul 15.00 WIB.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun