Mohon tunggu...
Agustinus Marjito
Agustinus Marjito Mohon Tunggu... Guru - Saya adalah seorang pendidik sekolah dasar dan memiliki kecintaan pada dunia pendidikan anak-anak.

Praktisi pendidikan Dasar di Yogyakarta. Menempuh pendidikan di De Lasalle University Manila, Philipine dengan fokus Management Pendidikan dan kepemimpinan sekolah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hanya Perasaan Orang Kecil Melihat Mudahnya Orang Ambil Uang

8 Maret 2023   17:27 Diperbarui: 8 Maret 2023   17:32 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dilansir laman Tempo.co tanggal 8 Maret 2023, Menko POLHUKAM   Bp. Mahfud, MD mengungkap ada transaksi mencurigakan 300 trilyun di Kemenku. Masih diselidiki aliran uang siapakah itu. Demikian juga beberapa hari ini pemberitaan mengenai seorang mantan pejabat  Pajak, mewarnai pemberitaan surat kabar cetak maupun elektronik. Pemberitaan yang menyangkut dugaan money loundry dari hasil pemungutan pajak ataupun dari sumber pemasukan negara lain. 

Ibu Menteri keuangan dengan tindakan cepatnya memberhentikan orang-orang yang diduga melakukan itu. Sebagai orang kecil hanya bisa menyaksikan kejadian-kejadian luar biasa itu, oknum pejabat negara dengan mudah diduga mengumpulkan uang untuk dirinya sendiri dan keluarga dengan cara yang tidak sah. Bahkan dengan cara memanipulasi data. 

Bagi orang-orang kecil yang selalu taat dipotong pajak dari gaji yang tidak seberapa sebagai karyawan swasta, hanya bisa bertanya mengapa orang yang dipercaya mengelola kekayaan negara malah menggerogotinya dari dalam untuk kepentingan sendiri. 

Megapa dengan mudah dan tanpa rasa bersalah mengambil uang untuk memenuhi kebutuhan yang berlebihan sementara begitu banyak orang menderita kelaparan, kurang gizi, dan tidak mendapatkan akses kesehatan secara memadahi. Bagaimana bisa istri pejabat kaya pamer barang mewah sementara banyak orang tak punya rumah dan tinggal di kolong-kolong jembatan dan pinggiran tempat pembuangan sampah. Di mana solidaritasnya bagi mereka?

Masih banyak pelayan negara ini yang bekerja tulus dan sesuai dengan peraturan. Namun yang tak bisa dimengerti adalah mereka yang melakukan itu adalah pimpinan dan orang yang mengerti bagaimana membuat siasat supaya tidanakannya bisa lepas hukum. Jika segala sesuatu di organisasi berasal dari kepala, apakah tidak mungkin hal itu telah merasuk sampai ke bawah? Mungkinkah ada  kultur yang berlaku di sana?

Ah.. aku tidak tahu, cuma bisa menggerutu, kenapa mereka bisa begitu. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun