Pada kesempatan itu, Maria Goreti menegaskan bahwa Pancasila mengungkapkan dua hal sekaligus, yakni nilai-nilai dasar dan cita-cita bangsa Indonesia yang berakar pada nilai-nilai budaya, dan juga prinsip-prinsip paling dasar etika politik pasca tradisional. Beberapa hal yang menjadi tantangan di masyarakat antara lain larutnya atau latahnya masyarakat dalam arus konsumerisme glamour dan kapitalistik. Selain itu, adanya kelompok-kelompok fundamentalis agama yang menyatakan diri dalam praktek-praktek intoleransi, misalnya pelarangan Ahmadiyah, penutupan Gereja-gereja seperti Gereja Katolik Santa Klara di Bekasi. Ada juga pelarangan atau fatwa haram untuk menghormati bendera “Merah-Putih” pada upacara 17 Agustus 2015 lalu.
“Bahkan di Bandung baru-baru ini ada pembubaran Kelompok MPR RI yang sedang melaksanakan Sosialisasi Empat Pilar NKRI, dimana salah seorang anggota MPR RI berada dalam kelompok itu, yakni Ibu Melani Leimena Suharli,” papar Maria Goreti.
Di bidang politik, lanjut Maria, ada persoalan hubungan Pusat dan Daerah. “Keadilan sosial belum tercapai, justru semakin timbul gap antara wilayah tengah, barat dan timur,” papar anggota Komite III DPD RI alumni PMKRI Santo Thomas Aquinas Yogyakarta ini.
Menurutnya, kini muncul kelompok-kelopok ekstrimis atau fundamentalis yang tidak lagi menghayati nilai-nilai kebangsaan, budaya dan jati diri bangsa yang plural. Ditambah lagi korupsi terjadi dimana-mana yang merupakan ancaman terbesar bagi demokrasi dan masa depan bangsa.
Meskipun pengamalan nilai-nilai Pancasila sedemikian berat tantangannya, namun Pancasila tetap sangat relevan, karena memuat semua nilai yang perlu bagi masa depan bangsa. Ia mengajak generasi muda untuk mewaspadai secara kritis setiap upaya mengubah NKRI menjadi negara agama tertentu, atau negara berpaham bukan Pancasila. Karena hingga kini, golongan radikal tak pernah berhenti berusaha agar NKRI bubar.
“Kita juga perlu menyuburkan gerakan-gerakan kultur yang mempertinggi kesatuan dan persatuan seluruh rakyat Indonesia. Karena arus mengkotak-kotakkan semakin membesar. Maka perlu juga kritis terhadap idiologi Parpol, dimana Parpol harus jelas berazaskan Pancasila,” kata Maria Goreti.
Akhirnya senator bernomor anggota B-77 ini menghimbau agar generasi muda menegakkan persaudaraan sejati antar pemeluk agama dan kepercayaan, saling pengertian, saling kunjung mengunjungi dan saling menghormati keberbedaan. Selain itu, harus memahami betul makna demokrasi, dimana demokrasi mempunyai basis kesepakatan dasar untuk hidup bersama dalam kebebasan, keadilan dan solidaritas.
(Agustinus Tamen)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H