Congklak merupakan permainan tradisional yang biasa di mainkan anak perempuan. Bisa dengan papan dari kayu maupun plastik dengan kewuk plastik berwarna hitam atau bisa juga dengan membuat bidang permainan sendiri, yakni dengan membuat enam lingkaran yang berhadapan dan dua lingkaran besar di kedua sisinya. Jadi ada sebanyak dua belas buah lingkaran kecil dan dua lingkaran besar. Yang jika sudah di isi disebut gunung. Masing masing memiliki Satu gunung. Jika di tanah bisa dengan membuat lekukan untuk menyimpan batu krikil atau biji bijian yang di jadikan sebagai isiannya yang kemudian akan di mainkan.
Masing masing lingkaran di isi enam kerikil. Permainan di mulai secara bersamaan. Para pemain congklak terdiri dari dua orang. Dan bebas mengambil Krikil yang sebelah manapun di bidang yang mereka miliki. Lalu menaruh satu persatu kerikil secara berputar dari bidang milik kita ke gunung milik kita, lalu bidang miliki lawan dan gunung milik lawan jangan diisi. Jika gunung kita di kanan maka kita isinya ke arah kanan begitupun lawan main kita jika gunungnya di sisi kiri maka ke arah kiri.
Permainan bisa nyambung jika masih ada krikil di lingkaran. Ada istilah tembak saat batu kerikil kita habis di tempat yang kosong punya kita sementara di seberang nya yang milik kawan kita ada kerikilnya. Jadi bisa kita masukan ke gunung milik kita namun Jika habis di tempat lawan maka kita tidak melanjutkan permainan dan menunggu kawan kita hingga kalah.
Pemain yang mengumpulkan kerikil paling banyak di gunungnya maka dia yang memenangkan permainan.
Biasanya jika seru permainan congklak akan terus di mainkan sampai batu kerikil punya kawan habis. Pengisian saat jumlah kerikil kita sedikit yakni dengan tetap menaruh enam kerikil di bagian dekat gunung punya kita, dan sisanya di bagian paling jauh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H