Merupakan jenis pohon yang sengaja di tanam untuk dimanfaatkan batang kayunya. Bibit tanaman pohon jenjeng bisa di dapat dari penyemaian biji jengejen. Biji kecil berwarna hijau tua yang ada dalam kulitnya yang biasanya baru jatuh setelah kering. Sekilas seperti roay atau buncis. Daun jengjen berukuran kecil-kecil seperti daun Meniran atau daun petai berwarna hijau dan disukai hewan ternak domba.Â
Ranting yang kering berwarna coklat tua yang jatuh di sebut pangpung. Biasanya digunakan untuk bahan kayu bakar untuk menyalakan perapian. Kulit pohon jengjen berwarna putih dengan bercak hijau atau lebih ke abu muda. Daging pohonnya sendiri berwarna coklat kekuningan. Dan sengaja ditanam untuk di tebang saat umur pohonnya sudah cukup tua atau memiliki tinggi lebih dari sepuluh meter an. Daun yang sudah tua berwarna kuning dan saat tangkainya kering daun nya mudah jatuh tertimpa angin.Â
Pohon jengjen ada yang bercabang ada yang lurus, biasanya para petani memotong cabang-cabangnya saat sedang tumbuh agar lurus dan hanya satu batang saja. Biasanya dengan alat dari bambu yang ujungnya di sisipi pisau. Pohon yang masih mudanya berwarna hijau dengan bau getah yang khas. Penanaman pohon menjadi tanaman kedua di samping tanaman lainnya.Â
Palawija yang hanya memerlukan waktu satu hingga beberapa tahun saja sementara pohon jenjen membutuhkan waktu hingga sepuluh sampai lima belas tahun bahkan lebih untuk bisa di panen. Biasanya di tebang mengunakan gergaji mesin dan menghasilkan suara yang bising. Dan dipotong potong, panjang dan lebarnya di seseuaikan untuk dimanfaatkan sebagai kayu bahan pembuat rumah dll.
Penyemaian biji jengjen dapat dilakukan dengan sederhana yakni langsung saja bijinya di tanam di media tanah yang sudah di masukan kedalam polybag, bisa memakai polybag dengan ukuran yang paling kecil untuk memudahkan saat dipindahkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H