Sebelum berpindah ke Gas atau liquid petroleum gas yang di singkat dengan LPG. Masyarakat indonesia menggunakan minyak tanah untuk bahan bakar memasak mereka.Â
Seingat saya saat naik harga minyak tanah sekitar 8000 Rp per liter untuk membeli minyak mengunakan kompan sementara penjual mengambil dengan literan besi minyak tanah dari drum mereka. Berdasarkan arahan dari bapak Jusuf kala yang saat itu merupakan wakil presiden bapak Susilo Bambang Yudoyono.Â
Penjualan bahan bakar minyak tidak secara tiba-tiba menghilang saya bahkan saat itu masih ada minyak tanah di kompan dan kompor minyak tanah pun masih bisa di pakai. Saat pembagian saya ikut mengantri dan mendapatkan jatah lpg yang tiga kilogram.Â
Saat awal-awal penggunaan LPG saya rasa sebagai penguna langsung cukup efektif dengan harga yang rendah seingat saya sekitar 15 ribu rupiah. Seiring waktu minyak tanah menghilang dan kompor minyak tanah saya pun berkarat dan musnah. Sedikit bernostalgia, kompor minyak tanah menggunakan sumbu panjang untuk menaikan minyak tanah dari bawah.Â
Untuk kemudian dinyalakan menggunakan korek api untuk menyalakan bambu yang sudah di celupkan ke minyak tanah yang ada dikompor. Bambu yang menyala tersebut kemudian dipakai untuk menyalakan sumbunya yang melingkar. Bau wangi minyak tanah beda dengan LPG yang menyengat.Â
Harga kompor minyak tanah berbeda dengan harga kompor LPG. Saat menggunakan minyak tanah tidak ada istilah kompor meledug beda dengan sekarang. Meski demikian kadang ada makanan yang bau minyak tanah. Kalau sekarang tidak ada istilah makanan bau minyak tanah.
Penggunaan LPG cukup efektif meski dirasa cukup mahal dan isinya sedikit tidak bisa masak lama-lama. 1 liter minyak tanah sepertinya bisa dipakai untuk memasak lebih lama dari 1 liter LPJ. Kenyataan itu makin kesini makin terasa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H