Bulan November memang bukan bulan yang ramai, cuaca yang tidak bersahabat dingin hujan disertai angin tak menyurutkan minat saya untuk berkunjung kesana. Mumpung sedang berada di kabupaten Bandung. Ya sekalian saja main ke situ Patengan. kawasan wisata ini berada di puncak gunung Ciwidey. Beberapa kilo meter kemudian setelah pintu masuk kawasan wisata kawah putih. Setelah melewati pintu masuk Emte highland resort yang berada di sebrang pintu masuk kawah putih kita dapat sejenenak membeli oleh-oleh dan jajanan yang di jajajakan di depan pintu masuk wisata emte.
Disana juga ada beberapa tempat makan modern. Perjalanan menuju ke situ Patengan dapat dilanjutkan dengan kendaraan pribadi atau dengan menaiki angkot berwarna kuning. Jika anda menginap di Emte anda bisa beristirahat sejenak dari belakang kemudi anda dan menaiki angkutan umum bercakap bersama para warga sekitar. ibuk-ibuk penjaja stroberi yang biasanya tiba-tiba mendekati anda, tukang-tukang tanaman atau kakek-kakek penjaja keliling yang menaiki angkutan umum untuk turun dan naik dari kawasan puncak itu. Beberapa hari sebelumnya udara sejuk menyelimuti perjalanan saya ke puncak gunung Ciwidey berbeda dengan kali ini. Hujan gerimis dan tiupan angin yang cukup kencang membawa dingin menyertai perjalanan saya menuju situ Patengan.Â
Meski demikian pemandangan indah hamparan hijau muda perkebunan teh masih saja membuat saya terpukau meski sudah berkali-kali melihat nya. Tanaman berbunga yang mencuat di antara pucuk-pucuk daun teh membuat saya penasaran untuk sekedar ingin mendekatinya. Selain dari arah Ciwidey anda juga dapat mengambil arah lain untuk menuju ke kawasan wisata situ Patengan. Selain mobil ber- plat d banyak juga mobil ber- plat b yang terparkir di sekitar area wisata situ.Â
Saat itu cukup lama saya menunggu cuaca kembali stabil. Ada penjual gorengan, jajanan kekinian seperti sosis dan aci telur gulung, ada juga yang menawarkan sensasi makan terong belanda yang satu terong isinya dimasukan semua oleh si ibuk penjulnya kemulut saya yang sekaligus jual bandrek Abah banyak juga makanan berat yang di jajakan di warung-warung sekitar situ atau sekedar menikmati api unggun dan berkenalan dengan para anak muda hebat yang berkumpul dan bertugas menjaga kawasan wisata tersebut, lepas siang, hangat mentari mulai terasa saya putuskan untuk berkeliling ke hutan Pinus lalu menaiki perahu menuju resto kapal yang berada di sebrang situ.Â
Selain menaiki perahu anda juga dapat menaiki sepeda air jika cuaca normal. Harga tiket untuk naik perahu saat itu karena hanya ada tiga penumpang saya bayar 30 ribu rupiah untuk group sebanyak 8 orang per perahu sementara naik sepeda air 40 ribu rupiah. Jika sebelumnya saya mecari tau tentang legenda situ Patengan maka saat itu saya juga bertemu dengan sepasang muda-mudi yang duduk di depan saya. Konon pasangan yang terpisah pun jika pernah menaiki perahu dan mengelilingi tempat itu dapat kembali di pertemukan.Â
Di sebrang situ nampak batu yang bertuliskan "batu cinta" entah apa yang di maksud dengan batu cinta karena saya cari-cari tak ada satupun yang berbentuk hati, Di sana juga ada tempat makan sederhana yang menjajakan beragam minuman dan makanan juga jajanan. Tempat itu berada tepat di bawah resto perahu. Untuk sampai ke resto perahu saya harus berjalan memutar terlebih dakhulu. Barangkali karena cuaca pengerjaan untuk jalan masuk sepertinya belum selesai di lihat dari penampakannya meski demikian tangga menuju resto yang terbuat dari bilah-bilah kayu saya pikir sangat bagus karena meski basah karena air hujan tapi tidak membuat saya takut terpeleset.Â
Di samping tangga menuju resto kapal beragam jenis tanaman hias saya lihat tumbuh dengan subur disokong cuaca pegunungan. Sementara di dalam resto beragam makanan dapat anda pilih. Dari makan berat hingga makan ringan. Meski sekilas tidak jauh berbeda dengan makanan-makanan yang di sajikan di hotel berbintang namun sensasi makan disana perlu anda coba. Jika anda membawa mobil anda bisa melanjutkan perjalanan melewati situ dan masuk ke perahu lewat jembatan gantung yang terbuat dari bilah-bilah kayu. Kayu menjadi bahan utama penyusun resto kapal. Jendela-jendela yang berbentuk melingkar juga meja dan kursi yang terbuat dari kayu menyambut saya saat masuk kedalam resto. Seperti halnya restoran yang berlantai lima di sana juga tersedia toilet di lantai dua. Tempat memasak dan ruang karyawan nampaknya berada di lantai satu atau lantai dasar kapal, tempat makan di lantai tiga yang menghubungkan langsung dengan moncong kapal, di lantai empat masih menyajikan beragam makanan yang bisa anda pilih, pengerjaan resto nampaknya dikerjakan oleh para ahli perkayuan dengan sangat apik sekali dan saat menaiki lantai berikutnya saya tergoda untuk duduk dan bersantai sejenak di lantai lima.
Dari sana terlihat jembatan kayu yang berada di atas permukaan air yang menghubungkan situ dan resto kapal yang nampaknya belum selesai. Juga beberapa camp atau tenda yang nampak anggun mencuat di antara warna hijau daun-daun tenda-tenda berwarna putih yang dibangun di sekitar situ. Nampak nya hal itulah yang membuat orang-orang sini menamakan nya dengan glampink. Atau glamour camping. Bunga-bunga indah juga bermekaran di November itu, bunga kesukaan saya bunga hydrangea yang berwarna putih, biru, hijau dan ping. Juga bunga-bunga lainnya.
Di bawah resto kapal sopir perahu saya sudah menunggu membuat saya tidak jadi makan steak yang enak di tempat itu. Perjalanan kembali melewati pulau kecil di tengah situ dengan arah yang berbeda nyambung dengan sebelumnya memutari danau alias situ. Jadi ingin menyelam ke dalam situ dan melihat ada apa saja di dalam danau dan di pulau kecil tak berpenghuni itu. Sebelumnya saat saya baru datang dan hujan masih menguyur ditambah terpaan angin dingin saya lihat di danau itu seperti ada hewan penghuninya.
Meski cuaca buruk namun berwisata ke sana tak sedikitpun membuat saya kecewa. Harga makanan yang masih terjangkau di kantong saya dan minuman bandrek hangat membuat saya sejenak malas untuk pulang. Selain situ Patengan dan kawah putih di sekitar sana ada juga kawasan wisata wallini juga tempat wisata lainnya yang nampak indah saat saya melewatinya dengan mobil angkutan umum. Ongkos naik angkot ke situ Patengan dari terminal Ciwidey saat itu 15 ribu rupiah. Ketanggapan mengikuti protokol juga menjadi nilai tambah bagi kawasan-kawasan wisata yang terletak di daerah kabupaten Bandung ini.