Beberapa waktu lalu saya menulis tentang mencari hening di Kampung Sang Pencerah, yaitu Kampung Kauman Yogyakarta. Yang merupakan tempat lahir Muhammadiyah.
Ada banyak hal menarik di kampung tersebut. Antara lain bentuk rumah-rumahnya yang artistik dan kearifan lokal berupa pelarangan naik sepeda motor di sepanjang jalan kampung.
Nah! Kali ini saya hendak melengkapinya dengan sedikit cerita tentang masa muda Bapak Amien Rais dan kebiasaan Kiai Haji Ahmad Dahlan semasa beliau masih hidup.
Anda tentu tahu kedua tokoh itu. Kiai Haji Ahmad Dahlan adalah pendiri Ormas Muhammadiyah. Yang kemudian menjadi Ketua Umumnya dalam periode 1912-1923.
Sementara Bapak Amien Rais adalah sosok penting di Muhammadiyah yang dikenal sebagai tokoh reformasi bangsa Indonesia. Yang kemudian juga menjadi Ketua Umum PP Muhammadiyah periode 1995-1998.
Di bumi Indonesia nama kedua tokoh tersebut sangat familiar. Komplet dengan segala dinamikanya. Sudah banyak orang lain yang telah memperbincangkan mereka. POV-nya beraneka ragam dan yang jelas, semuanya serius dan cenderung berat.
Oleh karena itu, saya memilih menulis tentang Kiai Dahlan dan Pak Amien dari sudut pandang yang ringan-ringan saja. Yang barangkali tak ada relevansinya secara langsung terhadap bangsa dan negara, tetapi bakalan membuat Anda tersadarkan bahwa Kauman bukanlah kampung urban biasa. Pun, bukan sekadar kampung wisata yang instagramble dan menarik untuk dikunjungi.
Begitulah adanya. Sebagai kampung tua yang melahirkan banyak tokoh masyarakat, sudah pasti tiap sudut Kauman mengandung sejarah dan kenangan.
Ada yang kandungan sejarahnya banyak. Ada yang cuma sedikit. Ada yang langsung berkaitan dengan sejarah. Ada pula yang terlihat sepele, tetapi sebetulnya terkait juga dengan sejarah. Atau, terlihat sepele dan memang betulan sepele.
Misalnya cerita tentang jendela dan emperan yang saya sematkan sebagai judul tulisan "Menengok Jendela Penolong Pak Amien Rais dan Emperan Langgar Tempat Kongkow Kiai Haji Ahmad Dahlan".