"Gus Miftah" Kepleset Lagi, Kali Ini Gara-gara Es Teh
...
Apa? Oh, disuruh beli. Es tehnya masih banyak? Ya ditawar-tawarkan dulu sana. Goblok.
...
Kalau jualannya enggak habis ya disyukuri. Pulang cepat badan sehat. Nanti dapat rezeki istri hamil. Padahal ditinggal jualan kok bisa hamil ...
Kurang lebih seperti itu perkataan Bapak Miftah Maulana, Sang Utusan Presiden Bidang Toleransi beragama. Aslinya dalam bahasa Jawa. Demi bisa dipahami semua pembaca, langsung saya terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
Sedih rasanya saat mendengar perkataan itu. Saya bahkan marah manakala mendengar kalimat terakhirnya. Sangat tidak senonoh dan mengandung pelecehan.
Oleh karena itu, wajar sekali kalau warganet heboh. Negara pun terpaksa ikut bereaksi melalui Seskab dan CPO.
Mulutmu harimaumu!
Itulah ungkapan paling tepat untuk situasi yang sekarang tengah dihadapi oleh Bapak Miftah Maulana Habiburrahman. Siapa dia? Dialah yang selama ini dikenal dengan sapaan "Gus" Miftah.
Saya sengaja menuliskan "Gus". Pakai tanda kutip. Mengapa? Karena sejauh pengetahuan saya, beliau bukanlah seorang Gus asli. Tidak berasal dari kalangan pesantren seperti halnya Gus Dur, Gus Mus, Gus Ipul, dan Gus-Gus asli lainnya. Bahkan, Gus Muhaimin saja lebih tenar dengan sapaan Cak Imin.
Tolong maafkan jika pemahaman saya mengenai panggilan Gus kurang tepat. Pun, jika ternyata Bapak Miftah Maulana Habiburrahman merupakan the real Gus.
Akan tetapi, jika beliau merupakan the real Gus situasinya justru lebih buruk. Betapa tidak? Pertaruhannya adalah nama baik dan akhlak. Seorang Gus kok begitu? Seorang pejabat publik kok lambe turah?
Mestinya Bapak Miftah paham bahwa jabatan yang diembannya punya konsekuensi segala gerak-gerik dan ucapannya diperhatikan masyarakat. Mau tidak mau harus berhati-hati. Jaga sikap jaga lisan jangan sampai ada pihak-pihak yang terlukai hati