Saya bukan simpatisan PDI Perjuangan. Akan tetapi, setelah memperbandingkan Hymne PDI Perjuangan dengan lagu-lagu partai yang lain, saya harus objektif mengakui bahwa hymne tersebut terbukti paling enak didengar. Bisa berfungsi sebagai mood booster.
***
Oktober telah berakhir dan tahu-tahu November sudah masuk hari keempat. Wow! Tak terasa sudah nyaris seminggu saya tidak menulis satu artikel pun. Terhitung sejak akhir bulan lalu, saya bersantai-santai di rumah saja. Keluar rumah hanya kalau ke musala atau ke warung.
Hari-hari terisi dengan aktivitas harian rumah tangga. Kelar aktivitas tersebut ya cuma rebahan. Mau menulis rasanya berat sekali. Tidak seperti biasanya. Sementara kondisi di rumah saja sungguh ideal untuk produktif menulis. Terlebih segala urusan administratif terkait posyandu dan PKK Â sudah saya selesaikan akhir Oktober lalu. Â
Sesungguhnya sudah terbayang di kepala. Begitu masuk November, saya harus tancap gas menulis untuk ini dan itu. Faktanya? Tangan ini enggan menari di atas keyboard laptop atau HP.
Bukannya tak ada ide untuk menulis. Justru yang terjadi sebaliknya. Di benak ini berjejalan ide untuk menulis. Kendala utama terletak pada perasaan dan tangan. Entah mengapa selintas galau menggoda-goda konsentrasi menulis saya. Serasa mengikat tangan ini agar tidak menulis.
Apa boleh buat? Kadangkala hidup memang sekontradiktif itu. Untungnya minat untuk baca buku dan menyimak potcast-potcast berfaedah masih ada. Lumayan buat menambah asupan pengetahuan dan wawasan. Bisa buat amunisi menulis nanti. Jadi, tidak terlalu terbuang percumalah waktu yang ada.
Tentu saya keluyuran juga di berbagai platform media sosial. Itung-itung buat hiburan sekaligus mengintip tren-tren apa yang tengah terjadi. Di X ada pertengkaran tentang apa? Kawan saya di FB yang konsisten nyinyir siapa? Dan sebagainya.
Nah! Untungnya saya keluyuran di Tiktok dan menemukan VT yang menggubrak perasaan. Plus ujungnya melahirkan tulisan yang sedang Anda baca ini.
VT itu menampilkan seorang pemuda yang dengan ekspresi serius kurang lebih berkata begini, "Kalau kamu bad mood dan menghibur diri dengan lagu galau malah tambah sedih, mendengarkan lagu ceria juga tak nyaman, cobalah untuk mendengarkan Hymne PDI Perjuangan. Dijamin semangatmu bakal balik lagi. Dengerin, nih."
Pemuda itu kemudian memperdengarkan alunan hymne kebanggaan warga PDIP. Dia terlihat menyimak tiap lirik dengan ekspresi takzim dan serius. Sudah pasti saya tertawa-tawa karenanya. Penyebabnya dobel. Tertawa sebab ekspresi wajahnya dan tertawa karena apa yang dikatakannya benar. Hahaha!
Pemuda itu sama sekali tidak berdusta. Mungkin ada sedikit canda dalam informasi yang disampaikannya. Akan tetapi, informasi tersebut sungguh valid no debat. Minimal saran si pemuda itu cespleng buat saya.
Begitulah adanya. Hymne PDI Perjuangan saya akui betul-betul menyenangkan. Membangkitkan semangat berbakti kepada negeri dengan nada yang pas. Tengah-tengah antara lembut dan ngegas. Sudahlah pokoknya paten. Patut dicoba sebagai sarana pelipur lara.
Oleh sebab itu, saya sarankan Anda untuk mendengarkan Hymne PDI Perjuangan tatkala dilanda gundah. Siapa tahu cocok. Iya 'kan? Namun, jangan sampai keliru lagu. Yang hymne. Bukan yang mars. Perlu diketahui, partai berlambang banteng tersebut punya beberapa lagu.
Baiklah. Saya segera akhiri saja tulisan ini supaya Anda bisa cepat-cepat berselancar mencari Hymne PDI Perjuangan. Selamat berburu semangat!
Teruntuk PDIP, saya ucapkan terima kasih banyak. Terima kasih telah melahirkan hymne yang liriknya menyala-nyala, iramanya cukup mengentak, tetapi terjaga kesyahduannya. Yang terpenting, terima kasih telah membuat hasrat menulis saya balik lagi.
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H