Patah hati terberat seorang anak adalah ketika orang tuanya meninggal dunia dan dia belum menjadi apa-apa.
Kalimat di atas sering terngiang-ngiang di benak ini, beberapa tahun sebelum bapak tercinta saya meninggal dunia pada Agustus 2023 lalu. Terusterang saja, itu sebuah kalimat yang sangat menakutkan bagi saya. Sangaaat m-e-n-a-k-u-t-k-a-n. Makin terasa menakutkan ketika bapak sakit keras.
Iya. Setahun lalu ...
Pagi-pagi tanggal 6 Agustus 2023, bertepatan dengan HUT bapak, dengan gemetar dan lemas saya bertanya-tanya kepada-Nya SWT, "Apakah tahun ini bakalan menjadi tahun terakhir ulang tahun bapak?"
Saya pejamkan mata dan entah mengapa merasa bahwa jawaban-Nya adalah "iya". Akan tetapi, saya mencoba menyangkal firasat tersebut. Dengan sisa-sisa kekuatan yang ada, saya masih mencoba optimis. Berusaha membesarkan hati bahwa masih bakalan ada banyak tahun bersama bapak.
Namun, ternyata takdirnya memang begitu. Sepuluh hari kemudian, bapak benar-benar berpulang. Meninggalkan segala keruwetan dunia fana. Meninggalkan semuanya. Meninggalkan saya beserta segala kegagalan yang saya punya ...
Begitulah adanya. Sekarang cuma penyesalan yang ada. Mengapa tidak sejak dulu saya berusaha melakukan yang terbaik untuk bapak? Kiranya saya terlena oleh waktu, sedangkan waktu terus melaju. Tak pernah mau menunggu.
Iya. Saya patah hati berat, tetapi sama sekali sudah tak berguna. Bapak telah tiada. Sesal kemudian memang tiada berguna.
Semoga Anda tidak pernah mengalami penyesalan berat seperti saya. Jangan pernah!
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H