Mohon tunggu...
Agustina Purwantini
Agustina Purwantini Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Aktif pula di blog pribadi www.tinbejogja.com

Pada dasarnya full time blogger, sedang belajar jadi content creator, kadang jadi editor naskah, suka buku, serta hobi blusukan ke tempat heritage dan unik.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Merangkum Motivasi Berpuisi dari Umbul Dunga Mengenang 40 Hari Joko Pinurbo

7 Juni 2024   08:16 Diperbarui: 7 Juni 2024   08:30 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"... Tadi pagi saya ke makam suami saya dan tiap kali nyekar saya selalu teringat pada puisi Pacar Kecilku, karena bait terakhirnya itu berbunyi:

pacar kecilku tak akan mengerti
pelangi dalam botol cintanya
bakal berganti menjadi kuntum-kuntum mawar melati
yang akan ia taburkan di atas jasadku
nanti

Jadi, setiap kali menaburkan mawar melati di makam Mas Joko, saya selalu teringat baris ini. Ternyata ini sudah dikatakan oleh Mas Joko jauh-jauh hari ...."

Saya tertegun mendengar penuturan Ibu Nuraini Amperawati Firmina, istri mendiang Penyair Joko Pinurbo (JokPin). Setangkup haru menyergap diri ini. Benak pun bertanya-tanya. Apa gerangan yang dahulu menggerakkan JokPin sehingga beliau menyusun bait yang berbunyi begitu? Bagaimana pula perasaan si pacar kecil (yang sekarang tidak lagi kecil), tatkala dia menaburkan kuntum-kuntum mawar dan melati ke jasad sang ayah? Mungkinkah dia kemudian teringat pelangi dalam botol cintanya?

Pikiran saya menerawang. Bait itu lagi-lagi mengingatkan pada tulisan-tulisan yang "meramalkan" nasib sang penulisnya.

Sejak acara dimulai saya memang duduk tenang dan tertib di depan panggung. Tekun menyimak acara demi acara. Namun, kepala dan hati saya terasa riuh. Hasrat berpuisi dalam diri seperti berkobar kembali.

Rupanya saya terpantik suasana. Maklum sajalah. Bukankah dalam kurun waktu kurang lebih 3 jam saja, saya menerima asupan puisi-puisi bagus karya almarhum? Plus dikepung aura para seniman, budayawan, penyair, penulis, dan musisi yang tumplek blek menghadiri acara. Sudah pasti diri ini lambat-laun terpengaruh.

Perlu diketahui bahwa dalam acara Umbul Dunga tersebut ada pembacaan puisi karya JokPin, musikalisasi puisi karya jokPin, tembang kidung doa, testimoni sahabat, doa dari Romo, sambutan-sambutan dari para pemangku kebijakan yang terkait, dan penyerahan Penghargaan Tertinggi kepada Seniman dan Budayawan Indonesia dari Naturindo Jamu Modern Asli Indonesia.

Disediakan pula sederet angkringan yang gratis bagi seluruh hadirin. Selama persediaan makanan dan minumannya masih ada, seluruh hadirin bebas mengambil. Pokoknya asalkan tidak berada di luar pagar area Monumen Serangan Umum (pojokan barat Museum Benteng Vredeburg), tempat acara keren ini berlangsung. Selain angkringan makanan, ada juga angkringan buku. Namun, yang angkringan buku berbayar. Tidak gratis.

Pendek kata, ada banyak hal bermakna yang dapat dipetik dari acara Umbul Dunga bagi JokPin tempo hari. Oleh sebab itu, tak berlebihan bila saya sebut acara tersebut keren. Bukan keren karena ada Sultan HB X dan Kapolda Suwondo Nainggolan yang berdeklamasi. Bukan pula karena ada sederet tokoh keren yang hadir dan ikutan berdeklamasi. Namun, kerennya justru disebabkan oleh pancaran pesona almarhum Joko Pinurbo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun