Mohon tunggu...
Agustina Purwantini
Agustina Purwantini Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Aktif pula di blog pribadi www.tinbejogja.com

Pada dasarnya full time blogger, sedang belajar jadi content creator, kadang jadi editor naskah, suka buku, serta hobi blusukan ke tempat heritage dan unik.

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Pilihan

Festival Angkringan Yogyakarta (FAY) 2023, Romantisme Masa Lalu, dan Sosialisasi Sumbu Filosofi

8 Oktober 2023   14:36 Diperbarui: 8 Oktober 2023   14:45 368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tepat tanggal 7 Oktober 2023, Kota Yogyakarta merayakan ulang tahun yang ke-267. Tentu saja sebagai kota yang istimewa dan "istimewa", perayaan ulang tahun Kota Yogyakarta diselenggarakan dengan meriah.

Sejak awal Oktober telah digelar berbagai macam acara. Salah satunya FAY (Festival Angkringan Yogyakarta) yang berlokasi di Plaza Ngasem Yogyakarta. Adapun pelaksanaannya selama 3 hari berturut-turut. Mulai dari tanggal 6 hingga 8 Oktober 2023.

Perlu diketahui, FAY dalam rangka HUT Kota Yogyakarta baru kali ini diadakan. Jika ternyata penyelenggaraannya sukses, disambut antusias oleh masyarakat, tahun berikutnya bakalan dipertimbangkan untuk diadakan lagi. Demikian janji Kepala Dinas Perdagangan Kota Yogyakarta, Ibu Veronica E. Ismuwardani.

Janji tersebut disampaikan sesaat sebelum FAY 2023 dibuka secara resmi oleh Pj Walikota Yogyakarta, Bapak Singgih Raharjo. Pada Jumat, tanggal 6 Oktober 2023 lalu, di Plaza Ngasem.

Pjs Walikota Yogyakarta dan rombongan tiba (Dokpri Agustina) 
Pjs Walikota Yogyakarta dan rombongan tiba (Dokpri Agustina) 
FAY merupakan buah dari kerja sama antara Dinas Perdagangan Kota Yogyakarta dan Gekraf (Gerakan Ekonomi Kreatif) Nasional. Adapun angkringan diangkat sebagai tema sebab menurut pihak panitia penyelenggara, trennya sedang kembali naik setahun belakangan.

Selain itu angkringan tercantum dalam puisi karya Penyair Joko Pinurbo (JokPin), yang sangat sering dirapalkan manakala orang menyebut Yogyakarta, yakni bahwa Jogja itu terbuat dari rindu, pulang, dan angkringan.

Pihak panitia penyelenggara lebih lanjut mengatakan bahwa Yogyakarta butuh ikon baru dan angkringan dirasa sebagai ikon yang tepat. Tujuannya menyelamatkan citra angkringan agar tak tergerus oleh coffee shop yang populasinya belakangan berkembang pesat di Yogyakarta.

Ibu Veronica E. Ismuwardani dalam sambutannya menyatakan bahwa angkringan sesuai dengan gaya hidup masyarakat Yogyakarta. Jadi, dianggap cocok untuk membranding Kota Yogyakarta.

Beliau pun menyatakan bahwa angkringan tidak hanya tentang budaya kuliner dengan harga murah, tetapi juga mengenai pergaulan sosial tanpa sekat. Orang bisa mengobrolkan apa saja dengan bebas dan nyaman di angkringan.

Mendengarkan semua penuturan itu, saya cuma bisa termangu sembari menatap langit senja. Kebetulan tempat duduk saya di bagian timur panggung, yang berarti saya menghadap ke ufuk barat.

Selintas rasa romantis melintas di jiwa. Apa yang dikatakan oleh Ibu Veronica tidak salah. Rencana untuk menjadikan angkringan sebagai branding Kota Yogyakarta pun tidak salah. Malah kalau dipikir-pikir, angkringan telah sekian lama menjadi ikon Kota Yogyakarta. Bukan lagi sekadar rencana walaupun tanpa deklarasi resmi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun