Dalam jangka pendek mereka bisa gampang sakit. Dengan demikian, sedikit banyak kegiatan belajar mereka terganggu. Tidak bisa mencapai hasil optimal.
Kalau konsumsi jajanan "sampah" tak dihentikan, sudah pasti hal ini mengancam masa depan bangsa. Apa yang bisa diandalkan dari para generasi muda yang sakit-sakitan dan kurang belajar?
Nah! Dharma Sucipto tak ingin hal buruk tersebut terjadi. Itulah sebabnya dia tancapkan tekad sebagai sang penggiat jajanan sehat.
Mula-mula dilakukannya sosialisasi tentang jajanan sehat di lingkungan sekolahnya sendiri. Sekaligus berpromosi menu jajanan sehat hasil kreasinya bersama teman-teman.
Setelah sukses di lingkungan terkecilnya itu, kemudian dia merambah ke sekolah-sekolah lain. Menyebarkan pengetahuan tentang pentingnya mengonsumsi jajanan sehat.
Siapakah dia? Dharma Sucipto adalah salah seorang penerima Apresiasi SATU Indonesia Awards 2012. Dia menerima penghargaan tersebut untuk Kategori Lingkungan. Adapun spesifikasi karyanya  "Penggiat Jajanan Sehat".
Semua bermula ketika Dharma Sucipto masih belajar di SMAN 1 Driyorejo Gresik Jawa Timur. Dia tatkala itu bergabung dengan Divisi Pertanian Organik Unit Ekstrakurikuler Go Green Smandry (GGS) SMAN 1 Driyorejo.
Karena tergabung dalam kegiatan ekstrakurikuler tersebut,
Dharma Sucipto dan teman-temannya diperbolehkan mengolah lahan milik sekolah. Mereka pun menanami lahan seluas 10 x 8 meter persegi dengan umbi-umbian dan kacang-kacangan.
Hasil panennya kemudian dipergunakan sebagai bahan utama jajanan tradisional. Yang notabene merupakan jajanan sehat tanpa zat adiktif berbahaya.
Demikianlah adanya. Bermula dari rasa peduli yang besar, Dharma Sucipto kemudian bergerak. Melakukan sosialisasi sekaligus berkreasi dan berpromosi mengenai jajanan sehat. Perlu diketahui, telah ada 20 menu makanan dan minuman hasil kreasinya.
Yang kerennya, Dharma Sucipto dan teman-teman sekaligus memproduksi bahan utama pembuatan jajanan sehat. Makin keren sebab jenis umbi-umbian dan kacang-kacangan yang dipilih. Bukankah itu berarti mereka juga menawarkan diversifikasi pangan?