Diskusi berarti mengobrol random. Bertransaksi sebab saya dengan teman yang satunya COD-an buku. Yang order buku sih, anak saya. Saya cuma melunasi tagihan sekaligus mengambilkannya.
Lalu, apa yang kami amati? Apa saja, dong. Orang-orang biasa, paspampres dan aparat lainnya (ini orang-orang tidak biasa), kendaraan yang berlalu-lalang, dan alam sekitar.
Optimisme saya akan masa depan negeri kita pun menguat karena ada hal keren yang kami temukan. Hal keren apa? Silakan cermati foto berikut dengan fokus utama pada sosok yang membaca itu.
Luar biasa 'kan? Langka sekali pemandangan seperti itu di negeri kita. Bahkan di Yogyakarta yang dijuluki sebagai kota pelajar, tak kalah langka.
Entahlah siapa dia dan dari arah mana datangnya. Tahu-tahu sudah ada di situ. Kiranya dia merupakan genzy yang memenuhi kriteria profil pelajar Pancasila.
Lalu, bagaimana dengan Pak Jokowi? Alhamdulillah beliau baik-baik saja. Hanya saja, sampai upacara Hari Lahir Pancasila di MBV usai, beliau tak kunjung muncul.
Usut punya usut, berjam-jam kemudian setelah kami akhirnya memutuskan pulang, saya mendengar percakapan seorang penarik becak dengan seorang komandan polisi.
"Bapak sudah rawuh (datang)?"
Sambil menopangkan tangan di sisi becak, Pak Polisi yang ditanya menjawab santai, "Dereng (belum)."
"Ooo. Ini persiapan?"
"Injih (iya). Begitu tadi mendapat telepon kalau Bapak hendak ke Jogja, semua segera bersiap-siap."