Banyak orang yang mengaku cinta kepada Rasulullah SAW. Itulah sebabnya mereka senantiasa memperbanyak bacaan sholawat. Selain sebagai pernyataan cinta, tentunya juga sebagai wujud pengharapan agar di akhirat kelak diberi Syafa'at olehnya.
Selain memperbanyak bacaan sholawat, orang-orang juga berlomba-lomba untuk melakukan aneka sunnah yang biasa dilakukan kekasih Allah SWT itu. Tak terkecuali, keempat sifat Rasulullah SAW (yaitu shiddiq, amanah, tabligh, Â dan fathanah) Â pun berusaha diteladani.
Pendek kata, Â banyak orang mati-matian berjuang untuk dapat meniru apa pun yang dilakukan Rasulullah SAW. Tujuannya jelas, Â yaitu surga-Nya SWT.Â
Alhamdulillah. Â Saya bahagia mencermati fenomena itu. Mau tidak mau membuat semangat saya untuk mencintai Rasulullah SAW terjaga.Â
Dalam teater pikiran saya, kehidupan pastilah bakalan lebih humanis. Rasulullah SAW itu 'kan sosok yang berkepribadian mulia. Tak pernah marah, penuh senyum, Â dan lemah lembut.
Namun, asa saya sama sekali tak terwujud. Alih-alih kehidupan masyarakat terasa makin humanis dan ramah. Yang terjadi justru sebaliknya.Â
Seiring dengan semangat meneladani Rasulullah SAW, perilaku yang bertentangan dengan kepribadian Rasulullah SAW justru mengemuka. Sangat kontradiktif. Mengaku meneladani, tetapi kenyataannya malah mengkhianati.Â
Duh! Â Salahnya di mana? Salah paham itu asal muasalnya dari mana?Â
Rasulullah itu sosok lemah lembut. Faktanya, banyak orang yang gemar naik-pitam tak keruan. Gemar memaki, menghina sesama, Â bersuuzon, Â dan melakukan hal buruk lainnya. Â
Sangat kontradiktif 'kan? Kalau memang hendak meneladani Rasulullah SAW, idealnya 'kan ikutan menjadi sosok yang lemah lembut. Lebih dari itu, banyak orang hobi menyebar hoaks alias memfitnah.Â
Wah! Benarkah kita telah meneladai kekasih Allah itu? Â Alhadil, Â lama kelamaan saya merasa pesimis.Â