Ketika telah sukses menaiki Prameks menuju Jogja, dalam hati saya bertekad untuk kembali tahun depan. Kembali menonton lampion-lampion Imlek di sekitaran Pasar Gedhe Solo.
Apa boleh buat? Ternyata hingga Imlek 2022 saya belum sekalipun sempat pergi ke Solo. Menyedihkan.
Dari tulisan Kompasianer Dyah yang berdomisili di Solo, saya mengetahui bahwa tahun ini lampion-lampion Imlek di Solo tetap dipasang. Namun, jumlahnya 1.000 saja. Biasanya sampai 5.000.
Wow! Sebanyak itu jumlahnya. Sejujurnya sebelum membaca tulisan Mbak Dyah, saya sama sekali tak kepikiran tentang jumlah lampion yang dipasang. Tahunya cuma banyak dan menimbulkan kesan syahdu.Â
Kesyahduan itu pun dipertegas dengan turunnya hujan saat siang jelang sore. Yang ketika berhenti, genangan air di sana-sini menjelma sebagai kenangan tentang dia yang tatkala itu entah di mana. Muehehehe ....Â
Alhasil, ujung dari semuanya adalah nyaris ditinggal Prameks.Â
O, ya. Saat ke Solo demi menikmati lampion-lampion merah saya sengaja tidak berkostum merah.Â
Tujuannya jelas, yaitu agar saya tetap terlihat saat berfoto bersama lampion-lampion merah. Jika nekad pakai jilbab merah, saya pastilah menjadi hilang ketika difoto.Â
Ternyata Imlek Juga Identik dengan Buah-buahan
Seperti yang saya nyatakan di awal, saya hobi menuliskan hal-hal terkait Imlek. Selalu ada cerita menarik dan berkesan tentang Imlek. Namun, fakta membuktikan bahwa baru tahun ini saya tahu tentang keterkaitan buah dan Imlek.Â