Betapa serunya keSAMBER THR Kompasiana!
Hmm. Siapa yang menyangka, kalau pada akhirnya keseruan Samber THR Kompasiana saya rasakan juga pada tahun ini. Setelah ... saya terprovokasi seorang kawan lama yang juga sesama kompasianer.Â
Seperti yang saya cuitkan tadi pagi di Twitter land. Gara-gara perkataan "yang penting jalani saja dulu", saya jadi terpicu untuk ikutan Samber THR Kompasiana pada tahun ini.
Namun, saya 'kan enggak mau kebut-kebutan gila begitu. Maka saya mulai keSAMBERnya ketika program memasuki hari 2. Saya lebih memilih ketinggalan sehari, yang berarti belum-belum sudah tercoret sebagai pemenang utama. Hahaha!
Di situlah saya merasa gagal paham dengan diri saya sendiri. Sudah tahu sejak dini jika tak bakalan menang, eh, lha kok masih setia keSAMBER hingga hari ini? Magnet apa yang kiranya telah melengketkan komitmen saya untuk konsisten menulis dalam bingkai SAMBER?
Alhasil, saya merasa sibuk sekali dalam menjalani Ramadan Pandemi Sesi 2 ini. Betapa tidak sibuk kalau hari demi hari, saya terpaksa cari ide untuk bisa bikin tulisan sesuai tema yang dijadwalkan.
Kalau pas temanya cucok meong dengan minat dan wawasan pengetahuan saya sih, relatif mudah. Kalau temanya di luar yang saya kuasai, ya apa boleh buat? Saya akan absen menulis atau tetap memaksakan diri untuk menulis meskipun sudah tahu kalau hasilnya bakalan waton sakdadine.Â
Pendek kata, kalau ditanya tentang suka duka ikutan Samber THR Kompasiana 2021, jawaban saya begini. Sukanya bikin saya termotivasi untuk rutin menulis. Dukanya kalau saya dengan sadar mangkir dari tugas SAMBER, hanya gara-gara malu berakting di depan kamera (buat ngevlog) atau buntu ide untuk menulis dengan tema yang ditawarkan (dijadwalkan).
Adakah Kompasianer yang senasib sepenanggungan dengan saya?
Salam.