Mohon tunggu...
Agustina Purwantini
Agustina Purwantini Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Aktif pula di blog pribadi www.tinbejogja.com

Pada dasarnya full time blogger, sedang belajar jadi content creator, kadang jadi editor naskah, suka buku, serta hobi blusukan ke tempat heritage dan unik.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Ramadan di Rumah Aja? Dibikin Asyik Ajalah...

27 April 2021   23:05 Diperbarui: 27 April 2021   23:15 664
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lokasi Ngabuburit Favorit Selama Ramadan di Rumah Aja (Dokpri)

Memandangi Senja dan Mengambil Nasi dari Masjid Gede Kauman

O, ya. Ada dua aktivitas yang menarik dan bikin saya tak punya alasan untuk bilang bahwa Ramadan di rumah aja tak asyik. Pertama, ngabuburit di atap rumah sembari memandangi langit senja. Kedua, mengambil jatah nasi buat berbuka puasa.

Mengambil jatah nasi? Iya. Begini penjelasannya. Sejak Ramadan tahun lalu, kurang lebih tiap pukul 16.00 WIB, saya beserta orang se-RW akan mengambil jatah nasi bungkus/kotak di Langgar Adz-Dzakirin. Nasi itu dari Masjid Gede Kauman.

Lokasi Ngabuburit Favorit Selama Ramadan di Rumah Aja (Dokpri)
Lokasi Ngabuburit Favorit Selama Ramadan di Rumah Aja (Dokpri)
Berhubung tak ada aktivitas bukber sebab pandemi, masjib tertutup untuk jamaah umum, ribuan bungkus nasi dari donatur dibagikan ke seluruh warga. Tiap KK maksimal menerima 4 bungkus. Bila jumlah anggota keluarga lebih dari 4, tetap menerima 4. Bila kurang dari 4, menerima sesuai jumlah anggota keluarga. Karena pembagian jatah bukber itu, daftar rencana memasak selama Ramadan saya lupakan. 'Kan menu berbuka saya jadi ngikut aja dapetnya apa. Muehehehe ....

Semula saya membatin, "Iseng banget takmirnya. Kalau masjid di-lock down, kenapa menyediakan ribuan bungkus nasi untuk berbuka? Malah tiap sore yang kerap hujan, jadi repot mendistribusikannya ke antero kampung."

Namun ketika paham pertimbangan takmir, saya angkat topi untuk mereka. Begini. Tetap menyediakan menu bukber = menjalankan amanah dari para donatur. Jadi, uang tak tertahan di kas masjid.

Menu bukber dipesan di berbagai usaha katering kecil/menengah = membantu para pengusahanya tetap punya orderan semasa pandemic.

Dibagikan ke warga sekitar = meringankan biaya hidup warga. Bagi warga berkecukupan, pastilah tak terasa sebagai bantuan. Akan tetapi bagi warga yang mendadak tak berpenghasilan sebab terdampak pandemi, pastilah amat terbantu.

***

Demikian kisah Ramadan yang saya jalani di rumah aja. Yang sejujurnya terasa jauh lebih sepi, namun ternyata membuat saya tersadarkan bahwa inti dari rangkaian ibadah Ramadan bukanlah terletak pada pernak-pernik kemeriahannya, melainkan pada keikhlasan hati ini dalam menjalankan tiap ibadah tersebut.

Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun