Soto adalah salah satu jenis makanan tradisional yang dapat dijumpai di berbagai tempat. Namun, tidak banyak soto yang mampu membuktikan kelezatannya dan bertahan hingga puluhan tahun. Soto Daging Rahayu adalah salah satu kuliner legendaris khas Malang yang masih dapat dinikmati oleh generasi milenia. Apa keunikan warung soto yang satu ini? Yuuk.
Berdiri Sejak 1928
Soto Daging Rahayu mulai berjualan sekitar tahun 1928. Saat itu, yang berjualan adalah nenek dari Hj. Tutik yang saat ini meneruskan usaha. Warung dibuka di pasar besar Malang. Nama Rahayu bukanlah nama penjualnya, melainkan sebuah doa bagi anak cucu dan keturunan berikutnya. Rahayu berarti selamat dan tenteram. Jadi dengan memberikan nama ini, diharapkan usaha ini dapat memberikan keselamatan dan ketenteraman bagi keluarga dan keturunan.
Pada masa penjajahan itu, banyak tantangan yang dihadapi. Salah satunya, sulitnya mendapatkan daging sebagai bahan baku soto. Pada masa itu, daging bukanlah jenis makanan yang lazim dikonsumsi oleh rakyat jelata. Namun, kesungguhan Soto Daging Rahayu membuat kuliner yang satu ini mendapatkan banyak pelanggan setia. Usaha ini dilanjutkan oleh orang tua bu Tutik, dan saat ini bu Tutik juga tengah menyiapkan putrinya untuk meneruskan estafet usaha keluarga.
Beberapa kali pasar besar Malang mengalami kebakaran, namun usaha kuliner ini terus bertahan dan setia melayani pelanggannya. Umumnya, dalam setiap kali terjadi kebakaran, proses pemulihan pasar cukup cepat.
Selama berjualan di pasar besar Malang, dalam satu hari soto Daging Rahayu dapat menghabiskan hingga sebelas kilogram daging sapi dan lima belas kilogram nasi. Jumlah tersebut dapat bertambah ketika hari libur atau pasar sedang ramai.
Kebakaran besar yang terjadi di pasar besar Malang pada tahun 2015 memaksa banyak pedagang berpindah tempat. Salah satunya Soto Daging Rahayu. Untuk meneruskan usaha, sementara pasar masih belum diperbaiki, bu Tutik berjualan di rumah.
Memindahkan lokasi usaha dari tempat yang ramai menuju lingkungan rumah yang relatif sepi membuat usaha ini seperti membuka usaha baru. Namun ketekunan dan komunikasi yang ramah, membuat usaha ini kembali dikenal. Tak jarang, ada pelanggan lama yang datang untuk bernostalgia. Banyak pula anak-anak muda yang tertarik dengan kuliner legendaris ini.Â
Pernah terjadi seorang remaja dari luar kota yang datang naik kereta api. Dari stasiun remaja tersebut berjalan kaki menuju warung Soto Daging Rahayu. Kisah-kisah seperti ini membuat bu Tutik terus berusaha menjaga kualitas sajian, sehingga akan tetap dikenang lidah.
Berjualan di dalam gang, membuat bu Tutik harus melakukan beberapa penyesuaian. Salah satunya menghadirkan soto ayam, sesuai permintaan masyarakat sekitar. Selain itu, bu Tutik juga mengalami penurunan omset. Anak-anak bu Tutik berinovasi dengan menambahkan beberapa menu baru di warung, antara lain Tongkol Pedas, lontong sayur, Ceker Pedas, Mie Pangsit, dan Lontong Cap Gomek.