Mohon tunggu...
Agustina Anggraini
Agustina Anggraini Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Suka menulis artikel, cerpen, dan novel.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mawar Merah Berdarah: Ruang Obrolan 001

4 Juni 2023   20:39 Diperbarui: 4 Juni 2023   21:10 487
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hujan deras mengguyur kota begitu mendadak sehingga banyak pejalan kaki berlarian seperti lalat tanpa kepala untuk mencari tempat berteduh. Namun, ada seseorang yang terus berdiam diri, tubuhnya basah kuyup, pandangannya kosong dan bingung.

Dia seorang wanita pekerja kantoran yang tampak kehilangan semangat hidupnya. Wajahnya pucat pasi, seakan telah menemui hal yang amat mengerikan sepanjang hidupnya ini.

Pada saat itu, dia memiliki pikiran yang aneh dan terdistorsi, berdiri di pinggir jalan raya dekat dengan lampu merah, dia melihat kendaraan yang berlalu-lalang. Kakinya bergerak ke tengah jalan raya. Namun, tiba-tiba -

Seseorang, yang sejak awal mengamatinya dari halte bus terdekat, berlari sangat cepat ke arahnya, kemudian menariknya menjauh dari kendaraan, menyadarkannya.

Wanita kantor itu menangis histeris, menyebabkannya menjadi tontonan. Seseorang yang menyelamatkannya tidak suka pada keributan, jadi dia segera memesan taksi dan membawa wanita tersebut ke tempatnya tinggal.

...

Menunggu hingga wanita itu merasa lebih baik setelah menceritakan tentang kisahnya beserta merekam beberapa bukti, dia akhirnya mendengar wanita itu menanyakan namanya.

"Maaf, bolehkah saya tahu nama Anda?" Wanita kantoran itu merasa diselamatkan olehnya dan memiliki harapan untuk hidup lagi.

"Ya, namaku ... Kau bisa memanggilku Felia."

~***~

"Pemakaman?" Herlina bertanya-tanya apa yang barusan dia dengar dari pembicaraan teman-temannya di Ethereal Cafe yang sekarang tampak suram.

"Heem, pihak berwenang sudah selesai mengautopsinya, jadi kita mungkin bisa mengurus pemakamannya. Sebenarnya, masih sulit menerima bahwa kematiannya nyata. Apa Kak Anggie benar-benar sudah mati?" Syafira merenungkan kembali alasan mengapa mereka bisa berakhir begini.

Tak ada yang berani menjawab pertanyaan tersebut karena mereka semua yang ada di sini berharap itu tidak benar.

Ring~

Bel pintu masuk berbunyi, mereka segera teralihkan oleh pengunjung yang ternyata adalah Vilia. Dia terlihat kelelahan dan cemas akan sesuatu, menambah suasana yang suram.

"Yoru, ada apa?" Widia, yang sejak awal memperhatikannya, yang pertama bertanya.

"Ada kasus aneh yang sedang kami tangani," ujarnya seraya melirik Zoey yang datang bersamanya. Zoey juga dalam kondisi yang sama, tampak khawatir.

"Kasus apa itu?" Syafira tiba-tiba memiliki firasat buruk.

Dia beberapa waktu lalu mengecek forum ilegal dari kode yang diberikan Anggie padanya, ada kekacauan di forum tersebut. Mungkinkah itu berkaitan dengan kasus aneh yang menyebabkan Vilia dan Zoey gelisah?

"Masalahnya kami juga tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, tetapi beberapa tuntutan pemerintah meminta kami menyelidikinya dan ada salah satu klien kami yang menginginkan agar kami mengetahui penyebabnya," jelas Zoey sembari membuka file dokumen di tangannya.

"Ceritakan lebih banyak," pinta Herlina yang masih bingung.

"Jadi, ini tentang ruang obrolan misterius yang muncul sebulan yang lalu. Tak diketahui siapa pembuatnya, tetapi ruang obrolan itu mempengaruhi pemerintah dan rahasia-rahasia lainnya, juga ada banyak hal ilegal dijual di sana. Hingga muncul beberapa korban yang dijebak dan akhirnya bunuh diri," beritahu Vilia sambil membaca catatannya di tablet. "Itu yang bisa kukatakan, selebihnya adalah rahasia pekerjaan kami. Jadi, aku hanya ingin meminta kalian berhati-hati," lanjutnya dengan sungguh-sungguh khawatir.

Setelah penuturan Vilia dan Zoey, anggota lainnya jatuh dalam keheningan mencekik sampai mereka memutuskan untuk pulang, demi mencerna berita tersebut.

Mereka tidak tahu bahwa mereka akan terlibat ke dalam kasus tersebut.

~~~

Alunan nada yang indah dan menghipnotis bergema di ruang khusus dengan piano mewah yang dimainkan wanita cantik. Tangannya begitu lincah menari-nari di antara sekumpulan tuts piano, menciptakan nada yang menggetarkan hati.

Melihatnya bermain piano, Rei terpesona beberapa detik sebelum dia akhirnya memberinya apresiasi setelah permainan piano berhenti karena kedatangannya.

"Aku tidak tahu kau bisa bermain piano, Pankoc. Bagaimana kondisimu, apa lukamu masih sakit?" tanyanya dengan khawatir, teringat kejadian tragis pada malam itu.

Wanita itu meminta sesuatu alih-alih menjawab, "Bisakah kau memanggilku Felia? Aku lebih suka menjadi Felia sekarang dan tidak perlu merasakan apa-apa."

Rei menghela napas lelah, dia sudah sering mendengar permintaannya yang tidak bisa dia penuhi itu. Agak menjengkelkan baginya untuk ikut bermain bersama kepribadian wanita itu yang aneh.

"Lain kali aku akan memanggilmu dengan nama itu, tidak sekarang. Lalu, kau belum menjawab pertanyaanku," tuntutnya seraya berjalan menghampirinya dan berdiri di belakangnya.

"Aku dalam kondisi baik."

Felia mengangkat kepalanya ke atas, menatap Rei dengan ketidakpedulian, matanya tampak kosong sesaat, tetapi kemudian berbinar aneh seolah tiba-tiba bola lampu menyala di benaknya.

Rei mendadak memiliki firasat tidak baik, jadi dia mengulum senyumnya dan menginterogasi, "Pankoc, apa yang kau rencanakan dengan menatapku seperti itu?"

Felia menarik tatapannya, menggerakkan kepalanya dan berpura-pura memperhatikan tuts piano, sementara pikirannya sedang berkelana ke antah berantah.

"Tidak ada, hanya memikirkan sesuatu yang tidak masuk akal. Reirei, sampai kapan kau akan menahanku di sini? Bisakah aku pergi keluar? Di sini membosankan," keluhnya panjang lebar dengan nada lemah.

"Aku sedang mempertimbangkannya, jadi tetaplah di sini, dan ... jangan kabur," bisiknya pelan seperti ancaman terselubung.

"Reirei, kau jadi menakutkan, ini tidak seru," balas Felia seraya menekan beberapa tuts piano dan membuat nada getar yang kuat.

Sudut mulut Rei berkedut. Dia agak kesal sekarang. Sungguh sulit memahami wanita aneh di depannya, tidak peduli bagaimana dia mencoba melakukannya. Terkadang bersikap kekanak-kanakan, tetapi di waktu lain benar-benar terlihat seperti orang yang berbeda dengan pikiran dewasa.

"Aku menyelamatkanmu, kau tahu itu. Nah, bagaimana caramu membalasnya," ujarnya meski dia tidak membutuhkan balasan.

Namun, mungkin dia tidak menduga bahwa Felia cenderung memikirkan hutang dengan serius, apalagi dia berhutang nyawa padanya. Seketika, keheningan yang mengkhawatirkan timbul selama beberapa menit sampai Rei tidak tahan lagi dan hendak menarik kembali ucapannya yang dia sesali itu.

Sayangnya, Felia telah memikirkan jawabannya.

"Aku akan menyelamatkanmu jika kau dalam bahaya suatu hari," ucapnya sambil membalikkan badannya dan berhadapan dengan Rei.

Rei terkekeh, dia pikir apa, ternyata semacam janji. Yah, dia bisa melindungi dirinya sendiri, jadi masa ketika janji itu dipenuhi tidak akan terjadi, setidaknya menurutnya.

"Baiklah, pegang janjimu, Pankoc."

Andai saja dia tidak setuju saat itu, dia tak akan memiliki penyesalan mendalam di waktu mendatang.

***

Setelah diam-diam melarikan diri dari vila yang penjagaannya ketat, Felia menemukan tempat tinggal yang nyaman di sebuah hotel kelas tiga. Tentunya, dia berhasil membawa barang-barang elektronik yang amat dia butuhkan seperti tablet, laptop portabel rakitannya sendiri, dan beberapa alat untuk menyadap jaringan.

Duduk di sofa empuk di kamarnya, Felia menyalakan laptop portabelnya, kemudian menggunakan terminal khusus dan mengetikkan serangkaian kode yang familiar. Dia meretas database pemerintah lokal untuk mengetahui mayat palsu yang dikirim oleh Rei.

Dia mendownload keseluruhan file terenkripsi yang dipisah dan mengesktraknya. Dia membuka file terenkripsi tersebut, tidak terlalu bermasalah dengan kata-kata acak yang tak dapat dipahami karena dia memiliki cara untuk memecahkan enkripsinya.

Namun, Felia tidak melakukannya sekarang. Dia akan memeriksanya nanti malam. Dia lebih tertarik dengan informasi baru yang panas yang menjadi informasi rahasia pemerintah.

Ruang Obrolan 001

"Hnmm ...." Felia menyangga dagunya, membaca informasi yang menarik itu setelah memecahkan enkripsinya.

Mata coklatnya menyipit. Hal-hal tersebut tidak sederhana, justru merupakan sesuatu yang sangat berbahaya dan gelap.

Sebenarnya, misteri tentang bagaimana teman-temannya bisa ditargetkan itu berasal dari kerjasama Felia dengan pemerintah. Dia tidak menyangka bahwa teman-temannya akan dijadikan sebagai sandera, jadi dia bekerja untuk pemerintah untuk menjaring banyak organisasi ilegal. Namun, akhirnya dia dikhianati dan dibunuh oleh agen pemerintah.

Buku harian yang sengaja dia sembunyikan untuk ditemukan oleh teman-temannya hanya kedok. Dia menulis fakta yang berbeda dan terpelintir di sana agar teman-temannya tidak meragukan kematiannya.

Dia tidak ingin menyeret mereka lagi ke rawa berlumpur racun ini, dia akan hidup sendiri tanpa membahayakan orang-orang yang dia sayangi. Seperti ini juga bagus, meskipun dia sangat kesepian...

Jadi, Felia memulai aksinya dalam penyelidikan khusus terhadap ruang obrolan misterius yang menyebabkan tragedi.

~~~

Eva, seorang direktur perusahaan media, mendapatkan email aneh dari anonim malam itu. Email tersebut berisi informasi gelap terkait aktivitas di dunia maya yang mengakibatkan kematian pada korban yang terjebak. Pengirim email memberikan banyak data aktual sebagai bukti dan meminta kerjasamanya dalam penyelidikan lebih lanjut.

Duduk di kantornya dengan ekspresi berkerut, Eva mempertimbangkan bagaimana cara dia menanggapi email itu. Apakah menerima tawarannya atau menolaknya?

Kasus yang terlampir dalam email itu amat menakutkan baginya. Dia tidak mungkin bisa menjamin keselamatan pribadinya bila menerima tawaran tersebut, tetapi sebagai seseorang yang memiliki kepribadian kuat, Eva tidak ingin kasus itu menghantui negeri ini dan menyebabkan banyak orang tak bersalah menjadi korban.

Jadi, setelah memikirkan bagaimana cara menjaga keselamatan pribadinya sambil tetap menyetujui tawaran itu, Eva menghubungi temannya yang cukup banyak berpengaruh di dunia maya. Dia sudah lama tidak menghubungi temannya itu karena kesibukannya. Oleh sebab itu, dia tak tahu menahu tentang kejadian tragis yang terjadi.

Teleponnya tersambung dan suara menjengkelkan temannya itu berdenging.

-"Siapa ini?! Ganggu tidur nyenyakku!"

Sudut mulut Eva berkedut, dia melirik jam di tangan kirinya. Memang sudah jam 1 pagi, dia lupa waktu.

"Yo, Rahmat. Gimana kabarmu? Gak mungkin kau lupa aku, kan?"

Hening di ujung sana selama beberapa detik.

-"Sh*t! Kau orang hilang! Ke mana saja kau selama ini?!"

Eva menjauhkan smartphone dari telinganya, takut tuli karena dibentak.

"Yah, tenanglah! Aku ada di Ibukota, mana mungkin punya waktu untuk bersua denganmu! Gimana kabar Ethereal Cafe? Sudah lama aku gak menyapa Cece Zoey dan Cece Anggie," ungkap Eva dengan pandangan nostalgia.

Lama berlalu tak ada balasan, Eva jadi khawatir dan bingung. Dia memanggil, "Halo, Rahmat. Kau masih mendengarku?"

-"Datanglah ke sini."

Tut!

Telepon terputus setelah kalimat terakhir itu membuat Eva semakin bingung. Dia memeriksa jadwalnya, menunda beberapa rapat dewan direksi dan memesan tiket pesawat ke kota S.

Ethereal Cafe ada di Kota S karena Anggie yang membangunnya di sana bersama Luxie dan anggota pendiri lainnya. Jadi, Eva yang bekerja di Ibukota J harus melakukan perjalanan panjang ke sana.

Untungnya, dunia telah berubah menjadi semakin maju dan angkutan seperti pesawat dan kereta bawah tanah dapat menjangkau ke daerah-daerah dan pulau-pulau terpencil.

Eva memutuskan untuk segera berangkat pukul 6 pagi. Dia memberitahu sekretarisnya untuk menyiapkan barang-barangnya dan meminta wakil direktur utama untuk mengurus beberapa hal.

Ini akan menjadi perjalanannya yang panjang dan penuh warna. Eva tak akan menyangka bahwa dirinya akan menjadi saksi dari hal yang mengerikan.

~~~

Ken, seorang konsultan kriminal, sedang memindai kasus-kasus terbaru di kantornya. Dia diminta oleh pihak pemerintah untuk menyelidiki kasus ruang obrolan 001 yang meneror kalangan pejabat. Masalah serius ini bukan sesuatu yang bisa diremehkan, telah banyak korban yang berjatuhan sebagai hasil dari pergerakan ruang obrolan misterius itu.

Sebagai seseorang yang menyukai perhitungan matematis daripada menyelesaikan kasus permainan logika, Ken cukup berdedikasi dalam pekerjaannya.

Di waktu luangnya, dia adalah seorang matematikawan yang telah menerbitkan banyak esai ilmiah di berbagai jurnal sains. Demi pengembangan penelitian abstrak berbasis aljabar kompleks, Ken mengambil semua cutinya demi melanjutkan penelitian tersebut.

Akan tetapi, sekarang dia dipanggil tugas oleh pihak pemerintah untuk secara khusus menangani kasus ruang obrolan 001, maka dia harus menunda penelitiannya yang berharga.

Dia mencetak beberapa lembar dokumen terkait kasus tersebut untuk dianalisis, kemudian menghubungi sahabatnya yang ahli di dunia internet untuk penyelidikan khusus. 

Namun, untuk alasan yang tak dapat diketahui, Ken sayangnya tidak bisa menghubungi temannya itu. Semua kontak sosial media milik sahabatnya tidak aktif sejak sebulan yang lalu. Terakhir kali mereka saling mengirim pesan juga adalah sebulan yang lalu.

Ken awalnya berpikir bahwa sahabatnya itu sangat sibuk, dia sendiri juga sibuk dalam pengembangan penelitiannya sehingga dia lupa menanyakan kabarnya. Melihat pesan terakhir yang dikirimkan sahabatnya, Ken merasa khawatir jika terjadi sesuatu padanya.

=Log Obrolan terakhir=

-Ken : Panda, kapan kau punya waktu? Sudah lama kita tidak makan bersama lagi. (19.40)

-Panda : -_aku sibuk. (20.00)

-Ken : Ihh, tumben, biasanya sering gabut, kan. (20.02)

-Panda : Memang, tapi kali ini berbeda. (20.10)

-Ken : Ada masalah apa? (20.20)

-Panda : Bukan apa-apa. (20.20)

-Ken : Panda? (22.00)

===

Pesan terakhir Ken belum dibalas meski sudah dibaca dan sahabatnya, yang dia juluki 'Panda' dan menamai kontaknya begitu, aktif terakhir kali pada hari itu pukul 23.00. Seakan setelahnya, sahabatnya menghilang ditelan udara.

Karena rencananya untuk meminta bantuan 'Panda' gagal, dia harus mencari alternatif lain, yaitu melakukan penyelidikan secara pribadi. Jelas resikonya lebih besar, dia mungkin mengalami serangkaian insiden berbahaya yang disebabkan oleh ruang obrolan 001.

Ken mengetuk-ngetuk tepi mejanya seraya mempertimbangkan langkah selanjutnya. Tiba-tiba, dia berdiri seolah-olah bola lampu menyala di benaknya, memberinya ide yang patut dicoba. Dia bisa meminta kerjasama dengan pihak media, kasus ini mungkin dirahasiakan ketat, tetapi pihak media juga berurusan dengan pemerintah. Ken dapat memanfaatkannya.

Setelah menyelesaikan laporan awalnya yang dikirim melalui email ke orang yang ada di pihak pemerintah, Ken bergegas keluar dari kantornya untuk mengunjungi kenalannya di salah satu perusahaan media terkenal.

~~~

Tik tok tik tok

Suara tetesan air dari lubang pipa yang jatuh ke tanah bergema di ruang bawah tanah yang gelap. Seorang pria, yang mengenakan topi, kacamata, dan masker, menyilangkan kedua tangannya sambil bersandar di dinding. Dia menunggu seseorang.

Beberapa saat kemudian, terdengar langkah kaki mendekat dari lorong gelap di sebelah kanannya. Dia menoleh dan mendengar panggilan dari orang yang dia tunggu.

"Moon? Kapan kau kembali? Ini kejutan yang menyenangkan," sapa orang itu.

Moon menyipitkan matanya, tampak tidak senang. Dia cukup pendiam dan dingin, dia tak repot-repot menanggapi orang itu.

"Hei, kawan. Apa kau marah karena organisasi kita jadi seperti ini?" Orang itu meninju pelan bahunya sambil tertawa kosong.

Mereka adalah teman dekat, mereka lah yang membangun organisasi tempat mereka bernaung ini dan mengumpulkan anggota-anggota dari berbagai wilayah.

Moon jarang melakukan perekrutan, dia adalah eksekutor yang melakukan semua tugas-tugas organisasi yang bisa dia kerjakan. Oleh sebab itu, dia selalu sangat sibuk hingga dia pergi ke luar negeri untuk urusannya dan baru kembali sekarang.

Ekspresi Moon tak dapat dilihat karena bayangan gelap di lorong. Namun, temannya dapat merasakan aura berbahaya darinya.

"Aku keluar." Cukup dua patah kata itu yang memberikan peringatan besar kepada temannya.

"Hei, kau tidak bisa begitu! Kita membangunnya bersama! Jika kau pergi, lalu bagaimana denganku?!"

"Kalau begitu, bersihkan! Jika tidak berhasil, aku akan menghancurkannya sendiri," ancam Moon dengan nada tajam seraya berjalan pergi meninggalkan orang itu.

***

Ren membolak-balik majalah bisnis di kamarnya dengan malas. Semenjak, tragedi itu, dia kehilangan semangatnya untuk mengembangkan hobinya. Seakan sudut hatinya tertusuk dan sakit, itu belum sembuh hingga sekarang.

Apalagi, dia sudah mendengar kabar terkait hasil autopsi dan akan segera diadakan pemakaman untuk seseorang yang dia anggap sebagai adik perempuannya.

Ren selalu memperhatikannya dan merawatnya, dia tidak percaya bahwa seseorang yang dia sayangi itu telah pergi begitu saja. Dia hampir mengira tragedi itu hanyalah permainan lelucon yang mungkin saja dilakukan Anggie, yang memiliki selera humor yang aneh.

Akan tetapi, konfirmasi dari pihak berwenang telah memadamkan harapannya. Tidak mungkin pihak berwenang berbohong dan ikut mengada-ngada, kecuali ada perihal yang krusial ikut serta dalam kasus tersebut.

Ada juga satu hal mengganjal yang mengganggu Ren. Itu adalah saat dia berpapasan dengan orang di sebuah halte, dia ingat dengan benar bahwa dia sepertinya mendengar panggilan yang akrab. Namun, dia tak melihat orang yang memanggilnya, jadi apakah itu ilusinya semata?

Mengingatnya kembali, Ren tiba-tiba tersadar pada banyak keganjilan pada malam tragedi itu. Juga, penjelasan temannya cukup mencurigakan seperti dibuat-buat. Ren menyusun beberapa petunjuk dan memikirkan kemungkinan apa yang sebenarnya terjadi pada malam itu.

Vila di tempat terpencil, pesta malam yang agak aneh, dan kejadian mawar merah yang ternoda darah di taman. Kemudian, hasil autopsi dan kesimpulan yang dia dapatkan dari temannya.

Pada saat itu, ponselnya berbunyi menandakan pesan masuk. Ren melihatnya dari orang tak dikenal yang tampaknya mengundangnya ke sebuah ruang obrolan.

Merasa penasaran, Ren memeriksa pesan itu beberapa kali dan mencium sesuatu yang berbahaya. Akan tetapi, dia tidak segera menghapus pesan tersebut dan tetap menyimpannya, kalau-kalau dibutuhkan suatu hari, mungkin dia bisa melaporkannya ke pihak berwenang?

Ngomong-ngomong, mengapa dia diundang ke ruang obrolan aneh dengan kode 001?!

Ren tidak cukup bodoh untuk mengikuti ruang obrolan tersebut dan membahayakan dirinya sendiri, tetapi bukan berarti dia akan membiarkannya begitu saja.

Dia berencana menunjukannya ke anggota Ethereal Cafe. Mungkin saja mereka mengetahui tentang ruang obrolan ini karena dia mengira mereka setidaknya memiliki beberapa hal rahasia. Itu juga karena dia mengenal Anggie, yang terakhir itu cukup aneh jadi bukan tidak mungkin kalau Anggie mempengaruhi orang-orang di sekitarnya.

***

Nadila dan Irin menerima pesan anonim di email mereka yang mengundang mereka untuk bergabung dengan sebuah ruang obrolan berkode 001. Mereka menerimanya kemarin malam dan membagikan informasi ini ke teman-teman Ethereal Cafe yang kebetulan berkumpul untuk menyiapkan acara pemakaman pemimpin grub mereka.

"Jadi, apa kalian setuju untuk bergabung?" Herlina menanyakan pertanyaan kritis dengan khawatir.

"Tentu tidak, aku tahu itu tampaknya berbahaya dan meragukan," jawab Nadila diiringi anggukan Irin.

Herlina mengingat apa yang diberitahukan oleh Zoey kepada mereka tempo hari. Saat itu, Nadila dan Irin kebetulan tidak ada di sekitar karena mereka sedang sibuk pada pekerjaan lembur, jadi dia memberitahu mereka hal ini sekarang.

"Ruang obrolan itu ternyata sangat berbahaya, syukurlah aku tidak bergabung!" seru Nadila dengan lega setelah mendengar penjelasan Herlina.

Sementara itu, Irin bengong karena tak menyangka bahwa mereka hampir menjadi korban dari hal yang berbahaya. Bulu kuduknya berdiri dan dia merasa kedinginan di punggungnya.

"Tapi, kenapa ruang obrolan mengundang kalian?" Syafira, yang sejak awal menyimak, menimpali dengan menusuk titik kecurigaan semua orang.

Nadila mengangkat bahu, itu sama untuk Irin yang juga bingung. Herlina menyentuh dagunya, mencoba menganalisis motif dari ruang obrolan misterius tersebut.

"Tidak mungkin memilih orang secara acak, kan? Lalu, darimana ruang obrolan itu memperoleh data kita?" Dinda ikut menyahut. Dia semakin khawatir dengan ancaman ruang obrolan ini.

"Kebocoran data?" Widia menoleh ke kursi sofa besar di Ethereal Cafe yang biasanya diduduki Anggie. Mereka sengaja tidak menduduki sofa itu untuk alasan yang membingungkan. Widia merasa tercekat sejenak.

Setiap kali hal yang berhubungan dengan data dan keamanan jaringan, mereka selalu meminta saran Anggie, itu seperti kebiasaan. Herlina dan lainnya, yang melihat tingkah Widia, tercenung.

"Lalu, apa yang harus kami lakukan? Apa baik-baik saja mengabaikannya?" Nadila mengalihkan pembicaraan kembali ke topik utama agar suasana aneh sebelumnya menghilang.

"Kita tunggu Kak Zoey dan Yoru dulu, mereka sepertinya tahu tentang kasus ruang obrolan ini," saran Herlina yang diterima oleh mereka tanpa ragu.

Lagipula, tak ada yang bisa mereka lakukan selain menunggu saat yang tepat untuk bertindak. Juga, mereka kekurangan informasi. Mereka tak tahu apa-apa tentang ruang obrolan 001 itu.

~~~

Di sebuah kamar apartemen yang cukup nyaman, Felia memindahkan barang-barangnya yang dia bawa dari hotel ke kamar apartemen rahasianya. Dia sudah membeli kamar apartemen ini sebulan yang lalu untuk berjaga-jaga tanpa menggunakan data pribadinya. Jadi, dia tidak khawatir untuk masalah registrasi karena dia memiliki identitas baru sekarang.

Felia butuh tempat yang aman, jelas hotel kelas tiga rentan akan bahaya. Dia tidak bisa menjamin keselamatannya jika dia melakukan peretasan di sana. Apalagi setelah meretas informasi data ruang obrolan 001, Felia menerima serangan balik. Untungnya, dia buru-buru membuat berbagai program virus untuk mematikan perangkatnya sehingga dia tak bisa dilacak.

Oleh karena itu, dia memutuskan untuk menggunakan kamar apartemen rahasia ini yang terletak di tengah kota, tetapi lokasinya cukup aman karena ini adalah apartemen kelas atas. Dia merasa darah yang mengalir di jantungnya tersendat karena mengingat hampir separuh tabungannya habis untuk membelinya.

Demi keamanan dan keselamatan pribadinya, Felia mulai menyingkirkan perasaan buruk itu. Yah, dia bisa saja menggunakan keterampilannya untuk mendapatkan banyak uang sekaligus, tetapi dia akan menjadi kriminal. Dia memiliki prinsip kuat untuk tetap berpegang pada kebaikan daripada melakukan kejahatan.

Setelah membereskan barang-barangnya yang tersisa untuk disimpan, Felia mulai menyalakan laptopnya untuk memeriksa data yang dia dapatkan. Dia sudah menganalisis sekitar setengahnya dan mengirimkannya secara anonim ke seseorang yang dia kira akan membantunya untuk menyelidiki.

Dia bahkan mendapatkan sebuah link undangan menuju ruang obrolan misterius tersebut dengan kode 001. Felia langsung memilih bergabung setelah beberapa pertimbangan. Penyelidikan paling akurat didapat dengan bergabung dengan kelompok yang diselidiki.

Dia tahu resikonya sangat tinggi, tetapi dia tidak ragu-ragu karena ada satu informasi lain yang men-trigger-nya.

Dari setengah data yang dia analisis tentang ruang obrolan 001, dia menemukan beberapa kasus kebocoran data yang dimanfaatkan oleh mereka. Rupanya, dia melihat beberapa data dari orang-orang yang dia kenal, teman-temannya dari Ethereal Cafe.

Felia menyaksikan jendela ruang obrolan khusus yang terdapat di sebuah dark web sehingga hanya orang-orang yang diundang yang dapat bergabung. Undangan itu pun tidak diberikan sembarangan. Untungnya, dia mengetahui link undangan dari hasil data rahasia pemerintah. Itu jelas bahwa ada hubungan pemerintah dengan ruang obrolan itu.

Tentu saja, Felia menggunakan identitas lain, bukan nama aslinya yang dulu, melainkan namanya yang sekarang. Dia tidak khawatir tentang identitasnya saat ini.

Ada banyak log obrolan di sana, dia memeriksa anggota-anggotanya dan melihat jumlah anggota aktif sekitar 250 akun dan anggota yang 'pending', baru diundang, tetapi belum memasuki ruang obrolan ada sekitar 50 orang.

Di antara nama-nama akun yang 'pending', Felia terkejut mendapati beberapa akun yang dia kenal.

"Ternyata mereka juga diundang... Lalu, apa tujuan sebenarnya ruang obrolan ini?"

Log pesan tampaknya biasa saja, seperti bagaimana operasi di dark web, itu melibatkan transaksi jual beli hal-hal yang ilegal. Tidak ada yang aneh dari itu. Mengapa ruang obrolan ini berafiliasi dengan pemerintah dan tampaknya meresahkan masyarakat?

Yang mengganggunya ialah teman-temannya dilibatkan dalam aktivitas gelap mereka. Dia jadi gelisah.

Mereka adalah teman-temannya yang berharga, meskipun mungkin mereka tidak menganggap dirinya sebagai teman... Yah, ada kalanya Felia merasa skeptis. Dia tidak percaya orang lain menyukainya, dia lebih percaya bahwa orang lain mungkin membencinya. Dia merasa tidak ada yang akan menyukainya.

Itu baik-baik saja, dia sudah terbiasa.

Mengenyahkan perasaan sedihnya, Felia memfokuskan perhatiannya ke log obrolan. Dia berencana membaca sampai ke ujung log obrolan untuk menemukan titik kunci. Ini akan memakan waktu beberapa hari tanpa tidur, yeah dia siap untuk itu.

Ada banyak persediaan obat yang dia butuhkan sebagai cadangan.

Malam itu, diselingi suara pengetikan keyboard dan layar yang menampilkan beragam data, Felia memulai aktivitasnya sendirian.

***

Beberapa orang mengalami malam tanpa tidur, sementara lainnya menjalani hari tanpa mengetahui apapun.

Ketidaktahuan adalah kebahagiaan.

***

Rei memarkirkan mobilnya di depan lingkungan apartemen mewah, dia menatap ke lantai kamar tertentu dengan ekspresi rumit. Dia sengaja membiarkan Pankoc-nya melarikan diri untuk melihat apa yang sebenarnya ingin dia lakukan lagi.

Rei telah mengikutinya sejak itu, dia mungkin menjadi stalker yang dia benci karena Pankoc-nya. Itu tak bisa dipungkiri, Rei sangat khawatir padanya. Juga, yang menyulitkan ialah dia tak bisa menghentikannya.

"Hah, Pankoc .... Kau jadi sangat nakal." Rei mengambil keputusan untuk menemuinya, singkatnya membujuknya untuk berhenti dan hidup dengan baik tanpa melibatkan diri dalam bahaya.

Saat Rei hendak keluar dari mobilnya, dia menerima notifikasi dari ponselnya. Dengan penasaran, Rei membukanya, dan menatap pesan email aneh dengan ekspresi tercengang.

"001?!"

~***~

Felia berhasil menyelamatkan salah satu korban dari ruang obrolan 001. Seorang wanita pekerja kantoran yang telah mengalami serangkaian ancaman baik di dunia maya maupun di dunia nyata. Wanita tersebut menceritakan tentang pengalamannya diteror oleh orang-orang misterius yang memintanya untuk melakukan apa yang mereka inginkan. Hal-hal tak manusiawi.

Felia membantu wanita tersebut untuk lepas dari teror dengan membuatkan identitas baru, sebagai gantinya, wanita itu akan melakukan sesuatu untuknya. Kesepakatan yang adil.

"Karena identitasmu berubah, mulai sekarang aku akan memanggilmu ...."

Dia mengucapkan serangkaian kata yang akrab, sementara wanita di hadapannya tertegun sejenak.

"Aku mengerti," balas wanita itu dengan tegas.

Dia diselamatkan dan tentu merasa berhutang banyak kepada Felia sehingga dia harus membayarnya kembali. Dia akan menjalani peran yang diminta oleh Felia untuknya selama keselamatannya terjamin.

***

Moon menatap nomor ID salah satu anggota dari ruang obrolan 001. Matanya menyipit melihat nama kode yang dipakai pemiliknya.

Felia

"Felia?" bisiknya pelan, nadanya terdengar bingung seakan dia diingatkan pada sesuatu di masa lalunya.

Bayangan seseorang tertentu melintas di benaknya, namun dalam sekejap, Moon menepisnya karena dia merasakan cubitan di sudut hatinya hanya dengan mengingat orang tersebut. Sudut mulutnya melengkung saat dia memeriksa Felia, melihat bahwa Felia bukan salah satu anggota yang diundang ke ruang obrolan 001.

"Berhasil menyusup, menarik," pujinya seraya menetapkan untuk mengawasinya untuk ke depannya.

Di samping itu, Moon mempersiapkan diri untuk pembalikan. Tentu saja, hal-hal tak bisa begitu mudah diubah dan dihapuskan setelah semua dimulai, maka dia perlu membereskannya perlahan dengan memutuskan koneksi dengan pihak ketiga.

Moon tidak yakin apakah pertumpahan darah bisa dicegah dalam hal ini, dia hanya ingin menghentikan kebusukan yang telah mendarah daging dengan cara merusaknya dari dalam. Untuk itu, dia mungkin perlu bekerjasama dengan Felia, seseorang yang berhasil menyusup. Dia membantu Felia untuk menyamarkan diri dengan mengganti kode loginnya yang ilegal menjadi legal.

Sebagai salah satu pendiri organisasinya, Moon memiliki akses tak terbatas pada pengendalian aktivitas maya organisasinya.

Pada saat itu, dia menerima email lain dari pihak ketiga. Setelah membacanya, ekspresi Moon langsung suram. Alisnya menyatu dan tatapan matanya berubah tajam.

"Sialan! Jadi, mereka akan melakukan pembersihan?!"

Moon mengambil ponselnya, menelpon teman dekatnya itu untuk memberitahunya kabar buruk ini.

-"Kita benar-benar dikhianati, aku-aku tidak menyangka ini sebelumnya, Moon. Ini salahku karena menerima tawaran mereka."

"Ya, itu tidak penting, kau bersalah atau tidak, hasilnya sama. Yang perlu kau lakukan adalah menyelamatkan para sandera, juga lenyapkan orang-orang dari pihak ketiga yang menghalangi. Bagaimanapun, organisasi kita akan dibersihkan, jadi mari hancurkan dan mengubur mereka bersama kita. Bukankah ini ide yang bagus?"

Ini pertama kalinya sejak beberapa lama, Moon mengatakan banyak hal dengan nada yang berlainan dengan sifatnya. Seolah dia telah menjadi orang yang berbeda dibandingkan sebelumnya yang tidak repot-repot berbicara.

-"Moon, kau!"

Teman dekatnya cukup terkejut. Ternyata, mereka telah sampai di sini, pada akhirnya organisasi mereka harus dihancurkan.

"Waktu yang kita miliki adalah satu minggu. Mereka akan melakukan pembersihan satu minggu yang akan datang, para sandera juga akan dibungkam meski tidak tahu banyak. Apa kau tahu bagaimana caramu menebus kesalahanmu?" tanya Moon, bayangan gelap menyembunyikan ekspresinya.

***

Salinan email yang berisi operasi pembersihan ditampilkan di layar monitor. Mata coklat Felia membaca keseluruhan tanpa berkedip, tidak terkejut sama sekali dengan aksi yang dicoba pihak 'itu'.

Betapa gelapnya dunia ini berbanding lurus dengan bagaimana cara pihak 'itu' dalam membersihkan semua hal yang mengganggu ketentraman. Bahkan, kemungkinan para korban yang mengetahui rahasia tidak akan selamat.

Jika Felia tidak menyabotase server pihak 'itu', dia tak akan mengetahui berita operasi pembersihan ini. Dia akan terlambat untuk menyelamatkan teman-temannya dan pasti menyesalinya seumur hidup.

Dengan berbekal banyak pengetahuan yang dia miliki untuk menyusun skema bunuh dirinya, dia mengatur beberapa rencana dalam menghadapi operasi pembersihan tersebut. Felia merasa bahwa ini mungkin menjadi upaya terakhirnya untuk menyelamatkan teman-temannya.

~***~

Mereka yang menerima email undangan ruang obrolan 001 dan tidak menyetujui untuk bergabung diculik satu per satu atas perintah pihak 'itu'.

Tiga hari sebelum operasi pembersihan, Irin dan Nadila yang baru pulang dari kantor bertemu beberapa orang yang mengenakan jas hitam mencegat mereka.

Wajah Irin memucat dibawah ancaman, sementara Nadila mencoba untuk tetap tenang, meskipun jantungnya melompat ketakutan, dia berusaha mencari solusinya. Dia tak tahu apa tujuan mereka, jadi dia lebih baik menurut karena melakukan perlawanan tampaknya sangat berbahaya.

Mereka menyita ponsel milik Irin dan Nadila dan membawa mereka ke suatu tempat dengan mobil.

~~~

"Di sini, aku sudah mengirimkan lokasinya," ucap Ren ke ponselnya yang tersambung ke temannya yang membantunya untuk menyelidiki kasus malam mawar berdarah.

Ren awalnya berniat membawa masalah ruang obrolan 001 ke Ethereal Cafe untuk memperingatkan mereka juga, serta mencari lebih banyak informasi, tetapi dia menemukan adanya kejanggalan pada pihak berwenang. Bahkan, upacara pemakaman yang seharusnya dilakukan tertunda tiba-tiba.

Tanpa persetujuan, Ren mendengar dari temannya yang ada di pihak 'itu' bahwa mereka melakukan autopsi lagi.

Ren sangat marah, sayangnya dia tak bisa ikut campur lebih jauh. Sekarang, dirinya mendapati surat ancaman dari ruang obrolan 001 yang memintanya datang ke sebuah gedung yang kosong di situs bangunan yang terbengkalai.

Ada beberapa orang bersetelan hitam yang menunggunya saat dia tiba. Ren sengaja datang kali ini karena surat ancaman itu sebenarnya lebih merupakan petunjuk. Dia juga sudah menghubungi beberapa rekannya untuk berjaga-jaga.

"Apa yang kalian inginkan?" tanya Ren seraya memasang sikap waspada.

Salah satu dari orang itu menunjukkan sebuah foto yang dikenali Ren.

"Apa kau mengenal wanita ini?"

Deg!

Ren mencoba berpura-pura tidak mengenalinya. Dia tetap bergeming meskipun tatapan menusuk mereka mengarah padanya.

"Wanita ini memalsukan kematiannya, kau adalah yang paling dekat dengannya, jadi kami akan membawamu," orang yang berbeda memutuskan melangkah maju daripada terus menunggu sia-sia di sini.

Ren, yang hanya orang biasa tanpa keterampilan bela diri yang mumpuni, tak dapat melawan mereka. Namun, untungnya dia sudah mempersiapkan hal ini.

Dia membiarkan mereka mengikatnya dan membawanya ke sebuah mobil hitam yang diparkir agak jauh dari lokasinya. Di sisi yang berlawanan, Ren melirik sekilas mobil rekannya yang mengawasinya.

Apa hal yang lebih baik dari menangkap musuh di sarangnya?

***

Selama beberapa hari terakhir ini, Ken cukup kelelahan dalam menangani kasus ruang obrolan 001. Dia ditekan oleh banyak pihak, termasuk menerima surat ancaman untuk berhenti menyelidikinya.

Setelah lama berkutat dengan berbagai macam informasi, Ken menyimpulkan adanya dalang di pihak pejabat tinggi pemerintah. Itu cukup mengejutkan setelah semua hal karena kasus ini melibatkan banyak aktivitas ilegal.

Ruang obrolan 001 itu hanyalah wadah aktivitas gelap pejabat tersebut, pelaku sebenarnya bukan ruang obrolan 001, melainkan sosok yang mengendalikan organisasi itu.

Dari penuturan temannya dari perusahaan Media, kasus ini harus dihentikan karena melibatkan isu sensitif. Ken harus berhenti jika dia ingin selamat.

Akan tetapi, Ken tak bisa menuruti saran temannya. Telah banyak korban berjatuhan, jika sosok itu dibiarkan terus menjadi pejabat tanpa dihukum, para korban akan selamanya tersiksa.

Jadi, Ken mengubah arah penyelidikannya dari ruang obrolan 001 ke pejabat itu. Menguak kebusukannya sebagai bukti untuk dilaporkan ke pengadilan.

***

Eva dicegat di tengah jalan sehingga dia tak berhasil sampai ke Ethereal Cafe saat sampai di Kota S. Dia menerima telepon dari nomor tak dikenal, ketika dia menjawabnya, suara akrab yang dia rindukan terdengar.

-"Halo, Eva. Bisakah kau membantuku?" Suara dari ujung lain terdengar serak, tetapi tetap membawa nada yang khas.

"Cece Anggie!" seru Eva, kejutan nampak jelas di wajahnya.

-"Ya, ini aku. Sudahkah kau mempertimbangkan isi email itu?"

Akhirnya, Eva tahu siapa pengirim email misterius yang memintanya bekerjasama. Ternyata adalah Cece-nya!

"Jika Cece meminta bantuan, tentu saja aku akan memenuhinya," balas Eva dengan antusias. Dia membuang semua kekhawatiran terkait keselamatan pribadinya.

Itu karena dia percaya pada Cece-nya yang baik bahwa tidak akan ada sesuatu yang buruk yang terjadi. Kepercayaan total yang cukup memberatkan.

-"Kalau begitu, hubungi beberapa orang penting untukku dengan membawa semua bukti yang kuberikan. Kau harus benar-benar memberikannya kepada mereka bukan pada pelayan atau teman mereka, ini sangat penting. Keselamatan kita dan banyak orang lainnya tergantung padamu," ujar Cece-nya, permohonan dalam suaranya membuat Eva tertekan.

Di samping itu, Eva merasakan perasaan untuk melakukan tugas itu dengan sepenuh hati.

-"Terima kasih, Eva. Kita mungkin masih bisa bertemu lagi."

Telepon terputus meninggalkan Eva yang merenung untuk waktu yang lama.

***

Ethereal Cafe dalam kekacauan setelah peristiwa penculikan dua anggota yang diundang ke ruang obrolan 001. Zoey dan Vilia juga sedang dalam tekanan akibat pekerjaan mereka.

Sementara itu, Herlina mendapatkan paket anonim di kantornya ketika dia memutuskan untuk mengajukan cuti demi mencari anggota yang diculik.

Paket itu berisi kaset CD, flashdisk, dan laptop portabel rakitan.

Deg!

Herlina mengenali laptop portabel itu, dia sering melihatnya dan pernah meminjamnya. Dengan tangan gemetar, Herlina menyalakannya menunggu sampai layar menunjukkan tampilan login password.

Herlina ingat password yang biasanya sahabatnya gunakan dan jika itu belum berubah, maka ....

Dia mengetikkan serangkaian kode password dan voila itu benar. Halaman antarmuka berubah ke beranda dengan background bunga mawar merah.

Matanya berlinang. Dia bergumam hampa, "Mawar merah ... Aku membencinya ...."

Beberapa menit berlalu hingga Herlina tersadar untuk mencaritahu apa tujuan dikirimkannya benda-benda ini. Dia segera memasukkan kaset CD ke laptop bersamaan dengan flashdisk.

Kaset CD berisi video rekaman, sementara flashdisk itu adalah kumpulan dokumen lengkap terkait ruang obrolan 001 dan letak markasnya ditambah peta yang digambar.

Dia pertama memutar video rekaman tersebut yang direkam secara pribadi. Ada detail tanggal tertera bahwa itu baru direkam beberapa hari lalu.

Ketika melihat wajah sahabatnya muncul di video, Herlina tercengang.

"Apa ini?"

Otaknya kosong untuk sesaat sampai sahabatnya di video itu berbicara, tampak mengetahui bahwa dia sangat terkejut.

"Halo, Luxie~ bagaimana kabarmu? Aku kangen Luxie, sayangnya kita tak bisa bertemu. Luxie, aku belum mati. Maaf karena membohongimu dan teman-teman di Ethereal Cafe."

Sahabatnya menatapnya sambil tersenyum sebelum melanjutkan, "Aku tahu Irin dan Nadila diculik, mereka baik-baik saja, jadi jangan terlalu panik. Aku tahu di mana mereka berada."

Sahabatnya mengubah arah kamera rekaman, menuju ke ....

Mata Herlina melebar tak percaya. Irin dan Nadila ada di belakangnya.

"Kak, kami baik-baik saja." Nadila mengangguk meyakinkan, Irin di sebelahnya juga tampak lega.

Kamera rekaman beralih kembali ke sahabatnya.

"Aku menyusup ke sini, berpura-pura menjadi salah satu anggota mereka. Jadi, aku butuh bantuan Luxie. Pergilah ke lokasi di peta yang kuberikan pada hari Luxie melihat rekaman ini, tunggu sampai ada seseorang yang mengantarkan Irin dan Nadila ke sana. Setelah itu, bisakah Luxie menutup Ethereal Cafe untuk sementara? Ini diperlukan sampai pihak 'itu' dibereskan. Juga, mungkin kita masih bisa bertemu lagi."

Video rekaman berakhir.

***

Kisah ini akan memerlukan lebih banyak penjelasan, tetapi itu untuk lain waktu.

***

Dokumen bukti yang telah didapatkan Ken beserta kerjasama tak langsung dengan Eva, yang ditemui Ken saat dia ingin membahas tentang ruang obrolan 001 dengan temannya, tersampaikan ke target.

Pada saat yang sama, Zoey dan Vilia membawa kasus tersebut ke pengadilan, melawan jaksa dari pihak 'itu'. Dengan bantuan perusahaan media milik Eva, kasus tersebut mendapat banyak perhatian hingga ke pejabat yang lebih tinggi.

Mereka akhirnya memenangkan kasus ruang obrolan 001. Pejabat yang awalnya diduga sebagai dalang di balik layar telah ditangkap, segala aktivitas ruang obrolan 001 dihancurkan dan para korban menerima remunerasi serta perawatan.

Akan menjadi indah bila kisah ini berakhir di sini. Namun, ---

***

"Sial!"

Braak!

Rei menarik rantai yang mengikat tangan dan kakinya, dia dijebak dan akan dibungkam di sini. Terkait bagaimana dia bisa dijebak, itu tak akan diceritakan sekarang.

Singkatnya, Rei memiliki sedikit harapan untuk lepas. Tiba-tiba, dia mendengar suara langkah kaki mendekati ruangannya.

Pintu terbuka. Rei tertegun mendapati Pankoc-nya berdiri di depannya.

"ReiRei, akhirnya aku menemukanmu." Ekspresi Felia menunjukkan emosi kelegaan seolah-olah dia telah panik selama ini untuk mencarinya.

"Pankoc, kau, kenapa kau ada di sini?!"

Felia tidak menjawab seruan Rei, sebaliknya dia membawa kunci dan melepas rantai yang mengikat Rei.

"Aku pernah berjanji kan, untuk membayarmu, sebagai gantinya aku menyelamatkanmu, ReiRei," sahut Felia seraya menarik Rei berdiri dan menyeretnya untuk bergegas keluar dari ruangan.

"Berjalanlah lurus dan belok ke kiri mengarah ke tangga, itu pintu keluar dari tempat ini," Felia mengintruksikan.

"Kau kira aku bodoh?! Lalu, bagaimana denganmu? Kau tidak pergi bersamaku? Pankoc, hentikan ini, ayo kembali, jangan mencari bahaya lagi!" pinta Rei yang menolak keras intruksi Felia.

"Aku ...."

Rei menyela, "Tidak, jangan mengatakan alasan apapun."

"ReiRei, aku salah mengira target dan musuhku."

"Apa maksudmu?"

"Kasus ruang obrolan itu hanya cangkang kosong. Termasuk organisasi yang mengendalikannya. Target yang sebenarnya bersembunyi di balik semua ini. Juga, dia lah yang menjebakmu agar aku datang ke sini, tujuannya adalah aku."

"Siapa?"

Rei mendadak merasa sangat gelisah.

Pada saat itu,

"Ini aku."

Rei berbalik hanya untuk melihat sosok asing yang tiba-tiba muncul.

Seketika itu juga, Felia mengeluarkan sesuatu dari saku Rei, saputangan bekas obat bius. Tanpa penundaan, dia membuat Rei pingsan.

"Maaf, Rei," bisiknya dipenuhi rasa bersalah.

Tidak, dia tidak mengkhianatinya. Dia melakukan ini untuk menyelamatkannya. Rei tidak boleh terlibat dengan orang itu.

Orang itu memberinya syarat, selama dia mengikutinya, maka semua temannya akan baik-baik saja. Jadi, Felia memutuskan untuk menerimanya.

"Sudah selesai? Aku tidak melarangmu untuk melihat mereka ke depannya. Tapi, mereka tidak boleh mengenalimu. Ayo pergi."

Orang itu berbalik, punggungnya yang tegak tertelan kegelapan sama seperti hatinya.

***

Pada suatu hari yang cerah, seorang tamu berkunjung ke Ethereal Cafe yang telah tutup. Namun, dari jendela, tamu tersebut dapat melihat ada orang-orang di dalamnya.

Ding!

Dia membunyikan bel sebelum meletakkan bingkisan di tangannya di depan pintu.

"Siapa?"

Saat mendengar jawaban, dia sedikit ragu-ragu untuk pergi, tetapi pengawasan tertentu menghilangkan keraguannya.

Kakinya melangkah menjauh dari Ethereal Cafe, dalam hati mengucapkan selamat tinggal.

Dia harus mengurus hal-hal yang menjeratnya tanpa melibatkan teman-temannya. Dia menyayangi mereka semua, tetapi juga dia tidak ingin mereka mengenalnya.

***

"Kakak, lama tak bertemu." Sapaan yang khas, namun situasinya berbeda.

Ren menyahut, "Ya." Ekspresi di wajahnya kosong.

"Kakak, tolong tunggu, aku akan membawamu keluar dari sini. Juga, lebih baik kakak melupakanku."

***

"Kak Anggie benar-benar masih hidup?!" Syafira melompat dari kursinya mendengar penuturan Nadila dan Irin.

"Ya, kami melihatnya langsung, tapi kami tidak tahu di mana dia sekarang," jawab Nadila dengan sedih.

Herlina mengaduk tehnya dengan pemikiran mendalam. Dia menyadari ada satu cacat besar dalam hubungan mereka semua dengan Anggie. Itu adalah tak satu pun dari mereka mengenalnya dengan baik. Mereka tak tahu apa yang dia lakukan dan apa saja hal yang mengganggunya.

"Teman-teman," panggil Herlina tiba-tiba.

Yang lainnya segera diam untuk menunggunya berbicara.

"Mari kita mencarinya dan menyeretnya kembali."

Fin :)

~***~

Mawar Merah Darah 3 End

Terimakasih sudah membaca~

:)

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun