Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan salah satu fondasi utama dalam konstitusi setiap negara yang menghormati martabat manusia. Namun, realitas di lapangan seringkali menunjukkan bahwa penegakan HAM tidak selalu berjalan dengan baik di berbagai negara di seluruh dunia. Ada berbagai faktor yang menyebabkan rendahnya penegakan HAM dalam kehidupan bernegara, baik itu karena kendala internal maupun tekanan eksternal yang dihadapi suatu negara.
Pertama, salah satu penyebab utama rendahnya penegakan HAM adalah lemahnya sistem hukum dan keadilan di beberapa negara. Birokrasi yang korup, lambannya proses hukum, serta minimnya transparansi dapat memungkinkan pelanggaran HAM terjadi tanpa adanya pertanggungjawaban yang memadai. Hal ini mengakibatkan masyarakat sipil seringkali tidak merasa dilindungi oleh negara dan hak-hak mereka diabaikan.
Kedua, konflik internal dan situasi darurat sering menjadi dalang dari penindasan terhadap HAM. Dalam kondisi-kondisi ini, pemerintah sering kali menggunakan alasan keamanan nasional atau ketertiban umum untuk menanggapi ancaman yang dianggap serius. Namun, langkah-langkah darurat tersebut sering kali melampaui batas-batas yang diizinkan oleh hukum internasional, menyebabkan pelanggaran HAM yang meluas.
Ketiga, kurangnya kesadaran akan HAM di kalangan pejabat pemerintah juga berkontribusi pada rendahnya penegakan HAM. Pendidikan tentang HAM yang kurang atau tidak memadai dapat menyebabkan perilaku yang tidak sensitif terhadap hak-hak individu. Akibatnya, keputusan dan kebijakan yang diambil oleh pemerintah dapat merugikan hak-hak dasar manusia tanpa mempertimbangkan implikasi hukum dan etika.
Keempat, tekanan politik dan ekonomi dari pihak-pihak yang berkepentingan sering kali mempengaruhi independensi lembaga-lembaga penegak hukum dan HAM. Ketergantungan pada dukungan politik atau keuangan dapat menghalangi penegakan hukum yang adil dan membiarkan pelaku pelanggaran HAM lolos dari pertanggungjawaban.
Kelima, adanya budaya impunitas di beberapa negara juga menjadi faktor yang menghambat penegakan HAM. Ketika pelanggaran HAM terjadi tanpa adanya tindakan hukuman yang tegas terhadap pelakunya, hal ini menciptakan lingkungan di mana pelanggaran semacam itu menjadi hal yang diterima dan dianggap tidak penting.
Keenam, kurangnya kerjasama internasional dalam memantau dan mengevaluasi pelaksanaan HAM di berbagai negara juga berdampak negatif. Ketidakmampuan untuk melakukan tekanan dan advokasi internasional terhadap negara-negara yang melanggar HAM dapat memungkinkan pelanggaran semacam itu berlanjut tanpa ada upaya serius untuk memperbaikinya.
Ketujuh, polarisasi politik di dalam negeri juga dapat mempengaruhi penegakan HAM. Ketika pemerintah terlalu fokus pada kestabilan politik atau mempertahankan kekuasaan, mereka mungkin mengabaikan perlindungan HAM dan memprioritaskan kepentingan politik atas hak-hak individu.
Terakhir, ketidakmampuan atau ketidaktertarikan masyarakat sipil untuk mengawasi dan memonitor penegakan HAM juga merupakan kendala serius. Tanpa adanya tekanan dan pengawasan dari masyarakat, pemerintah mungkin merasa tidak perlu memperbaiki kebijakan atau praktik yang melanggar HAM.
Secara keseluruhan, rendahnya penegakan HAM dalam kehidupan bernegara bukanlah masalah yang mudah diselesaikan. Diperlukan komitmen politik, pendidikan yang memadai, kerjasama internasional yang kuat, serta kepedulian masyarakat sipil untuk memastikan bahwa setiap individu dapat hidup dengan martabat dan hak-hak yang dijamin oleh hukum.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H