Mohon tunggu...
Agustin Ross
Agustin Ross Mohon Tunggu... -

Gadis kecil, dengan pekerjaan freelance, dan suka jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Sawarna Beach-Banten

28 Februari 2015   15:08 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:22 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pantai Sawarna terletak di Bayah, Kabupaten Lebak-Banten. Karena ingin menikmati keindahan di pantai ini yang sudah cukup terkenal, saya dan kedua teman saya bergabung dengan sekelompok orang yang juga ingin menuju pantai ini. Kami yang berjumlah 15 orang saat itu, melaju menggunakan L300 dari Jakarta. Perjalanan menuju Pantai Sawarna ternyata sangat jauh, sekitar 7 jam. Menjelang subuh kami sampai di area Pantai Sawarna, dan ternyata kami masih harus berjalan untuk menuju tempat penginapan. Cukup jauh juga sih, kami melewati jembatan dan melewati rumah-rumah perkampungan penduduk, sampai akhirnya tiba di sebuah penginapan yang sudah dipesan oleh salah satu teman saya. Penginapan ini hanya digunakan untuk para perempuan karena teman laki-laki kami lebih memilih tidur di pantai menggunakan tenda agar lebih terasa backpackernya.

Jembatan yang menghubungkan jalan utama dengan rumah pendudukdi sekitar pantai Pagi hari setelah sarapan kami pun bersiap untuk menikmati pantai di dekat penginapan. Pantai ini  di mata saya terlihat seperti pantai di Palabuhanratu. Tapi karena saya memang selalu menyukai pantai, laut beserta isinya, saya dan teman-teman baru saya langsung bermain dengan pantai dan ombak laut.

Laut yang menyambut kami dengan keramahannya

Foto keluarga formasi lengkap di Pantai Sawarna Ketika matahari mulai meninggi dan air laut pun mulai pasang, kami harus rela untuk meninggalkan pantai. Karena kami memiliki beberapa agenda lain di hari itu, yaitu berkunjung ke Goa Lalay, Pantai Legon Pari dan Pantai Tanjung Layar. Kami pun mandi dan bersiap dengan membawa senter untuk berkunjung ke Goa Lalay. Menuju Goa Lalay kami harus berjalan kaki, selain supaya murah juga karena medan menuju lokasi goa cukup sulit. Untuk menuju goa kami harus berjalan sekitar 1 km dengan melewati jembatan gantung, pematang sawah, hutan penduduk baru deh sampai di lokasi tujuan. Mulut goa sudah menganga di depan kami, menunggu untuk kami jelajahi.  Kondisi di dalam gua gelap, licin dan lembab. Ada air seperti aliran sungai yang menggenang hingga setinggi paha orang dewasa. Di dalam goa ini terdapat banyak stalaktit yang mengeluarkan tetesan air yang menandakan gua ini masih aktif.

Berpose bersama stalaktit di Goa Lalay Seperti biasa... saat mengunjungi tempat-tempat seperti ini saya selalu merasa tidak tenang, seperti ada hawa mistis yang tersimpan di dalamnya. Saya lebih menyukai untuk segera keluar dan menemukan sinar matahari. Setelah menunggu teman-teman puas mengelilingi dalam goa, walaupun tidak seluruhnya, kami naik menuju jembatan yang terletak di dekat pintu keluar goa.

Cheese!! Dari Goa Lalay kami memilih dua orang anak kecil untuk menjadi pemandu kami menuju Pantai Legon Pari. Jalan yang kami tempuh menuju pantai ini lebih heboh daripada perjalanan menuju Goa Lalay. Kami harus melewati sawah-sawah licin, mendaki, jalanan melewati kebun dan hutan yang terjal, dan hasilnya adalah kami terpeleset disana-sini, baju compang-camping dan muka kucel. Tapi semua itu terbayar dengan indahnya Pantai Legon Pari yang kami lihat di depan mata. Yeeaaayyyy... Beautiful!

Legon Pari Beach

Menapaki Pantai Legon Pari

Kami pun melanjutkan perjalanan menuju Pantai Tanjung Layar. Dari Pantai Legon Pari kami hanya perlu menyusuri pantai untuk menuju Pantai Tanjung Layar. Pantai ini memiliki batu yang berdiri tinggi tidak jauh dari pantai dengan bentuk mirip layar kapal, dari situlah nama pantai ini dibuat. Sambil menikmati kudapan ringan dan air kelapa muda kami duduk menunggu matahari tergelincir. Salah satu momen yang paling saya sukai di pantai, menunggu sunset.

Sunset di Pantai Tanjung Layar

Keesokan paginya kami pun bersiap untuk pulang. Karena perjalanan melewati Sukabumi kami menyempatkan mampir di pemandian air panas Cipanas. Air panas ini berasal dari perut bumi yang dikeluarkan dari celah-celah bebatuan. Sayangnya lokasi ini kurang terawat dengan baik. Terlihat dari tidak baiknya toilet umum, banyak sampah yang berserakan dan adanya pengunjung yang bahkan buang air di sekitar air panas. Sayang sekali....

Pemandian Cipanas-Sukabumi Tidak lupa kami mampir makan siang di "Bakso Ikan Sabar" yang terletak di pasar depan TPI Palabuhanratu, sebelum akhirnya bertolak pulang. Awal dari pertemuan kami di Pantai Sawarna ini membawa ikatan persahabatan yang kami jalin hingga saat ini. Kami melakukan banyak agenda bermain dan trip bersama lagi di kemudian hari.

---

Memulai dan menjaga persahabatan adalah hal yang sulit sedangkan menghancurkannya adalah perkara yang sangat mudah. Karena itu jagalah hubungan yang telah kita miliki saat ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun