Mohon tunggu...
Agustiawan
Agustiawan Mohon Tunggu... Dokter - Doktermu

Dokter | Promotor Kesehatan | Humoris | Dapat Diandalkan Instagram: @agustiawan28 @hep.id @hep.program

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Post Pandemi Covid-19 Agenda

4 Januari 2023   03:17 Diperbarui: 4 Januari 2023   03:36 996
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pandemi Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah salah satu krisis kesehatan masyarakat global yang terjadi dalam sepuluh tahun terakhir, dimana hampir setengah miliar kasus dan lebih dari enam juta kematian dilaporkan oleh World Health Organization (WHO). Penyakit ini disebabkan oleh virus severe acute respiratory syndrome coronavirus-2 (SARS-CoV-2) yang sebelumnya disebut sebagai novel coronavirus 2019 (2019-nCoV). Penyakit ini terutama menyebar di antara orang-orang melalui droplet pernapasan yang berasal dari batuk dan bersin (Centers for Disease Control and Prevention, 2020; Gorbalenya AE, 2020).

Jumlah orang yang terkonfirmasi COVID-19 di Indonesia sudah hampir mencapai tujuh juta orang/kasus dan sebanyak 160 ribu kasus kematian. Jumlah kasus COVID-19 di Riau adalah terus meningkat dimana sudah terdapat akumulasi 152 ribu kasus selama pandemi COVID-19 dan terdapat penambahan kasus baru yang diyakini akan terus meningkat sampai awal tahun 2023 (SATGAS, 2020). Infeksi ini menyebar dari satu orang yang terinfeksi COVID-19 ke orang lain melalui droplet pernapasan yang dihasilkan oleh saluran udara yang seringkali keluar bersamaan dengan batuk. Kasus COVID-19 yang berat dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan kematian (WHO Indonesia, 2021).

Vaksin adalah salah satu alat yang paling efektif untuk melawan COVID-19. Lebih dari 11 miliar dosis telah diberikan secara global, dan 64% populasi dunia telah menerima setidaknya satu dosis vaksin COVID-19. Studi telah menunjukkan efektivitas yang baik dari vaksin COVID-19 yang dibuat menggunakan platform teknis yang berbeda untuk pencegahan penyakit parah dan kematian, efektivitas pencegahan infeksi jauh lebih sedikit (Haque & Pant, 2020). Efektivitas perlindungan vaksin yang diproduksi dan digunakan di China terhadap varian yang berbeda harus dipantau dengan hati-hati. Vaksinasi COVID-19 di Indonesia merupakan imunisasi massal yang sedang berlangsung sebagai respon terhadap pandemi COVID-19 di Indonesia (Perpres Nomor 99 Tahun 2020, n.d.).

Akhir tahun 2022 lalu, Presiden Joko Widodo beserta dengan Kementerian Kesehatan maupun Kementerian Dalam Negeri mengumumkan bahwa PPKM atau Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat dihentikan. Meskipun begitu, COVID-19 masih menjadi pandemi. Pencabutan status PPKM ini menjadi penanda bahwa pemeriksaan PCR dan pemakaian aplikasi pedulilindungi tidak lagi diwajibkan. Selain itu, aktifitas masyarakat dapat kembali normal. Hal ini bukan merupakan akhir dari segala perjuangan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di Indonesia karena masih banyak masalah kesehatan yang harus dihadapi, seperti masalah gizi bimodal, penyakit kardiovaskular, penyakit degeneratif lainnya, bahkan penyakit emerging yang akan terjadi di kemudian hari.

BELAJAR DARI COVID-19

Pertama, COVID-19 menunjukkan bahwa ketidaksetaraan sumber daya kesehatan dapat berdampak buruk bagi kesehatan global. Penyakit yang kemarin melanda masyarakat dan wilayah yang paling rentan, sehingga dapat menyebabkan korban jiwa yang lebih tinggi di wilayah yang minim sumber daya. Selain itu, daerah padat penduduk dan kumuh kebanyakan memiliki tingkat kematian yang lebih tinggi. Ketidaksetaraan kesehatan akan tetap menjadi agenda utama bahkan setelah COVID-19. Di seluruh dunia, orang miskin memiliki peluang lebih tinggi untuk menderita kesehatan yang buruk.

Kedua, pandemi menunjukkan tekanan lama pada sistem perawatan kesehatan. Di banyak daerah, rumah sakit penuh sesak dan perawatan primer diabaikan pada masa pra-COVID. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan populasi yang menyebabkan tekanan terhadap kebutuhan infrastruktur layanan kesehatan, sehingga pemerintah perlu mempertimbangkan kembali akan kebutuhan serta memastikan supaya fasilitas kesehatan dapat meningkatkan kapasitas dengan cepat ketika pandemi lain muncul di masa depan.

Ketiga, pandemi telah menunjukkan bahwa lebih mudah menghindari masalah daripada keluar dari masalah. Hal ini sesuai dengan prinsip mencegah lebih baik daripada mengobati. Masih ingat ketika Bulan Agustus 2021, dimana kondisi hampir semua rumah sakit penuh sehingga menyebabkan orang-orang yang membutuhkan pertolongan tidak mendapatkan bantuan medis yang seharusnya. Hal ini disebabkan oleh karena sistem pencegahan yang buruk, sehingga banyak orang yang menjadi korban dari kesalahan sistem tersebut. Disisi lain, banyak dari mereka yang menggunakan masker, melakukan menjaga jarak, serta tidak keluar rumah dapat selamat dari badai pandemi yang terjadi kemarin.

Keempat,  sistem kesehatan ditantang oleh surplus informasi selama pandemi COVID-19. Beberapa informasi salah dan berpotensi berbahaya berseliweran dimana-mana. Selain itu, ketidakakuratan informasi dan penyebarannya yang cepat melalui berbagai saluran media membuat masyarakat semakin sulit untuk mengidentifikasi fakta dan saran yang dapat diverifikasi dari sumber terpercaya. Rumor misinformasi tentang COVID-19 menjadi masalah besar dalam respons epidemiUpaya yang kuat terlihat oleh negara-negara dalam hal ini baik dari segi kerangka hukum maupun mekanisme komunikasi risiko yang efektif. Kesadaran masyarakat selama pandemi dipastikan dengan keterlibatan aktif media cetak dan elektronik serta melalui program pelibatan masyarakat. Banyak pelajaran yang dipelajari akan diterjemahkan menjadi peningkatan strategi dan pendekatan komunikasi risiko untuk pandemi di masa depan.

AGENDA KESEHATAN POST-COVID-19

Kesehatan adalah sesuatu yang sangat berharga bagi insan manusia, 'Health is not everything, but without health everything is nothing'. Istilah mencegah lebih baik daripada mengobati sangatlah sering kita dengar, tetapi sangat banyak orang yang mengabaikan pesan tersebut. Derajat kesehatan sebuah negara sangat ditentukan oleh individunya, ketika individunya sadar akan mencegah penyakitnya sendiri dengan cara menjaga kesehatan lingkungannya dan kebersihan dirinya, maka dia akan terhindar dari penyakit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun