Langkah kaki terhenti di tengah kota
Disela dan dihimpit rutinitas balada
Pikitan yang masih menyatu dengan keadaan
Spontan saja menyatakan perang pada kenyataan
Leher membiru legam
Dijerat dengan benang peristiwa
Pergelangan tangan disayat penuh estetika
Dengan maksud meminta ketenangan
Tetesan darah dipersembahkan kepada dewa
Dan ditutup dengan penghargaan diri
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!