Sebagai orang awam, saya melihat hiruk pikuk politik Indonesia saat ini begitulah amburadul terkadang tidak dapat dipercaya, entah karena literasinya luar biasa atau karena kurangnya literasi terutama dalam menggunakan akal dan logika.Â
Dan tidak dapat dipungkiri bahwa masyarakat pun terbawa arus prilaku para politisi kita. Pernyataan-pernyataan yang digunakan sangat luar biasa sehingga dapat membius sebagian masyarakat kita tentang kemana opini itu akan digiring untuk kepentingan tertentu dan adu strategi pun tidak terelakan dalam rangka memenangkan hati masyarakat.Â
Tentunya kalau masyarakat kita tidak mempunyai benteng yang cukup untuk dapat mencerna berbagai pernyataan yang disampaikan oleh politisi kita entah benar atau tidak, maka akan banyak sekali masyarakat kita akan mengambil keputusan yang keliru dan hanya mengandalkan perasaan (emosi) dan kesesatan solidaritas kelompok. Benteng pertahanan tersebut adalah kemampuan masyarakat untuk bernalar terhadap berbagai isu dan pernyataan yang disampaikan oleh politisi kita.
Saya ingin bercerita sedikit terkait dengan aktivitas bernalar ini, semestinya aktivitas bernalar ini sudah kita biasakan sejak dini. Saya menjadi Kepala Sekolah di sebuah sekolah dengan sistem berasrama dimana siswa dapat diijinkan pulang dengan alasan tertentu yang diatur dalam tata tertib sekolah.Â
Untuk mendapatkan ijin pulang, siswa harus mengisi formulir kepulangan yang didalamnya terdapat alasan mereka untuk pulang dan dimintakan tanda tangan kepada orang tua asuh, wakasek kesiswaan dan terakhir di Kepala Sekolah. Ketika para siswa ini sampai untuk meminta tanda tangan saya, biasanya saya mengajak mereka berdiskusi sejenak terkait dengan ijin kepulangan mereka.Â
Hal-hal sederhana saya tanyakan kepada mereka, misalnya form alasan kepulangan mereka karena ada acara tertentu, saya tanyakan terkait dengan acara tersebut, maknanya apa? Bagaimana prosesi acara tersebut? Apa peran mereka di acara tersebut? Seberapa penting acara tersebut bagi mereka?
Hal sederhana ini saya biasakan kepada para siswa yang akan ijin pulang untuk mereka biasa berpikir logis bahwa kepulangan mereka merupakan sesuatu hal yang penting untuk dilakukan dan bukan hanya sekedar pulang. Dan tidak jarang ada siswa yang tidak mendapatkan ijin pulang dari saya karena mereka tidak punya alasan penting untuk pulang terkait acara tersebut.Â
Nah, disinilah akan keliatan apakah siswa tersebut mempunyai alasan yang penting atau tidak sehingga mereka harus pulang atau tidak. Dari pertanyaan-pertanyaan sederhana itu, saya berharap mereka dapat menarik kesimpulan yang baik apakah mereka akan pulang atau tidak.Â
Terkadang disini menjadi kendala kalau mereka menjawab pertanyaan tersebut dengan perasaan dan emosi sehingga mereka tidak dapat menarik kesimpulan yang baik dalam kesehariannya terutama untuk ijin pulang.
Pembiasaan dengan pertanyaan-pertanyaan sederhana seperti itu merupakan hal awal yang bisa saya lakukan untuk mengajak siswa saya mulai berlajar untuk bernalar secara baik. Bernalar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) merupakan aktivitas untuk berpikir logis. Untuk berpikir logis, siswa kita perlu dibantu untuk memulainya yaitu dengan dipancing dengan pertanyaan-pertanyaan yang dapat digunakan sebagai sebuah premis sebelum mengambil kesimpulan tertentu.Â
Penalaran tersebut juga dapat dibantu dengan pengetahuan yang sudah dimiliki atau melalui pengamatan indera yang sudah dilakukan sehingga menghasilkan konsep dan pengertian, dari konsep/pengertian ini biasanya seseorang lebih mudah untuk bernalar dan pada akhirnya mengambil kesimpulan yang baik.Â