Sekitar satu pekan terakhir ini, curah hujan lumayan tinggi di daerah sekitar sekolahku. Setiap hari, ketika menjelang sore, tanda-tanda hujan akan turun mulai terlihat. Awan mendung dan langit terlihat gelap mengingatkan kami agar bersedia menyambut datangnya cinta langit untuk bumi.
Ya, hujan bukan hanya tetesan air, hujan ibarat cinta langit untuk bumi. Bumi dan langit tidak pernah bertemu. Tetesan air turun ke bumi sebagai wujud cinta langit pada sang Bumi. Cieee..
Diguyur hujan dikala melaksanakan tugas, sudah menjadi kebiasaan kami. Pergi dan pulang dari tempat kerja (sekolah) biasa di temani hujan di sepanjang jalan. Hujan sudah menjadi sahabat kami. Itulah tantangan ditugaskan di daerah pegunungan di saat musim hujan tiba.
Tingginya curah hujan di daerah sekitar sekolah, perlu juga diwaspadai. Kami perlu melihat kondisi, mudah-mudahan tidak terjadi longsor di lokasi sekolah kami, SMPN 11 Palopo. Hal ini, semoga saja tidak terjadi meskipun sebenarnya kami berada di daerah rawan longsor.
Ya..daerah rawan longsor. Tidak jauh dari lokasi sekolah, hanya sekitar kurang lebih seratus meter, pernah terjadi longsor yang cukup parah. Jalan poros Toraja Palopo sempat lumpuh beberapa jam. Kami berdoa, mudah-mudahan kejadian itu tidak terulang lagi.
Tetapi biasanya kalau musim hujan seperti saat ini, jarang tidak terjadi longsor kecil-kecilan di daerah kelurahan sekolah kami. Titik titik longsor terlihat lagi di jalan menuju sekolah. Pohon tumbang juga tetap terjadi di saat musim hujan melanda. Namun, sepertinya sudah menjadi hal biasa saja bagi kami dan warga di kelurahan tersebut, kelurahan Battang, Kecamatan Wara Barat, Kota Palopo.
Banyak suka duka yang sering kami alami saat mendidik anak negeri. Termasuk dikala musim hujan, sering ada peserta didik tidak datang ke sekolah karena terkendala dengan hujan. Apalagi, kalau ada longsor dan pohon tumbang di jalan menuju sekolah. Kalau mereka sempat tiba di sekolah, dipastikan sepatu dan pakaian mereka ikut basah. Begitulah kondisi para pencari ilmu yang berada di daerah sedikit terisolir dikala hujan membasahi bumi.
Walau kondisi cuaca terkadang kurang bersahabat, tidaklah mengurangi semangat pengabdian kami untuk anak negeri. Kami sadar bahwa mereka adalah generasi harapan bangsa yang akan mengambil perannya masing-masing untuk kemajuan negeri ini.
Mendidik mereka, berarti membentuk dan menyiapkan peradaban bangsa. Merekalah yang akan mengisi peradaban ini. Walau dalam kondisi cuaca tidak begitu bersahabat, kita harus tetap kuat agar meraka juga tetap semangat menuntut ilmu.
Layaknya filosofi bapak pendidikan, Ki Hadjar Dewantara. Inggarso suntulodo (di depan memberi teladan), Ingmadyo mangunkarso (di tengah meberi semangat), Tut Wuri Handayani (di belakang memberi dorongan).
Pendidik adalah teladan bagi murid-muridnya. Ia menjadi contoh terbaik bagi mereka, baik dari segi akhlak, sikap, maupun kompetensinya. Mengajak murid agar disiplin, tentulah pendidik yang harus duluan lebih disiplin. Meminta anak rajin belajar, tentulah baiknya pendidik duluan yang lebih banyak belajar, karena ia adalah publik figur bagi mereka.