Mohon tunggu...
Agustan Ogut
Agustan Ogut Mohon Tunggu... Guru - A Father, Teacher, Reader, Writer

Menulis untuk mengikat ilmu, berbagi, dan keabadian. Semoga bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Disiplin Positif versus Disiplin Negatif

9 Februari 2024   09:43 Diperbarui: 9 Februari 2024   09:59 3278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Kumparan.com

Mendisiplinkan anak bukan hal yang mudah, tetapi bisa dilakukan bagi pendidik dan orang tua. Namun, terkadang kita masih belum memahami secara dalam apa makna dari disiplin, disiplin positif, dan juga disiplin lainnya (negatif). Tulisan ini bermaksud menguraikan perbedaan disiplin positif dan negatif (biasa) yang sering terjadi di lingkungan di mana kita berada. Yuuk disimak.

Disiplin berasal dari kata latin "Discere, artinya belajar dan Disciplina yang artinya pelatihan, pengajaran, dan tumbuh. Seiring perkembangan waktu kata disiplin dapat diartikan sebagai kepatuhan terhadap aturan, kemampuan mengendalikan diri sesuai dengan aturan dan norma yang berlaku.

Imam Musbikin dalam bukunya "Pendidikan Karakter Disiplin" menguraikan bahwa disiplin merupakan kondisi moral peserta didik yang terbentuk dari serangkaian perilaku yang diwujudkan dalam bentuk nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, keteraturan, dan ketertiban berdasarkan acuan nilai moral. Disiplin merupakan suatu sikap, perbuatan untuk selalu menaati tata tertib atau ketentuan yang berlaku di suatu tempat.

Disiplin merupakan sikap patuh dan taat terhadap peraturan, tata tertib, dan nilai-nilai yang disepakati atau yang berlaku dalam suatu tempat. Disiplin juga merupakan perbuatan yang selalu berada pada ketentuan atau koridor yang telah disepakati bersama.

Disiplin dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu internal dan eksternal. Disiplin eksternal disebut sebagai disiplin negatif, sedangkan disiplim internal disebut disiplin positif. Hal senada juga dikemukakan oleh Hurlock (1978: 82) ada dua konsep mengenai disiplin, yaitu disiplin positif dan disiplin negatif.

Hurlock menjelaskan bahwa disiplin positif sama artinya dengan pendidikan dan bimbingan yang menekankan pada petumbuhan di dalam diri (self discipline) yang juga bersumber dari motivasi diri sendiri, proses menaati aturan dan norma harus datang dari kesadaran diri sendiri.

Irfan Amali juga menjelaskan dalam podcastnya, disiplin positif adalah sikap menumbuhkan disiplin yang didorong dalam diri anak tanpa hukuman dan hadiah. Disiplin positif merupakan pendekatan mendidik anak untuk melakukan kontrol diri dan pembentukan kepercayaan diri. Disiplin positif ialah perilaku disiplin bukan karena takut hukuman, adanya pengawasan, dan iming-iming hadiah.

Disiplin positif adalah suatu cara penerapan disiplin tanpa kekerasan dan ancaman yang dalam prakteknya sering melibatkan komunitas tentang perilaku yang efektif antara orang tua dan anak. Oleh karena itu dalam penerapan disiplin positif ini, anak selalu dididik, dibimbing, dan diajarkan untuk memahami dan mengetahui konsekuensi dari perilaku atau perbuatan yang mereka lakukan (Imam Setiawan, dkk: 2022).

Disiplin positif merupakan pendekatan mendidik anak untuk menumbuhkan sikap disiplin dari dalam diri anak tanpa memberikan hukuman, iming-iming hadiah, dan tanpa adanya pengawasan dari luar anak. Disiplin positif memberikan dukungan positif, mendidik, mengajarkan, dan membimbing proses terbentuknya perilaku positif yang bersumber dari dalam diri anak. Dalam disiplin positif, anak menyadari pentingnya, manfaat, dan konsekuensi dari perilaku mereka.

Sedangkan disiplin negatif berarti pengendalian dengan kekuasaan dari luar anak yang biasanya dilakukan secara terpaksa dan dengan cara yang kurang menyenangkan atau dilakukan karena takut atas hukuman.

Menurut Oteng Sutrisno dalam bukunya Joko Sulistiyono "Buku panduan layanan konseling kelompok pendekatan behavioral" bahwa sisplin negatif adalah suatu keadaan disiplin yang menggunakan hukuman atau ancaman untuk membuat orang-orang mematuhi perintah dan mengikuti peraturan hukuman. Pendekatan pada disiplin ini adalah menggunakan hukuman pada pelanggaran peraturan untuk menggerakkan dan menakutkan orang-orang atau siswa lain sehingga mereka tidak akan berbuat kesalahan yang sama.

Disiplin negatif ini cenderung kepada konsepsi pendidikan lama, yaitu sumber disiplin adalah otoritas dan kekuasaan guru. Gurulah yang menentukan dan menilai kelakuan siswa, gurulah yang menentukan peraturan tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh siswa, tidak ada pilhan lain selain tunduk pada kemauan guru. Dengan demikian hukuman merupakan ancaman bagi siswa.

Sedangkan dalam buku Jennifer Costa "the conscious Parent's Guide to Positive Discipline" mengartikan discipline tanpa sadar (disiplin negatif) fokus pada penegakan disiplin melalui cara-cara yang negatif, dan arahnya langsung pada perubahan perilaku. Sedangkan disiplin dengan penuh kesadaran (disiplin positif) tidak langsung ditujukan pada tingkahlaku, tetapi lebih pada merubah pola pikir dan perasaan yang dapat merubah perilaku.

Untuk membedakan lebih dalam lagi antara disiplin positif dengan disiplin negatif khususnya dalam lingkungan sekolah, Irfan Amali dalam podcastnya mengemukakan beberapa point yang mebedakannya, yaitu:

Disiplin positif:

  • Dikendalikan oleh kontrol/kesadaran internal
  • Disiplin karena adanya konsekuensi logis dari setiap tindakan.
  • Bukan fokus pada perilaku, tetapi fokus pada akar pembentuk perilaku, yaitu keyakinan karakter.
  • Peraturan dibuat bersama sehingga anak-anak memiliki sara kepemilikan (owneship) terhadap peraturan. Ketika melanggar perturan berarti tidak melanggar peraturan yang dibuat oleh orang lain, tetapi sedang melanggar pada komitmen diri sendiri.
  • Ketaatan jangka panjang
  • Tidak disiplin merupakan kesempatan mengajarkan karakter. Di sekolah tempat menemukan bibit disiplin yang akan menjadi pohon besar dan kuat.
  • Pendidik adalah detektif yang terus memahami akar masalah dan mencoba memperbaiki dan memberi solusi pada akar masalah tersebut.

Displin nagatif (biasa):

  • Dikendalikan oleh kontrol eksternal
  • Disiplin karena takut hukuman dan ingin imbalan (funishmen and reward)
  • Fokus pada perilaku. Irfan Amali mencontohkan, seperti di sekolah, kita fokus membuat anak-anak menjadi rapi, taat, dan berperilaku baik lainnya. Padahal kita lupa ada akar yang akan membuat perilaku itu berubah. Ketika akarnya diperbaiki perilaku akan berubah, mau di sekolah atau di luar, perilaku akan menjadi baik.
  • Peraturan dibuat oleh yang berkuasa.
  • Ketaatan jangka pendek. Ketika anak kembali dari sekolah, mereka menjadi tidak disiplin.
  • Perilaku tidak disiplin dianggap ancaman yang mengganggu.
  • Guru sebagai polisi atau hakim yang menghukum dan menghukumi.

Uraian tentang disiplin positif dan negatif ini sangat penting khususnya bagi pendidik (guru) dan orang tua. Konsep tersebut dapat menjadi referensi dalam menerapkan disiplin positif bagi setiap anak di sekolah dan di rumah dan menghindari penerapan disiplin negatif (biasa) di lingkungan mana dibutuhkannya. Perilaku negatif dari setiap anak tidak perlu dihindari, tetapi sebaiknya dihadapi dengan cara menelusuri penyebab terjadi perilaku tersebut, dan berusaha menerapkan konsep disiplin positif tersebut.

Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun