Menurut Oteng Sutrisno dalam bukunya Joko Sulistiyono "Buku panduan layanan konseling kelompok pendekatan behavioral" bahwa sisplin negatif adalah suatu keadaan disiplin yang menggunakan hukuman atau ancaman untuk membuat orang-orang mematuhi perintah dan mengikuti peraturan hukuman. Pendekatan pada disiplin ini adalah menggunakan hukuman pada pelanggaran peraturan untuk menggerakkan dan menakutkan orang-orang atau siswa lain sehingga mereka tidak akan berbuat kesalahan yang sama.
Disiplin negatif ini cenderung kepada konsepsi pendidikan lama, yaitu sumber disiplin adalah otoritas dan kekuasaan guru. Gurulah yang menentukan dan menilai kelakuan siswa, gurulah yang menentukan peraturan tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh siswa, tidak ada pilhan lain selain tunduk pada kemauan guru. Dengan demikian hukuman merupakan ancaman bagi siswa.
Sedangkan dalam buku Jennifer Costa "the conscious Parent's Guide to Positive Discipline" mengartikan discipline tanpa sadar (disiplin negatif) fokus pada penegakan disiplin melalui cara-cara yang negatif, dan arahnya langsung pada perubahan perilaku. Sedangkan disiplin dengan penuh kesadaran (disiplin positif) tidak langsung ditujukan pada tingkahlaku, tetapi lebih pada merubah pola pikir dan perasaan yang dapat merubah perilaku.
Untuk membedakan lebih dalam lagi antara disiplin positif dengan disiplin negatif khususnya dalam lingkungan sekolah, Irfan Amali dalam podcastnya mengemukakan beberapa point yang mebedakannya, yaitu:
Disiplin positif:
- Dikendalikan oleh kontrol/kesadaran internal
- Disiplin karena adanya konsekuensi logis dari setiap tindakan.
- Bukan fokus pada perilaku, tetapi fokus pada akar pembentuk perilaku, yaitu keyakinan karakter.
- Peraturan dibuat bersama sehingga anak-anak memiliki sara kepemilikan (owneship) terhadap peraturan. Ketika melanggar perturan berarti tidak melanggar peraturan yang dibuat oleh orang lain, tetapi sedang melanggar pada komitmen diri sendiri.
- Ketaatan jangka panjang
- Tidak disiplin merupakan kesempatan mengajarkan karakter. Di sekolah tempat menemukan bibit disiplin yang akan menjadi pohon besar dan kuat.
- Pendidik adalah detektif yang terus memahami akar masalah dan mencoba memperbaiki dan memberi solusi pada akar masalah tersebut.
Displin nagatif (biasa):
- Dikendalikan oleh kontrol eksternal
- Disiplin karena takut hukuman dan ingin imbalan (funishmen and reward)
- Fokus pada perilaku. Irfan Amali mencontohkan, seperti di sekolah, kita fokus membuat anak-anak menjadi rapi, taat, dan berperilaku baik lainnya. Padahal kita lupa ada akar yang akan membuat perilaku itu berubah. Ketika akarnya diperbaiki perilaku akan berubah, mau di sekolah atau di luar, perilaku akan menjadi baik.
- Peraturan dibuat oleh yang berkuasa.
- Ketaatan jangka pendek. Ketika anak kembali dari sekolah, mereka menjadi tidak disiplin.
- Perilaku tidak disiplin dianggap ancaman yang mengganggu.
- Guru sebagai polisi atau hakim yang menghukum dan menghukumi.
Uraian tentang disiplin positif dan negatif ini sangat penting khususnya bagi pendidik (guru) dan orang tua. Konsep tersebut dapat menjadi referensi dalam menerapkan disiplin positif bagi setiap anak di sekolah dan di rumah dan menghindari penerapan disiplin negatif (biasa) di lingkungan mana dibutuhkannya. Perilaku negatif dari setiap anak tidak perlu dihindari, tetapi sebaiknya dihadapi dengan cara menelusuri penyebab terjadi perilaku tersebut, dan berusaha menerapkan konsep disiplin positif tersebut.
Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H