Mari bebaskan diri dari cara-cara bertabur kekerasan
[caption id="attachment_189910" align="alignnone" width="390" caption="Jangan main kekerasan, coy..... Foto: google.com"][/caption]
Kekerasan saat pacaran? Sangat tidak wajar, namun seringkali terjadi. Saat melihat orang dengan status pacaran bertengkar lalu berakibat terjadinyakekerasan atau “tangan dan kaki bicara”, saya hanya geleng-geleng kepala. “Ini kebodohan yang luar biasa! Kok mau-maunya betah dalam suasana hubungan semacam itu. Kalau saya yang alami, saya akan tinggalkan hubungan ini,” begitu gumam saya dalam hati.
Jika mereka yang terlibat dalam pacaran bertabur kekerasan itu adalah kerabat atau kenalan, saya tidak segan menegur, tapi kalau bukan “siapa-siapa” saya, saya cenderung melalukan, tapi dengan penuh keprihatinan.
Terus terang, saat pacaran, saya pun sering berhadapan dengan situasi yang menaikkan tensi darah atau marah besar. Alasannya banyak. Semendidih apa pun darah saya akibat kemarahan itu, saya selalu ingat bahwa yang saya hadapi adalah manusia juga yang tidak semestinya saya kasari. Entah kenapa, saya selalu langsung ingat Mama saya. Dalam keluarga, saya tidak pernah melihat Papa saya mengasari Mama. Betapa pun Papa marah.
Kami empat laki-laki bersaudara kandung. Kepada kami bertempat Papa selalu mengatakan untuk menghargai wanita. “Seseorang dikatakan kuat jika dia bisa melindungi. Dan yang patut dilindungi adalah perempuan,” begitu kata Papa selalu. Atas pesan ini, kami bertempat tidak pernah berantam atau berkelahi dengan saudara perempuan kami. Kadangkala, karena saudara perempuan tahu ajaran Papa pada kami, mereka agak angkat ekor….. hehehe….
Kekaguman dan rasa hormat saya pada perempuan kian memenuhi membubung setelah saya mengalami kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan kaki kanan saya diamputasi. Saya melihat, wanita memiliki kekuatan yang sangat tidak bisa dianggap enteng. Di dalam diri istri, saya melihat kecerdasan dan kekuatan yang luar biasa. Dia berani dan tegar menghadapi segala tantangan hidup akibat amputasi yang saya alami. Dan dia mampu melakukan semuanya. I love You, Sayang……
[caption id="attachment_189898" align="alignnone" width="300" caption="Bentuk rasa lagum dan hormanku pada perempuan."]
Novel ini sungguh saya peruntukkan bagi para perempuan. Sekaligus teguran bagi mereka yang suka mengasari makhluk lembut ini.Saya menyelesaikan novel ini di saat infeksi tulang menyiksa setelah mengalami kecelakaan lalu lintas pada 10 Mei 2009 dan menjalani amputasi kaki kanan pada 16 Juni 2009.
Saat ini saya sedang menulis atau tepatnya mengedit sequel kedua novel tersebut. Sequel kedua ini pun saya persembahkan untuk para perempuan! Kalau ada yang katakan, “Bagaimana kalau perempuan bikin emosi?” Kan tidak harus dengan kekerasan untuk menyampaikan maksud….!! Betul kan? Mari bebaskan diri dari cara-cara bertabur kekerasan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H