Mohon tunggu...
AGUS SUWARNO
AGUS SUWARNO Mohon Tunggu... Guru - Seorang pendidik yang senang membaca dan menulis

Kang Guru dari lereng gunung Slamet, Banyumas,

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Emakku, Kartiniku: Sosok Wanita Tangguh yang Paling Aku Kenal

21 April 2021   10:51 Diperbarui: 21 April 2021   10:53 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya coba kamus besar bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional pengertian Wanita Karier adalah wanita yang berkecimpung dalam kegiatan profesi ( usaha, perkantoran, dsb). Dari pengertian tersebut maka saya berani mengatakan bahwa Emak saya termasuk sebagai wanita karier. Mengapa? Karena Emak saya adalah seorang peadagang kecil , yang berarti Emak saya juga berkecimpungan di dunia usaha. Bukankah berdagang termasuk sebagai dunia usaha. Ya, Emak bukan wanita karier sebagai pengertian yang saat ini banyak dipahami orang. Emak saya tidak mengalami adanya kenaikan jenjang karier, atau kenaikan gaji berkala. Bagi Emak bekerja keras, tekun telaten dan pantang menyerah itu yang harus dilakoninya.

Jam kerja Emak tidak sama dengan jam kerja kantoran. Pukul empat pagi sebelum subuh Emak harus menyiapkan dagangannya. Setelah sholat shubuh, Emak harus menyiapka ubo rampe bagi anak-anak yang akan berangkat sekolah dan tak lupa uang sakunya. Setelah itu dengan diantar Pak Slamet, tukang becak langgananya Emak, langsung berangkat ke pasar.Meja berukuran satu meter kali satu setengah meter telah menanti. Di meja itulah tempat Emak menata dagangannya. Jika pembeli ramai maka Emak bisa pulang setelah dhuhur. Tapi jika sepi maka Emak sipa pulang jam dua siang dan jika dagangan tidak habis maka Eamk segera melakukan barter dengan pedagang lain yang juga belum habis daganganannya. Yang paling saya suka adalah jika Emak barter dengan pedagang jajanan.Emak pulang biasanya naik becak. Tapi jika dirasa keuntungan dagangnya kurang begitu baik Emak akan jalan kaki. Jarak pasar dengan rumah sekitar lima kilometer.

Emak saya adalah sosok wanita desa yang identik dengan keterbelakangan pendidikan. Sososk wanita yang tidak merasakan Sekolah Rakyat. Namun demikina keinginan Emak untuk dapat baca tulis begitu kuat. Di sela-sela mencari rumput dan ngemong sang adik, Emak mencuri waktu untuk mengikuti pelajaran baca tulis yang ada di desanya. Perbuatan itu bukan tanpa resiko, sebab jika Kakek saya mengetahui, maka ranting pohon di tangan kakek sudah siap membuat bilur-bilur biru di tubuh Emak. Kakek sangat tidak senang jika Emak ikut kegiatan pelajaran baca tulis. Dengan ikut kegiatan tersebut artinya perolehan rumput mejadi berkurang dan itu dapat mengancam kelangsungan hidup kambing kakek. Namun bukan Emak jika tidak berani ambil resiko. Keinginan untuk dapat membaca dan menulis begitu kuat.Cambukan ranting kakek di tubuh Emak tidak begitu mempan untuk membuat jera Emak.

Emak ada tipe wanita yang ingin selalu maju dan selalu tidak mau ketinggalan informasi. Ada satu kebiasaan Emak yang menunjukkan fakta tersebut. Setiap pulang dari pasar Emak tidak lupa membeli koran. Emak tidak ingin ketinggalan berita setiap hari. Emak minta anak-anaknya membaca koran tersebut termasuk saya. Setelah itu Emak meminta saya untuk menceritakan isi koran yang baru saya baca, tidak jarang keluar komentar-komentar emak saat cerita berjalan. Tidak hanya itu acara TV yang paling digemari Emak selain pengajian adalah berita. Emak paling tidak suka nonton sinetron, apalagi sinetron yang memuat kekerasan terhadap wanita. Jika Emak berpendidikan tinggi mungkin termasuk aktifits anti kekerasan terhadap wanita.Emak selalu memberi petuah kepada saya bagaimana seharusnya seorang pria memperlakukan wanita, khususnya istri.

Meskipun Emak capek pulang dari berdagang, tapi Emak tidak mudah mengeluh. Emak masih ada waktu untuk masak makanan untuk makan sore. Memang makanan Emak tidak begitu enak menurut saya, dan yang satu ini Emak paling tidak suka dikritik masalah rasa masakannya. Tapi dengan dengan bumbu kasih sayang dan tidak kenal lelahnya membuat masakan apapun buatan Emak habis. Selepas maghrib Emak masih sempat untuk ikut jamaah pengajian. Emak paling pandai dalam mengkoordinir para ibu-ibu jamaah pengajian. Setiap ada kegiatan pengajian Emak paling sering menjadi koordinator.

Tidak itu saja kemampuan Emak berbicara di depan umum khususnya di depan ibu-ibu pengajian tidak perlu diragukan. kecerdasan dalam menyerap materi yang diberikan oleh sang Ustad membuat materi pembicaraan Emak cukup berisi. Tidak itu saja Emak rajin membaca buku-buku agama yang berkaitan dengan hafalan do’a atau materi lainnya.Bahkan jika ada do’a yang dirasa sulit dibaca karen dianggap terlalau panjang bacaannya Emak meminta saya menuliskannya dalam huruf latin. Tidak jarang Emak minta dibelikan buku-buku guna menambah referensi . Bagi Emak belajar tidak mengenal umur.

Kesibukan Emak berkarier, maksud saya berdagang, beraktifitas sosial , tidak mengurangi perhatian terhadap putra putrinya. Emak masih sempat bercengkerama dengan anak-anak. Saat bercengkerama Emak sering menyampaikan harapan-harapan kepada anak-anak. Harapan yang disampaikan anak bagi saya merupakan do’a. Salah satu harapan yang sering diucapkan kepada saya waktu kecil adalah harapan kelak saya menjadi ‘pegawai guru’. Dan ajaibnya harapan itu saat ini terkabul.

Dalam himpitan ekonomi Emak selalu menabur harapan kepada anak-anaknya. Demi anak Emak rela ‘Kaki menajadi kepala , kepala menajdi kaki’ alias jungkir balik dalam menyiasati kehidupan. Tidak itu saja di tengah malam saat anak-anak terlelap tidur Emak menyempatkan untuk menyelimuti anak-anak dengan kain jarit atau sarung, agar sang anak tidak didgigit nyamuk. Bahkan sering saat bangun tidur luka di kaki yang saya dapat saat bermain sore hari sudah terobati dengan borehan minyak kelapa.Dan itu adalah buah pekerjaan Emak. Bahkan di tengah larut malam saya sering merasakan piajatan-pijatan kuat di kaki saya. Emak tampak ikut merasakan betapa kencang kaki saya yang pegal setelah bermain seharian.

Bagi Emak tidak ada kata capek untuk anak. Saat ini setiap pulang ke rumah saya gantian menyempatkan memijit kaki emak. Saya rasakan tonjolan otot-otot kaki Emak, dan juga telapak kaki yang keras dan pecah-pecah. Otot otot yang menonjol dan telapak kaki yang pecah menunjukkan betapa keras dan berliku jalan hidup yang dilalui Emak.

Emak, adalah potret wanita desa yang berjuang keras keluar dari belitan kemiskinan dan kebodohan. Dengan bekal pendidikan minim dan keinginan yang kuat Emak ingin anak-anaknya bernasib lebih baik. Emak percaya dengan bekal pendidikan anak-anak mampu mandiri dan menjadi manusia berguna. Emak menjadi tauladan bagi saya dalam menjalani hidup. Ada nasehat yang selalu saya ingat dari Emak, “ Hidup ini untuk dijalani bukan dikeluhkan “. Betul Mak, tidak ada gunanya mengeluh dalam menjalani hidup.Hidup harus diajalani apapun kondisinya. Berusaha untuk lebih baik dan lebih baik adalah hal yang harus dijalankan.

Emak sekarang tidak berjualan lagi. Kami tidak tega, di usianya yang lebih delapan puluh tahun masih bergulat dengan dagangannya. Mula-mula Emak kaget saat harus membiasakan diri di rumah. Sering sakit-sakitan dan badan terasa kaku-kaku sering dikeluhkannya. Emak kangen dengan teman-teman di pasar. Teman saling bercanda, ngobrol curhat atau minta tolong kerokan saat masuk angin. Alhamdulillah saat ini Emak sudah mampu menyesuaikan diri. Dan Emak mengakhiri kariernya sebagai pedagang dengan anak-anak yang sudah mampu menghidupi diri sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun