Mohon tunggu...
AGUS SUWARNO
AGUS SUWARNO Mohon Tunggu... Guru - Seorang pendidik yang senang membaca dan menulis

Kang Guru dari lereng gunung Slamet, Banyumas,

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ada Jokowi di PILKETOS (Pemilihan Ketua OSIS) Sekolah Saya

17 September 2012   14:50 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:20 1577
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sabtu kemarin di sekolah saya saya mengadakan pemilihan ketua OSIS (PILKETOS). Kegiatan tersebut dikemas layaknya pemilihan kepala daerah. Tahap pertama setiap kelas mengirimkan perwakilan kelas yang akan dijagokan sebagai bakal calon (balon) ketua OSIS.Oleh panitia seleksi yang terdiri dari pengurus OSIS lama dan guru pembimbing dilakukan seleksi tertulis. Setelah lolos seleksi tertulis balon masih diuji dengan ketrampilan baris-berbaris dan kemampuan menyampaikan visi ddan misi di depan tim seleksi. Setelah berhasil menunjukkan kemampuannya panitia seleksi menentukan calon ketua OSIS yang berhak maju pada babak pemilihan langsung.

Sebelum pemilihan langsung calon ketua OSIS dipersilakan melakuakan kampanye melalui poster dan orasi door to door tiap-tiap kelas. Disamping untuk memperkenalkan diri calon juga menyampaikan visi-misi di depan teman-temannya. Agar lebih seru calon diminta memilih simbol misalnya kelapa, padi, singkong, dan sebaginya yang menundukung visi-misi yang diembannya. Tiap calon harus menjelaskan filosofi simbol yang dipilihnya.

Tiba saatnya pemilihan langsung dimulai. Para calon memakai pakaian tradisional untuk menarik para pemilih. Disediakan panggung untuk calon menyampaikan kampanye di depan para pemilih. Sebelum ke panggung para calon diarak oleh pendukungnya menemui para calon pemilih. Para pendukung meneriakkan yel-yel sebagai penarik para pemilih.

Setelah semua calon selesai berorasi tibalah saat pemilihan langsung. Pemilihan dilakukan dengan menulis nama calon.Kenapa tidak mencoblos layaknya Pilkada ?, ya karena para pemilih adalah para siswa yang tentunya sudah bebas buta huruf. Setelah pemilihan rampung dilanjutkan penghitungan suara. Dalam penghitungan suara inilah ternyata ada siswa yang simpatisan pak Jokowi. Bukannya menulis nama calon yang sudah ada tapi malah menulis nama Jokowi, tentu saja panitia memasukkan kartu ini sebagai kartu yang tidak sah. Ha..ha... tampaknya nama Jokowi begitu kondang sehingga gaungnya sampai ke lembah gunung Slamet.

Melihat prosesi PILETOS di sekolah saya terbayang seandainya Pilpres dan Pilkada berlangsung secara tertib dan cerdas sebagaimana PILKETOS di sekolah saya, tentunya negeri ini akan terasa nyaman. Dan tampaknya para pendidik di lingkungan sekolah masing-masing perlu mengembangkan karakter peserta didik yang demokratis, saling menghargai,toleran, bertanggung jawab dan karakter positif lainnya mealalui kegiatan semacam PILKETOS.

Memang ini bukan tugas para pendidik yang ringan, karena para generasi muda terlanjur mendapat contoh buruk dari pendahulunya. Namun dengan kesabaran dan usaha tanpa menyerah dari para pendidik, penulis yakin munculnya generasi yang lebih demokratis dan toleran akan semakin berkembang. Dan sekolah sebagai miniatur masyarakat dalam berbangsa dan bernegara tampaknya perlu selalu berusaha tedepan sebagai sebagai model percontohan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun