Persiapan tata cara hidup baru atau New Normal sudah diluncurkan oleh Presiden Jokowi. Kita sebagai anggota masyarakat, mau tidak mau harus siap menjalaninya. Beberapa waktu sebelumnya Presiden juga sudah mewacanakan untuk hidup 'berdamai' dengan virus covid-19, yang dipastikan akan terus ada selama beberapa tahun ke depan.
Meski ada segelintir tokoh yang pura-pura tidak paham akan kalimat 'hidup berdamai dengan virus', dengan mengartikan seenak udelnya sendiri bahwa virus tidak bisa diajak berdamai. Namun saya meyakini bahwa mayoritas rakyat paham akan makna kalimat tersebut. Kita harus kembali hidup normal berdampingan dengan virus, tetapi dengan cara-cara yang baru.
Dengan memahami cara terjadinya penularan virus covid-19 melalui droplet yang terlontar dari mulut dan hidung orang yang positif terinfeksi, maka yang dimaksud cara hidup normal baru adalah selalu jaga jarak dengan orang lain di atas satu meter dan menghindari kerumunan. Memakai masker saat berada di luar rumah. Selalu membersihkan diri terutama tangan, serta berusaha untuk tidak menyentuh mulut, hidung dan mata kita.
Namun, sejatinya kehidupan New Normal tidak hanya sebatas kewaspadaan dan kerbersihan pribadi saja. Akan tetapi juga berpengaruh terhadap kehidupan manusia secara berkelompok. Acara-acara yang mengundang banyak orang dengan interaksi-interaksi personal secara fisik akan tidak ada lagi untuk sementara waktu.
Penulis memprediksi, manusia sebagai mahkluk sosial akan benar-benar berubah, tidak hanya ke arah kehidupan New Normal, melainkan akan menuju kehidupan New Era. Segala hal yang kita alami saat ini, akan tidak bisa lagi ditemui karena terjadi perubahan secara drastis dan berlangsung relatif cepat, sebagai akibat pandemi ini. Dalam beberapa tahun ke depan, akan terjadi peningkatan aktifitas manusia secara virtual jarak jauh.
Di mulai dengan perusahaan-perusahaan besar, khususnya yang berbasis teknologi informasi. Perusahaan akan menciptakan lingkungan dan sarana bagi para karyawannya agar bisa bekerja dan tetap berproduktif secara remote, yang artinya karyawan bekerja dari rumah mereka masing-masing.
Seperti yang dilakukan oleh raksasa teknologi Facebook dan Google. Kedua perusahaan ini memerintahkan karyawannya untuk bekerja dari rumah masing-masing hingga akhir tahun 2020, dan kemungkinan diperpanjang. Memang, tidak semua karyawannya bisa bekerja dari rumah, karena ada pekerjaan yang membutuhkan pekerja ada di lokasi kerja, seperti para teknisi yang mengurusi hardware. Namun, sebagian besar karyawannya bisa bekerja dari rumah dengan tetap menghasilkan produktifitas yang tinggi. (Sumber)
Bahkan, untuk 'memaksa' karyawannya agar mau bekerja dari rumah maka pemberian insentif diterapkan. Bisa jadi tambahan insentif ini untuk mengganti tambahan beaya listrik dan quota internet bagi karyawannya. Namun yang jelas, jika produktifitas bisa tetap terjaga, maka ifisiensi beaya yang bisa didapat bagi perusahaan dan karyawan akan sangat signifikan.
Perusahaan bisa menghemat beaya listrik, ruang kantor, kendaraan operasional, dan lain-lain. Sementara bagi karyawan yang bekerja dari rumah akan terjadi penghematan pada beaya transportasi dan sewa tempat tinggal (apartemen atau kost) dekat kantor.
Dengan adanya pandemi ini banyak memunculkan kreatifitas-kreatifitas baru. Munculnya wisata virtual sebagai pengganti wisata fisik adalah salah satunya. Banyak museum dan tempat-tempat wisata menggelar 'wisata virtual' untuk khalayak ramai. Wisatawan dibawa untuk melihat tempat-tempat bersejarah dengan segala macam bendanya, sekaligus mendengar narasi tentang tempat dan benda tersebut dari sang pemandu, sembari duduk-duduk di rumah atau rebahan di tempat tidur.
Ada juga promotor music yang menggelar sebuah pertunjukan konser musik secara virtual dan para penikmatnya cukup menonton dari rumah.