Setiap manusia pastilah mengenal dan pernah mengalami atau melakukan kegiatan berkhayal, berfantasi atau berimajinasi. Ketiga kata tersebut sekilas mempunyai arti yang sama, namun sebenarnya ketiganya berbeda makna.
Secara sederhana bisa diartikan bahwa khayalan adalah ilusi, Â keyakinan, atau kesan tentang sesuatu yang jelas-jelas keliru. Jadi, pada dasarnya berkhayal bukan hal yang baik karena dapat membuat orang menjadi bingung dan memiliki tekanan batin atau bahkan dapat menyebabkan orang menjadi kehilangan jati dirinya.
Misal seseorang kehilangan orang yang dicintainya, kemudian berkhayal bahwa yang dicintainya masih hidup bersamanya, maka pada hakikatnya dia sedang membohongi diri sendiri dengan tidak menerima kenyataan, lalu hidup dalam kepalsuan. Â
Sementara fantasi adalah merupakan sebuah mimpi yang berkembang di luar jangkauan manusia dan tidak memiliki parameter riil dalam mewujudkannya. Fantasi lebih bersifat terlalu mengada-ada.
Umumnya orang berfantasi identik dengan bermimpi tentang masa lalu yang ingin dibawa ke masa kini. Misalnya orang yang menginginkan Indonesia bisa kembali seperti jaman Majapahit dengan Patih Gajah Mada-nya, maka orang tersebut sedang berfantasi.
Sedangkan imajinasi  berasal dari kata dasar image atau gambar, sehingga kata imajinasi bisa diartikan sebagai daya pikir untuk membayangkan atau menciptakan 'gambar' yang mencakup kondisi, karangan, lukisan, atau lainnya, dari sebuah  kejadian berdasarkan kenyataan atau pengalaman seseorang.
Batas imajinasi adalah daya imajinasi itu sendiri, dimana saat seseorang bebas lepas berimajinasi, dalam arti sejauh mana ia mampu "terbang" dengan imajinasinya yang bebas merdeka tersebut.
Dari ketiga istilah di atas, yang menjadi sorotan penulis adalah imajinasi, yang merupakan bagian dari kemampuan kognitif manusia. Imajinasi pada dasarnya sangat bermanfaat bagi perkembangan kecerdasan seseorang, bahkan bisa dikatakan kecerdasan seseorang sangat tergantung dari seberapa besar dan kompleks imajinasi yang mampu dibuat.
*****
Perkembangan peradaban manusia yang meliputi bidang sosial, ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi, tidak bisa lepas dari produk imajinasi yang dihasilkan oleh manusia itu sendiri, terutama mereka yang berkecerdasan lebih. Awal mulanya memang hanya imajinasi, namun secara bertahap dengan proses yang cukup panjang, manusia mampu mewujudkannya menjadi sesuatu yang nyata.
Leonardo Davinci pada akhir abad ke-14 membuat gambar sketsa berupa alat yang bisa dipakai manusia untuk terbang, dan mirip sebuah helikopter saai ini. Sketsa tersebut hanyalah produk imajinasi semata dari Leonardo, karena memang sangat belum terbayangkan oleh orang-orang saat itu. Namun, imajinasi Leonardo sudah menjadi kenyataan sekarang.