Ada beberapa type orang dalam menyikapi tantangan misteri alam ini. Ada yang apatis dan cenderung tidak peduli. Hal ini disebabkan karena kondisi ekonomi dan sosial yang tidak memungkinkan, sehingga penguakan misteri bukan menjadi prioritasnya. Ada juga yang tidak mampu melakukan apa-apa selain diam dan menunggu, karena kemampuan kecerdasan yang kurang.
Selain itu tentunya ada juga orang yang terus menerus berusaha untuk menguak misteri-misteri alam semesta. Selain kemampuan yang mereka miliki dari sisi kecerdasan pikir serta sumber daya pendukung lainnya, orang tersebut biasanya juga memiliki lingkungan masyarakat yang juga mendukung. Bahkan masyarakatnya memiliki passion atau hasrat yang sama untuk menaklukan tantangan-tantangan misteri tersebut.
Namun, ada juga orang yang bisanya cuma menunggu sembari mengamati dari jauh pihak-pihak yang sedang sibuk bekerja menguak misteri. Dia berdiri mengamati dengan membawa  keyakikannya sendiri yang dianggap pasti benar, dimana celah yang masih misteri ini langsung dipandang sebagai peran Ilahi/Tuhan, tanpa ada penjelasan lebih lanjut.
Ada kalanya juga, setiap ada keberhasilan dalam menguak sebuah misteri, maka orang ini akan berusaha menghubungkannya dengan informasi dari keyakinannya, untuk kemudian dikatakan bahwa penemuan tersebut sebenarnya bukan hal yang baru, karena sudah ada dalam buku keyakinannya.
Dalam permainan 'susun puzzle', orang seperti ini bagaikan sedang mengamati dari belakang, sementara orang lain sibuk menyusun keping-keping puzzle pada sebuah dinding besar. Dia tidak mampu mencari keping puzzle dan memasangnya sendiri ke dalam dinding. Dia lebih asyik melihat dan sesekali berkomentar menghibur diri pada setiap keping puzzle yang sukses dipasangkan pada dinding.
Nah, anda mau memilih berperan sebagai apa? Orang yang sibuk memikirkan cara menyusun puzzle dalam dinding? Orang yang hanya ingin mengamati saja dari belakang? Atau memang tidak mau terlibat sama sekali, karena tidak tertarik dengan permainan 'susun puzzle'? Semua pilihan boleh-boleh saja, selama tidak melanggar hukum. Sekian.
Silahkan klik di sini untuk artikel lainnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H