Awalnya terjadi ketika mereka menolak debat yang diadakan oleh TV swasta. Ketika AHY menolak undangan Najwa. Ketika AHY berkata, bahwa blusukan dan bernteraksi dengan warga lebih penting daripada hadir di ‘debat swasta’.
Saat itulah, lawan berpesta pora menjebol gawangnya dengan berbagai sindiran yang intinya AHY calon pemimpin yang takut dan pengecut adu argument dalam debat. Anies-Sandi mampu meraih banyak pemilih AHY untuk beralih.
Lebih parah lagi, SBY selaku ‘pemilik’ dari paslon satu ini, juga ikut melakukan gol bunuh diri. Terdorong oleh nafsu untuk memenangkan sang putera, dia pun turun sendiri ke lapangan dan melakukan strategi palying victim melalui tweet-tweetnya yang mengharu biru.
Ditambah, pada saat injury time pemungutan suara, SBY blunder dengan melakukan serangan balik terhadap tuduhan Antasari secara tidak proporsional. SBY dengan strategi playing victim lagi, menuduh Istana ada dibalik kicauan Antasari dan bertujuan untuk mengalahkan AHY dalam Pilkada.
“Saya bertanya, apakah Agus Yudhoyono memang tak boleh maju jadi Gub Jakarta? Apakah dia kehilangan haknya yang dijamin oleh konstitusi? *SBY*”.
Tweet-tweet model playing victim ala SBY ini bukannya memperoleh simpati, justru less respect dan bully yang didapat.
Fatalnya, sang adik juga ikut-ikutan melakukan hal yang menjengkelkan sekaligus lucu ketika mentweet himbauan kepada masyarakat luas dengan diawali kata-kata ‘wahai rakyatku’. Sebuah tweet yang sangat pantas untuk dibully.
Dengan dua gol bunuh diri di masa injury time tersebut, jelas membuat perolehan suara AHY-Sylvi semakin kandas, yang mengakibatkan mereka harus terlempar di putaran pertama. Gol-gol bunuh diri ini membuat banyak pendukungnya sadar bahwa AHY memang tidak layak untuk didukung.
Karena mayoritas simpatisan AHY memang orang-orang yang tidak suka Ahok, maka satu-satunya tempat tampungan hanyalah Anies-Sandi. Jadi, tanpa melakukan tindakan yang berarti, Anies-Sandi sudah didatangi aliran simpatisan dari AHY-Sylvi.
Satu hal baik yang dilakukan AHY dan mendapat banyak simpati dari masyaralat termasuk saya, adalah saat berbicara mengenai kekalahannya. Tanpa SBY di sampingnya, AHY berpidato, tidak dengan gaya menghiba, berakting layaknya terzolimi untuk menarik simpati, namun justru berlapang dada mengakui kekalahannya dan mengucapkan selamat kepada dua pasangan calon lainnya. Saya pribadi juga mengucapkan selamat kepada anda yang berlapang dada. Bukan karena sesama Agus.
Putaran Kedua