Bulan Ramadhan adalah bulan tempat para seluruh muslim memfokuskan dirinya untuk beribadah kepada Allah SWT. Diharapkan dibulan ini semua keberkahan didapatkan sehingga menjadikan diri benar – benar bersih dan jadi insane yang baru di Idul Fitri nanti. Ramadhan juga diharapkan menjadi bulan pembelajaran bukan hanya untuk para orang dewasa tapi juga para anak – anak.
Pembelajaran saat ini tidak hanya disekolah tapi juga pengaruh lingkungan menjadi salah satu jalan pembelajaran. Kita mungkin biasa menganggap belajar hanya dilingkungan sekolah tapi pada dasarnya belajarpun dapat dilakukan jika kita mengamati dan memikirkan apa yang terjadi diluar sana. Sekolah, masyarakat dan Media adalah beberapa yang menjadikan masyarakat dapat belajar. Sekolah secara formal, masyarakat secara interaksi dan media sebagai wadah tontonan untuk hiburan.
Mungkin aspek sekolah melakukan pembelajaran dengan mengadakan pesantren – pesantren kilat, lingkungan masyarakat juga melakukan dan membentuk suasana – suasana yang relegius namun media saat ini jauh dari kesan memberikan tontonan yang memberikan tuntunan semangat ke-islaman.
Jika kita lihat ranah acara televisi saat ini hanya bersifat hiburan dan mayoritas membuat kegiatan humorioritas ketimbang memberikan tuntunan pengajaran khas ramadhan. Saat ini media mungkin lebih senang mengejar rating sehingga tidak lagi berpikir rasional dampak negatif dari acara yang ditayangkan. Hanya sedikit mungkin televisi – televisi yang masih setia menayangkan acara – acara yang memberikan bukan hanya sekedar mengejar rating tapi benar – benar ingin membumikan ajaran Islam.
Sebenarnya permasalahan ini juga tidak hanya terjadi dibulan Ramadhan. Media saat ini fokus mengejar rating acara bukan memberikan pembelajaran kemasyarakat. Acara saat ini di Indonesia sangat – sangat jauh dari kesan mendidik tapi membentuk pikiran negatif masyarakat. Lihat saja sinetron saat ini lebih dibumbui acara – acara kecil – kecil sudah mengenal pacaran, mengajarkan berpakaian yang tidak sopan ketika digambarkan kisah anak sekolah yang berpakaian jauh dari rapi lebih menonjolkan sikap anak gaulnya ketimbag aturan, sinetron dengan kekerasan dan kelicikan yang mengajarkan masyarakat yang menonton berprilaku yang sama karena pada dasarnya tidak semua yang menonton bisa memikirkan secara rasional apa yang dilihatnya.
Berita – berita dari pagi sampai malam menceritakan hal – hal buruk dan negatif.Pikiran masyarakat diserang dengan semangat pesimistis terhadap bangsanya sendiri. Hal ini berdampak masyarakat menjadi seolah terhasut meskipun kadang berita – berita dimedia hanya bumbu – bumbu politik yang ingin menaikkan rating acara beritanya.
Masyarakat haruscerdas dan Komisi Penyiaran harus benar – benar mengkritisi acara – acara telivisi dinegara ini. Acara telivisi bukan lagi menjadi ranah pembelajaran, pencerdasan dan meningkatkan optimism bangsa ini tapi menjadi bom waktu yang siap meledakkan permasalahan – permasalah sosial baru. Anak – anak bangsa harus diberikan tuntunan bukan sekedar tontonan yang bisa membuat mereka senang dan terhibur. Saat ini anak bangsa kita sedang mengalami permasalahan mulai dari kekerasan disekolah, moral yang mengalami penuruan, adab dan sopan santun serta etika yang mengalami degradasi. Cukuplah yang tua – tua itu menjadi pembelajaran buat kita jangan sampai anak – anak bangsa ini juga mengikuti hal – hal negatif yang tidak baik untuk masa depan anak bangsa Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H