Mohon tunggu...
Agus Suriadi
Agus Suriadi Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Seorang mahasiswa dan guru bagi para siswa menjadikan saya mengerti kegalauan dalam proses belajar maupun mengajar. Hal ini membuat saya ingin terus membuat orang lain termotivasi melalui tulisan dalam proses hidup. Hidup itu belajar dan belajarlah untuk hidup.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ingat! Orang Tua Pendidik Primer Bukan Guru

21 Februari 2014   12:42 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:36 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Dalam pendidikan di Indonesia masih belum menemukan peran yang maksimal antara orang tua dan guruyang memiliki peran sebagai sama –sama pendidik. Bedanya orang tua adalah memiliki peran sebagai pendidik di rumah sedangkan guru adalah pendidik di sekolah.

Sayangnya kadangkala orang tua keliru dengan perannya sebagai pendidik inti bagi anak-anaknya sehingga bagi mereka pendidikan yang utama adalah pendidikan anak mereka disekolah sehingga peran mendidik anak banyak di limpahkan ke sekolah melalui guru.

Marian Wright Edelman mengatakan : “Parents have become os convincedthat educators know what is best for their Children that they forgetthat they themelvesare reallythe experts”. Orang tua begitu sangat yakin bahwa pendidik terbaik anaknya ada pada pendidik padahal menurut Edelman justruyang ahli dalam mendidik anaknya adalah orang tua itu sendiri.

Paradigma yang salah sehingga ketika orang tua menyerahkan anaknya kesekolah maka merasa masa depan anaknya akan beres begitu saja. Sehingga orang tua terlalu sedikit memberikan perhatian ke anak mengenai masalah pendidikan anaknya karena sibuk dengan aktivitas-aktifitas lain dan hanya sedikit meluangkan waktu untuk anaknya.

Charles Desforges dalam penelitiannya di DfES Research Report tahun 2003 mengatakan keterlibatan orang tua dalam pendidikan anaknya dirumahmemiliki efek yang positifyang signifikanterhadap prestasianak-anakdan pengaturan anak –anak setelah semua faktor lain terbentuk. Hal ini menegaskan kembali bahwa orang tua sebagai pijakan utama anak dalam pendidikan yang ingin dicapai.

Alasan utama orang tua sangat begitu penting dalam kesuksesan anaknya adalah juga karena orang tua adalah guru pertama.Joseph Sclafani menulis yang di kutip dari tulisanJen Gratz yang berjudul “ The Impacts of Parents’ Background on their Children’sEducation” yakni“ The Influence of teachers in actuallyreciprocal and tosom extent dependent on what iur Child brings to the classroom...... These same teachers also from impressions based upon other information such asyour child’sprevious year’s grades and test score, and his or her family background and the family’s level of involment”. (Scalafani 84).

Pada dasarnya ketika guru bertindak harus berdasar pada bagaimana peran orang tua dirumah karena kadang permasalahan anak disekolah dikarenakan kondisi dirumah mereka yang dapat dikatakan bermasalah. Mulai dari kenakalan anak, nilai yang turun serta tindakan –tindakan lain yang menyimpang kadangkala dibawa dari rumah mereka. Hal lain orang tua menganggap ketika anak mereka disekolah semua akan beres begitu saja.

Sebagai proses pendidikan masa depan orang tua harus kembali ke dalam peran intinya sebagai pendidik inti untuk anak-anaknya sehingga antara orang tua dan guru sebagai pendidik disekolah dapat membantu mengarahkan pendidikan anak dengan benar. Tidak boleh ada ketimpangan di antara peran tersebut. Orang tua harus kembali menjadi tenaga ahli dalam membangun etos anak –anak mereka yang akan dibawa kesekolah sehingga guru menjadi lebih mudah dalam mengarahkan anak-anak mereka disekolah. Jangan pernah berpikir anak akan merasa baik jika hanya menyerahkan tumpuan pendidikan pada guru disekolah tapi bukan dikarenakan guru tidak mampu tapi justru jika bawaan dari rumah baik maka disekolah guru akan lebih nyaman dalam membangun pendidikan anak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun