Mohon tunggu...
Agus Sukoco
Agus Sukoco Mohon Tunggu... -

Pria kelahiran Purbalingga, 3 September 1976 memulai keaktifannya di masyarakat di organisasi kepemudaan di Purbalingga. Sejak muda menyukai buku-buku bertema sufiistik, sosial dan politik. Hingga saat ini menggiati Forum Maiyah Juguran Syafaat di Purwokerto. Beberapa tulisannya dimuat di koran lokal Banyumas. Bersama komunitasnya merintis mini album berjudul ‘Tahta Cinta’, sebuah karya musik independen yang bercerita tentang perjalanan hidup. Aktivitas kesehariannya menjadi staf di salah satu perusahaan daerah di Purbalingga.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Madu Kehidupan

20 Maret 2016   12:05 Diperbarui: 20 Maret 2016   12:10 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

TIDAK BISA KITA menganggap lebah itu berbahaya dan harus dimusnahkan dari muka bumi hanya karena lebah berpotensi menyengat. Lebahlah yang ternyata diamanati Tuhan untuk mengantar RahmatNya berupa Madu. Jadi, kalau engkau berjumpa dengan orang-orang yang memiliki kecenderungan menyengat, mengkritik, dan mengacak-acak program perjuanganmu, jangan-jangan memang mereka sedang ditugasi menjadi Lebah-lebah sejarah yang siap menyediakan Madu bagi masa depan hidupmu.

Kehidupan itu diselimuti oleh labirin rahasia yang menggairahkan untuk disingkap satu persatu. Tuhan tidak pernah memposisikan segala sesuatu untuk ditabrak-tabrakan. Apakah malam adalah lawanya siang? apakah buruk itu musuhnya baik? Apakah kegelapan melawan cahaya dan sakit itu kontradiktif dengan sehat?. Segala sesuatu punya 'maqomat' nilai dalam tata managemen semesta.

Sakit dan sehat tidak berada pada kedudukan nilai yang kontradiktif. Hanya dalam kondisi sakit orang bisa dengan sebenar-benarnya merasakan sehat. Untuk bisa menikmati sehat, manusia membutuhkan situasi sakit. Sakit dan sehat, baik dan buruk, cahaya dan kegelapan, malam dan siang dan segala sesuatu yang secara kebudayaan kita anggap berlawanan sesungguhnya saling berdialektika dalam mekanisme sinergisitas fungsi yang harmoni.

Potensi sengatan Lebah yang seolah-olah penuh ancaman adalah 'kabut' yang sengaja diciptakan Tuhan untuk menyembunyikan Madu di baliknya. Hanya orang-orang yang memiliki kesabaran,ketelitian dan daya juang untuk menerobosnya dan diperkenankan untuk mengambil Madu hikmah dalam kehidupan.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun