YouTube sudah bercokol di Indonesia sejak tahun 2005 silam. Channel YouTube pun kian banyak dan semakin menjamur dari waktu ke waktu. Mulai dari channel yang membuat konten tentang kuliner, traveler, hingga cover mengcover.
Namun, dari sekian banyak channel YouTube, ada channel yang mempunyai wajah dan warna berbeda. Channel itu bernama Watchdoc Image dan Watchdoc Documentary.
Watchdoc sendiri merupakan channel yang dibuat oleh seorang jurnalis, Dandhy Laksono. Salah satu jurnalis yang sudah malang melintang di dunia jurnalistik tanah air. Dandhy, yang tergabung dalam Aliansi Jurnalis Independen (AJI) mempunyai kiprah di dunia jurnalistik sebagai jurnalis investigasi dan film dokumenter.
Maka tak heran jika video-video yang diupload di channel YouTubenya berisi film dokumenter. Namun bukan film dokumenter semata. Film dokumenter yang dibuatnya lebih fokus kepada isu ketimpangan sosial, politik, dan dampak pembangunan terhadap lingkungan. Sesuai dengan passion Dandhy sebagai jurnalis investigasi.
Beberapa film dokumenternya bisa dibilang sebuah kritik terhadap pemerintah. Tentu saja kritik dari sudut pandang yang berbeda. Film dokumenter yang paling banter diperbincangkan adalah Sexy Killers dan Asimetris. Bahkan kampus-kampus dan komunitas diskusi sering mengadakan nonton bareng film Sexy Killers dan Asimetris.
Tak hanya Sexy Killers dan Asimetris, perjalanan Dandhy selama setahun mengelilingi Indonesia juga dijadikan film dokumenter. Ekspedisi yang bernama Indonesia Biru. Dalam perjalanannya, Dandhy ditemani kawannya yang bernama Suparta Arz, biasa dpanggil Ucok.
Sexy Killers
Film dokumenter berjudul Sexy Killers dirilis pada tanggal 14 Â April 2019. Film ini menceritakan tentang industri tambang batu bara yang mempunyai dampak terhadap lingkungan. Sexy Killers memperlihatkan adanya hubungan antara industri batu bara dan perpolitikan di tanah air.
Film ini menceritakan tambang batu bara di Kalimantan, yang mempunyai dampak cukup besar terhadap lingkungan dan kesehatan. Bahkan dengan adanya tambang batu bara juga mengakibatkan kematian bagi anak-anak yang berada di lokasi bekas galian tambang.
Mengutip dari voaindonesia.com, Lasma Natalia mengatakan, sejumlah kasus lingkungan juga memiliki Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) yang diragukan kesahihannya.