Mohon tunggu...
Komang Agus Suartama
Komang Agus Suartama Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Ilmu Komunikasi

Lelaki berbadan tambun yang suka baligrafi, penulis amatir

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menilik Aksi Pengemis Terdigitalisasi

29 Mei 2023   09:39 Diperbarui: 29 Mei 2023   10:01 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ngemis berkedok pundi-pundi menjamur menjadi hiburan milenial yang tidak dapat terbendung lagi, benar ungkapan hangtuah tidak hanya pekerja normal terbarukan teknologi, tetapi pengemis juga terdigitalisasi.

Menguak digitalisasi tidak dapat dilepaskan dari adanya media baru sebagai wujud semakin canggihnya alat yang diciptakan manusia lengkap dengan efek sampingnya. Sejatinya media baru saat ini memiliki esensi penting dalam kehidupan modern ini, berbagai kegiatan beralih menggunakan produk dari media baru. Pada dasarnya media baru ini memberikan fungsi praktis yang memanjakan penggunanya, sehingga pengguna puas berlama-lama dalam menggunakan media baru ini. Komunikasi, pokok penting yang menjadi kedok penciptaan media baru, yang digadang-gadang mampu mengemas segala bentuknya kedalam dunia virtual. Tentunya hal ini menimbulkan efisiensi bagi pengguna media baru.

Media baru menghadirkan media sosial sebagai wadah interaksi manusia di dalamnya, sebut saja dunia lain dalam jaringan. Hadirnya media sosial ini sejalan dengan penggunaan internet yang tinggi, hal ini berdasar pada data oleh APJI dimana pengguna jaringan internet di Indonesia mencapai 78,19 persen pada tahun 2023 dengan jumlah 215.626.156 jiwa dari total populasi 275.773.901 jiwa yang berarti sebagian besar penduduk Indonesia menggunakan media sosial.

Media sosial kini tidak hanya menghadirkan fungsi komunikasi tetapi juga memadukan berbagai fitur menarik yang digemari penggunanya. Fitur di dalamnya mencangkup fitur hiburan, belanja, dan berbagai fitur lainnya sehingga mempermudah segala hal yang bisa dilakukan dalam genggaman.

Dalam hal ini fitur yang sedang hype pada media sosial saat ini dan menjadi trendsetter adalah fitur livestreaming. Fitur ini memungkinkan penggunanya untuk melakukan siaran secara langsung dan berinteraksi dengan penonton di dalamnya, dimana pengguna media sosial memanfaatkan fitur ini untuk sekedar menghibur diri dan juga sebagai sarana promosi produk yang dimiliki. Selain itu penonton live juga dapat melakukan interaksi dengan melayangkan komentar kepada penyelenggara dan juga memberikan hadiah yang tersedia dalam fitur live. Dimana hadiah ini dibeli dengan menggunakan koin dalam fitur live. Hal ini lah yang menjadi titik fokus bermulanya fenomena ngemis online.

Ngemis online muncul pada awalnya sebagai bagian dari konten iseng yang tersebar melalui platform media sosial, hal ini menjadi kontroversial lantaran medial sosial yang dimiliki mengalogritmakan konten tersebut. Konten ngemis online ini dikemas dengan kreatifitas diatas rata-rata dengan memanfaatkan sumber daya seadanya, dapat berupa air, lumpur hingga orang tua renta yang menarik untuk menjadi pusat perhatian. 

Hal ini tentunya menimbulkan kontroversi lantaran hal ini akan menimbulkan generasi yang malas ditengah banyak orang harus berdarah-darah melakukan suatu pekerjaan. Selain itu, jika dipikirkan ini merupakan salah satu bentuk eksploitasi manusia, dimana memanfaatkan orang untuk memperoleh rasa iba dan meraup keuntungan.

Jika ditilik dari sudut pandang hiburan, fenomena ini di nilai menghibur dimana penyelenggara live mau melakukan apapun yang diminta oleh penonton, misalnya di minta untuk bergoyang, ataupun melakukan berbagai tindakan aneh dan konyol lainnya, dengan alih-alih memperoleh hadiah dari pemirsa. Fenomena ini masih terjadi hingga kini, hanya saja dengan pengemasan yang sedikit berbeda. Jika dulu dengan mandi lumpur sekarang dengan bangun tidur dikasur lengkap dengan iringan musik yang membuat hal tersebut makin asik untuk ditonton.

Kemudian jika dilihat dari kaca mata ekonomi hal tersebut tidak etis untuk dilakukan. Seharusnya sebagai generasi muda yang melek digital harus mampu memanfaatkan fitur media sosial dengan bijak, apabila ingin merogoh kocek lakukan dengan kemampuan bukan dengan meminta-minta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun