Apa yang dilakukan BWF dalam Olimpiade Paris 2024 benar-benar membuat semua pihak tidak habis pikir. Beberapa langkah yang dilakukan organisasi bulu tangkis tertinggi ini, menunjukkan ketidak profesionalannya.
Bayangkan hanya masalah perhitungan poin saja, pasangan Prancis penghuni peringkat ke-37 BWF ikut dalam ajang paling bergengsi ini. akibatnya, nomor ganda putra yang seharusnya berisi 16 pasangan, membengkak menjadi 17 pasangan.
Yang dirugikan tidak hanya grup yang akan dihuni lebih dari 4 pemain saja. Namun ada pasangan lain yang sebetulnya lebih berhak justru terlewati.
Dagelan kedua muncul lagi terkait pengundian di nomor tunggal putra. Kali Jonatan Christie yang kejatuhan sial. Grup L yang ditempati Jonatan Christie diisi 4 pemain, lebih banyak dari grup lain.
Hal yang membuat Jonatan meradang apalagi kalau bukan karena posisinya sebagai unggulan ketiga. Seharusnya sebagai unggulan ketiga, Jonatan mendapat keistimewaan.
Kenyataannya, justru Anders Antonsen saja yang menikmati keistimewaan ini. Padahal Anders Antonsen menduduki unggulan ke-4 di ajang ini.
Hal lain yang membuat Jonatan meradang adalah jumlah pertandingan yang harus dijalaninya. Dengan jumlah 4 orang dalam satu grup, Jonatan harus menjalani 3 partai, lebih banyak dibandingkan grup lain.
Secara hitungan, Jonatan akan menjalani 7 pertandingan hingga fase gugur. Hal ini dengan perhitungan, 3 kali di fase grup dan 4 kali di fase gugur.
Sementara itu, sebagai perbandingan, Antonsen justru memainkan pertandingan lebih sedikir. Antonsen hanya akan bermain di 5 pertandingan, 2 fase grup dan 3 fase gugur.
Di grup L, Jojo pun menghadapi lawan yang lumayan berotot. Mereka adalah Lakhsya Sen (India), Kevin Cordon (Guatemala), dan Julien Carragi (Belgia).