Akhirnya Mahfud MD membuktikan apa yang selama ini dikatakan, yaitu mundur dari Kabinet Indonesia Maju. Surat pengunduran telah disampaikan dan Mahfud MD sendiri telah bertemu langsung dengan Presiden Jokowi terkait pengunduran dirinya.
Mahfud MD sendiri  bertemu Presiden Jokowi pada Kamis (1/2). Dalam pertemuan yang berlangsung sekitar 10 menit, dikatakan Mahfud MD semua baik-baik saja. Tidak ada ketegangan, malahan kegembiraan yang ada.
"Alhamdulillah Bapak Presiden sama dengan saya, kita bicara dari hati ke hati, penuh dengan kekeluargaan, sama-sama tersenyum, tidak ada ketegangan apa pun, kita tersenyum, bergembira, bercerita masa lalu, ketika kita mulai bekerja," ungkap Mahfud MD pada wartawan.
Bagi Mahfud sendiri pengunduran diri itu membuatnya lebih leluasa untuk bergerak sebagai cawapres. Sebab selama ini, diakui atau tidak terjadi konflik kepentingan saat Mahfud menyampaikan statement terkait pemerintah. Seperti saat dia mengkritik kondisi hukum di Indonesia.
 Banyak orang memuji langkah Mahfud MD sebagai langkah yang tepat. Mahfud dianggap mengedepankan nurani terkait pengunduran dirinya.
Namun jika ditinjau dari konstelasi politik, langkah ini tetap dikaitkan sebagai salah satu strategi untuk bertarung. Sebab jika memang pertimbangan Nurani, seharusnya Mahfud MD mundur sejak deklarasi sebagai cawapres.
Namun dari timing yang diambil mau tidak mau sebagain pihak menganggapnya sebagai sebuah strategi. Apalagi mundurnya Mahfud MD sudah didahului isyu akan mundurnya 2 menteri Kabinet Indonesia Maju karena dibujuk oleh Faisal Basri.
Demikian juga ketika Ganjar Pranowo mengatakan niat mundur Mahfud MD dari cabinet karena masukannya. Hal ini menunjukkan kentalnya aroma politik di balik mundurnya Mahfud MD.
Pisau Bermata Dua
Jika dikaji lebih mendalam lagi, langkah Mahfud MD dapat ditafsirkan pula sebagai pisau bermata dua. Ada 2 sasaran tembak yang dilontarkan dari langkah tersebut.