Ibarat sebuah kapal, Demokrat telah melepaskan tali pengikat dari dermaga yang selama ini untuk berlabuh. Meski harus menyimpan sejuta kemarahan, biduk Demokrat harus kembali ke laut lepas. Memandang pelabuhan lain yang lebih menjanjikan.
Diakui atau tidak, tetap ada sisi positif dari manuver Nasdem dan Cak Imin dalam Koalisi Perubahan dan Perbaikan. Sisi itu adalah Demokrat dapat mengambil langkah lain, daripada sekedar menunggu.
Secara hitung-hitungan langkah ini terbilang agak terlambat. Sebab saat partai politik lain sudah stay dengan nyaman, Demokrat masih harus mengayuh lagi biduknya. Belum lagi masih harus menimbang pelabuhan mana yang akan dituju.
Dalam urusan pelabuhan ini, dua koalisi yang ada sama-sama menjanjikan. Dan dipastikan keduanya akan wellcomei dengan kahadiran Demokrat. Bagaimanapun juga Demokrat bukan partai kemarin sore. Mereka tetap mempunyai basis massa yang cukup besar.
Pilihan untuk merapa ke PDI P yang mengusung Ganjar Pranowo, mungkin akan paling ideal. Sebab sampai saat ini Ganjar Pranowo belum mempunyai pasangan pasti untuk mendampinginya. Satu-satunya sosok mungkin jadi hambatan hanya Sandiaga Uno.
Selain itu, dalam beberapa kesempatan AHY dan Puan Maharani pernah melakukan pertemuan. Meskipun saat itu tidak menghasilkan apa-apa, pertemuan itu dapat ditafsirkan ketertarikan PDI P pada AHY. Hanya saja saat itu AHY masih berharap dari Koalisi Perubahan dan Perbaikan.
Saat ini sekat-sekat itu sudah tidak ada. Demokrat tidak ubahnya burung yang terbang bebas. Maka mungkin saja komunikasi yang lebih inetens antar keduanya, terutama sekat antara SBY dan Megawati Soekarnoputri akan berbuah positif.
Namun jika arah biduk Demokrat menuju pada Koalisi Indonesia Maju, tampaknya hambatan lebih besar harus dihadapi. PAN yang mengusung Erick Thohir pasti akan reaktif. Perlu diingat perginya Cak Imin dari sisi Prabowo salah satunya karena kehadiran PAN dan cawapresnya.
Hitung-hitungan ini harus dikalkulasi dengan cermat. Sebab setiap pilihan pasti ada konsekuensinya. Termasuk juga jika Demokrat memutuskan untuk berdiri sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H