Terkuaknya duet Anies Baswedan-- Cak Imin oleh Demokrat, menjadi berita viral di berbagai media. Sinyalemen Andi Arief tentang manuver Nasdem menjadi terbukti. Maka ketika Anies Baswedan dan Cak Imin resmi mendeklarasikan duet mereka, otomatis kongsi yang telah dijalin antara Demokrat dengan Anies Baswedan bubar.
Tidak dapat dimungkiri merapatnya Demokrat ke kubu Anies Baswedan selama ini demi kursi cawapres. Sebab secara hitung-hitungan dalam Koalisi Perubahan saat itu tidak ada figure yang kuat. Democrat merasa AHY adalah sosok yang ada di dalamnya.
Maka tidak heran jika selama ini Demokratlah yang paling rajin mendesak agar Anies Baswedan segera mengumumkan cawapres pendampingnya. Tentu saja AHY yang akan dipilih. Sedangkan anggota koalisi yang lain terkesan adem ayem. Bahkan Nasdem terkesan tidak peduli.
Situasi semacam ini sejatinya justru menyandera Demokrat. Keinginan meninggalkan koalisi dan bertahan, sama beratnya. Jangan-jangan ketika ditinggalkan, justru Demokrat tidak mendapatkan posisi itu di koalisi lain. Di sisi lain, bertahan tanpa kepastian pun melelahkan.
Maka jika dihitung-hitung dengan logika, deklarasi Anies dan Cak Imin justru melegakan Demokrat. Sebab dengan deklarasi tersebut jelas posisi Demokrat dalam hal ini AHY. Penantian yang tanpa ujung itu akhirnya berakhir, meskipun sad ending yang harus didapatkan.
Deklarasi tersebut pada bagian lain menempatkan Demokrat pada pihak yang disakiti. Penentian cawapres tanpa melibatkan mereka, jelas sebuah langkah yang tidak bijak. Apalagi Demokrat bukan partai kacangan.
Posisi bukan tidak mungkin dapat digunakan Demokrat untuk membangun branding baru. Di sisi lain, dapat pula untuk menunjukkan ukuran sebuah 'kesetiaan' antara Demokrat dengan Anies Baswedan.
Ada kemarahan pada diri Demokrat, tentu saja itu hal yang wajar. Beberapa kader langsung menurunkan baliho-baliho bergambar sang ketua dengan Anies Baswedan. SBY selaku Dewan Pembina Partai pun melakukan pertemuan darurat, yang intinya keluar dari koalisi.
Lalu langkah apa yang dapat diambil Demokrat? Banyak tentunya. Kini mereka lebih ringan dalam melangkah, tanpa terpasung dengan harapan-harapan kosong.
Demokrat dapat saja membentuk poros baru. Sebab pasca pecahnya Koalisi Perubahan dan lepasnya Cak Imin dari Koalisi Indonesia Maju, peta kekuatan berpotensi berubah. Peluang itu terbuka lebar, karena bisa saja salah satu anggota dari koalisi ada yang tertarik.
Langkah lain, bisa juga Demokrat merapat pada 2 koalisi yang sudah ada. Dijamin mereka akan menerima dengan tangan terbuka, dengan catatan Demokrat harus tahu diri sebagai pendatang baru.
Jika Demokrat masih keukeuh mengusung AHY sebagai cawapres, mungkin bergabung dengan koalisi di bawah PDI P lebih masuk akal. Sebab dalam koalisi ini belum figure kuat dalam tubuh koalisi. Kalaupun ada, hanya Sandiaga Uno dari PPP.
Namun jika merapat ke Koalisi Indonesia Maju, target cawapres tampaknya berat. sebab PAN secara jelas telah menyodorkan Erick Thohir pada Prabowo. Sodoran dari PAN ini pula yang membuat Cak Imin hengkang dari koalisi.
Sekarang semua kembali pada Demokrat. Semua jalan telah terbuka kembali lengkap dengan segala konsekuensinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H