Mohon tunggu...
agus siswanto
agus siswanto Mohon Tunggu... Guru - tak mungkin berlabuh jika dayung tak terkayuh.

Guru Sejarah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Prancis Membara Gegara Penembakan Pemuda Imigran oleh Polisi

1 Juli 2023   20:33 Diperbarui: 1 Juli 2023   20:42 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prancis harus mengerahkan 45.000 polisi untuk mengendalikan aksi kerusuhan pasca penembakan. (sumber: cnnidnonesai)

Prancis ternyata bisa juga seperti negara-negara Dunia Ketiga. Kerusuhan yang demikian hebat menjalar begitu cepat hingga pihak kepolisian Prancis harus mengerahkan 45.000 personil untuk mengendalikan massa.

Peristiwa kerusuhan itu sendiri dipicu oleh Tindakan keras polisi terhadap salah seorang pemuda. Pelanggaran lalu lintas yang dilakukan olehnya dihentikan dengan penembakan dari jarak dekat terhadap remaja tersebut. Peristiwa yang terjadi pada Selasa malam, 27 Juni 2023 sontak menimbulkan kerusuhan di mana-mana.

Kasus penembakan terhadap Nahel, berawal ketika polisi menghentikan Mercedes yang dikemudikannya. Alih-alih berhenti, Nahel justru melawan. Akhirnya dua polisi pun mengejar dan menembakkan pistol dari jarak dekat ke dada pemuda itu.

Berita penembakan ini dengan cepat menyebar, apalagi Nahel sendiri adalah anak imigran. Isu inilah yang membuat permasalahan bertambah keruh. Sebab selama ini banyak sorotan terhadap polisi saat menangani kaum pinggiran, termasuk para imigran.

Di negara yang konon merupakan pusat demokrasi dengan semangat yang dikobarkan Napoleon Bonaparte ini, ternyata diam-diam akar rasisme masih kuat. Reaksi terhadap penembakan ini pada dasarnya merupakan akumulasi dari berbagai permasalahan yang terpendam.

Perlakuan polisi yang cenderung 'pilih kasih' ini membangkitkan kemarahan kaum imigran. Maka tidak heran dalam waktu cepat, kerusuhan menyebar ke berbagai kota di Prancis. Termasuk Paris. Hingga mala mini, sekurang-kurangnya 1.300 orang telah ditangkap.

Kasus kerusuhan ini mengingatkan kejadian tahun 2020 di Amerika Serikat. Saat polisi menembak pemuda kulit hitam, George Floyd dalam kondisi tidak berdaya. Peristiwa ini pun memicu kerusuhan di berbagai kota di Amerika Serikat.

Berdasar dua kejadian di atas, ternyata PR rasisme di negara-negara Barat masih menjadi pekerjaan yang belum terselesaikan. Koar-koar yang mereka lakukan selama ini, belum menyentuh ke bagian bawah. Hal ini terbukti masih adanya pihak-pihak yang melakukan hal ini.

Perlakuan itu pun terjadi hampir di semua sisi kehidupan. Baik dalam kehidupan sehari-hari, oleh raga, pelayanan public, dan lain-lain. Kesan adanya perbedaan masih kental di dalamnya. Walaupun pemerintah sendiri telah berupaya menghindari hal ini.

Hal kedua yang patut diamati adalah peran media sosial. Tidak dapat dipungkiri begitu cepatnya kerusuhan ini menjalar, dapat dipastikan media sosiallah perantaranya. Kebebasan masyarakat mengirim dan menerima informasi, membuatnya segalanya tidak mampu dibendung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun