Mohon tunggu...
agus siswanto
agus siswanto Mohon Tunggu... Guru - tak mungkin berlabuh jika dayung tak terkayuh.

Guru Sejarah

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Indonesia, Ambyar di French Open 2022

29 Oktober 2022   10:13 Diperbarui: 29 Oktober 2022   10:23 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Babak perempat final French Open 2022 selesai lewat dini hari tadi. Hasil yang dicapai kubu Indonesia sudah jelas, hanya Reihan/ Lisa saja yang mampu melaju ke babak semi final. Jonatan Christie yang diharapkan mampu melewai Kodai Nauhara ternyata harus retired karena cedera. Setali tiga uang dengan Bagas/ Fikri. Mereka harus mengakui kehebatan sang pembunuh ganda putra Indonesia dari Taiwan, Lu Ching Yao/ Yang Pao Han dengan rubber game.

Hasil minor ini tentu saja patut disesali. Pasalnya dari 15 pemain dan pasangan yang dibawa, hanya 1 pasangan yang mampu menembus. Itu pun baru pada babak semi final, belum juara.

Menganggap hal ini sebagai satu kegagalan, boleh-boleh saja. Capaian Reihan/ Lisa ke babak semi final tetap masih belum menjadi jaminan akan gelar di tangan, permasalahannya level Reihan/ Lisa masih sedikit di bawah pasangan ganda campuran lain. Namun jika melihat lawan yang harus dihadapi dari Belanda, tampaknya kita masih bisa berharap.

Baca juga: Berharap pada Jojo

Namun jika kita menganggap hasil ini sebagai sebuah kegagalan, rasanya terlalu dini. Sebab ada beberapa negara yang juga mengalami situasi serupa. Tengok saja Cina yang hanya menempatkan 2 wakil di babak semi final. Beda dengan di Denmark Open, di mana Cina mendominasi, bahkan menggenggam 4 gelar.

Situasi serupa pun di alami Thailand yang tidak menempatkan satu wakil pun di babak semi final. Yang lebih menarik lagi, pada babak semi final ini banyak bermunculan "muka-muka baru" pada setiap nomor. Kehadiran beberapa pemain papan atas, hanya diwakili beberapa orang saja di antaranya Viktor Axelsen, Akane Yamaguchi, dan Cristina Marin.

Ketidakhadiran para pemain papan atas ini patut diduga sebagai sebuah strategi menghadapi event di Guangzhou Desember mendatang. Bagi beberapa pemain yang sudah jelas mendapatkan poin untuk tampil di event penutup itu, tidak mau mengambil resiko. Mereka menghindari seperti apa yang dialami Jonatan Christie semalam.

Selain perhitungan itu, jarak yang terlalu dekat antara kedua turnamen itu pun menjadi pertimbangan tersendiri. Hal ini tampak dari beberapa finalis Denmark Open 2022 yang harus terhenti di babak awal. Kelelahanlah yang mereka dera, sebab hanya dalam 3 hari mereka harus siap tampil lagi, membuat mereka tidak mampu tampil optimal.

Situasi berbeda dihadapi oleh para pemain yang belum aman. Level turnamen pada angka 750 jelas sangat sayang untuk dilepaskan. Tambahan poin yang dicapai dalam French Open, bukan tidak mungkin memperbesar peluang mereka untuk tampil di Guangzhao Desember nanti. Seperti apa yang dilakukan Pearly Than/ Thinaah. Tidak tampilnya beberapa pemain papan atas, menjadi saat tepat untuk mendulang poin.

Apa pun alasannya, bagi Indonesia sendiri pencapaian French Open 2022 tetap mengecewakan. Beberapa pemain yang seharusnya mampu mendulang poin, justru harus kalah dengan lawan-lawan yang seharusnya mampu mereka kalahkan. Maka mau tidak mau jika ingin tampil di Desember mendatang, hanya tinggal 2 turnamen dengan level yang lebih rendah German Open dan Australia Open.

Lembah Tidar, 29 Oktober 2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun