Nasdem membuktikan janjinya untuk mendeklarasikan capres yang akan diusung dalam Pilpres 2024. Deklarasi itu disampaikan kemarin di Nasdem Tower, dengan mengusung Anies Baswedan sebagai capres yang akan diajukan pada perhelatan 2 tahun mendatang.
Langkah ini tentu saja sebuah langkah yang berani, dan harus dilakukan oleh Nasdem. Sebab dalam konvesi sebelumnya, mereka menyatakan bahwa Nasdem mempunyai 3 sosok incara, Ganjar Pranowo, Anies Baswedan, dan Andhika Perkasa, sang panglima TNI. Dari 3 sosok incaran ini, tampaknya hanya Anies Baswedan yang menjanjikan. Nama Anies selalu ada dalam 3 besar setiap survey.
Sementara itu, pinangan Nasdem terhadap Ganjar Pranowo, terkesan bertepuk sebelah tangan. Ganjar Pranowo tampak masih ragu-ragu, antara meninggalkan kandangnya alias melompat atau bertahan. Faktanya meski saat ini karpet merah untuk pilpres 2024 mengarah pada Puan Maharani, Ganjar Pranowo tampak masih krasan di kandang sang banteng.
Di sisi lain, pilihan pada sang jendral pun tampaknya masih jauh dari harapan kemenangan. Dalam berbagai survey, elektabilitas sang jendral belum menjanjikan. Selain itu status aktif dan bau militer ditengarai akan menghambat langkah sang jendral maupun Nasdem sendiri.
Dari berbagai hitungan ini, maka pilihan yang paling rasional adalah Anies Baswedan. Sosok dengan elektabilitas yang menawan, sekaligus masih membutuhkan tunggangan untuk bertanding pada Pilpres 2024. Sehingga seakan menemukan pasangan hatinya, Nasdem pun memproklamirkan Anies Baswedan sebagai tokoh yang akan diusungnya.
Beberapa pihak mengatakan langkah Nasdem ini terbilang buru-buru. Pertama agenda pilpres masih 2 tahun lagi, sehingga masih banyak kemungkinan bisa terjadi selama 2 tahun ini. Sehingga saat Nasdem memproklamirkan capresnya, ibarat Nasdem telah memasung diri, alias menutup kemungkinan untuk bergabung dengan pihak lain.
Pertimbangan kedua adalah syarat pengajuan seorang capres berkait dengan Presidential Treshold. Angka 20% yang dipatok sebagai syarat pengajuan, menjadi sesuatu yang mustahil jika Nasdem berjalan sendiri. artinya, Nasdem pasti membutuhkan dukungan partai lain untuk mencapainya. Sehingga lirikan maut yang dilakukan Nasdem siapa lagi kalau bukan PKS dan Demokrat, partai-partai yang selama ini berseberangan dengan pemerintah.
Lirikan terhadap 2 partai ini memang menjadi pilihan yang logis. Namun kembali bergabungnya mereka, pasti membutuhkan bargaining yang sesuai. Maka tidak heran jika Nasdem membebaskan Anies Baswedan untuk menentukan pendampingnya. Sehingga jika yang digandeng Demokrat, sudah pasti nama AHY yang akan lebih dahulu diajukan, karena sampai saat ini PKS belum mempunyai calon yang pasti.
Barangkali itu hitung-hitungan yang dilakukan oleh Nasdem. Rangkulan terhadap PKS dan Demokrat diharapkan mampu menjadi amunisi yang memadai untuk bertempur. Satu lagi yang barangkali juga masuk hitungan Nasdem adalah barisan pendukung Anies Baswedan. Seperti sudah diketahui semua pihak, Anies Baswedan adalah figur yang sangat disukai oleh golongan Islam. Diakui atau tidak, dukungan ini juga dapat menjadi amunisi yang memadai.
Pertanyaan lain yang juga menggelitik, apa jadinya jika lirikan tadi tidak membuahkan hasil? Jika hal ini terjadi, justru memudahkan langkah Nasdem untuk berpaling. Presidential Treshold yang tidak tercapai dapat menjadi alasan Nasdem untuk mendukung atau bergabung dengan koalisi lain.