Dalam beberapa hari ini di blog kesayangan ini, muncul beberapa tulisan yang terkesan memojokkan Shin Tae-yong, PSSI, dan segenap pendukung yang dianggap memberikan reaksi berlebihan atas kegagalan dalam AFF U-19. Bahkan untuk menunjukkan keseriusannya, Iwan Bule selaku komandannya PSSI melayangkan protes resmi kepada AFF terkait laga terakhir Vietnam versus Malaysia. Laporan itu diikuti dengan video penampilan kedua tim 15 menit terakhir.
Tindakan-tindakan inilah yang dianggap berlebihan bahkan cengeng oleh sebagian pihak. Pasalnya Shin Tae-yong maupun PSSI pasti sudah tahu dengan aturan klasemen mini tersebut. Sehingga manakala skenario itu diterapkan, dan Garuda Muda menjadi korbannya, seharusnya diterima saja. Tidak perlu berbuat neko-neko dalam komentar maupun langkah.
Lain halnya denga para pendukung. Sikap mereka sah-sah saja, karena mungkin saja mereka tidak mengetahui regulasi yang berlaku. Di benak mereka hanya ada selisih gol paling besar adalah tim yang berhak melangkah lebih jauh.
Bagi saya pribadi pendapat yang terkesan memojokkan ShinTae yong dan PSSI rasanya kurang pas. Jika sampai sang pelatih menyampaikan pernyataan, itu wajar saja. Dan sepengatuan kita, reaksi Shin Tae yong pun tidak disampaikan secara kasar. Sang pelatih hanya menyampaikan keprihatinan akan apa yang Vietnam dan Thailand lakukan.
Demikian pula dengan reaksi yan kita tunjukkan. Hal itu pun wajar-wajar saja. Siapa yang tidak kecewa jika peluang menjejak babak semi final di depan mata hilang karena sesuatu di luar kemampuan kita. Penyesalan pasti akan muncul dan perasaan merasa didholimi pun pasti akan muncul.
Seandainya saja situasi ini menimpa Thailand dan Vietnam. Keduanya berada pada posisi Indonesia, ketika peluang mereka untuk melaju dihambat dengan sebuah permainan yang tidak fair. Saya yakin reaksi mereka pun tak jauh beda dengan Indonesia. Ungkapan kekecewaan dan kemarahan pasti akan meluncur dengan deras dari mulut mereka.
Langkah melaporkan pun pasti akan mereka lakukan. Demikian pula berbagai hujatan atas aksi yang mencederai mereka. Dan hal ini tentu saja wajar-wajar saja. Karena menjadi dinamika dari sebuah turnamen dengan situasi tertentu. Di mana nasib sebuah tim ditentukam oleh laga lain.
Kembali pada apa yang tengah menimpa Garuda Muda, tidak ada cara lain kecuali melakukan move on. Lupakan yang terjadi, ambil sebagai pelajaran berharga. Targetkan semua laga untuk merengkuh kemenangan, sehingga kita mampu menentukan nasib sendiri. Bukan disetir oleh orang lain.
Kualifikasi AFC U-20 yang akan dihelat bulan September 2022 nanti, jadikan sebagai bukti keperkasaan kita. Lolosnya Garuda Muda ke Final Piala Asia U-20 dapat dipastikan mampu membungkam berbagai kritik pedas itu.
Selamat berjuang Garuda Muda!